14• Senja Dan Harapan ☪︎

383 57 4
                                    

Naura dan Gibran berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertaut

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Naura dan Gibran berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertaut. Apalagi Naura yang menggenggam erat tangan besar Gibran.

Ada perasaan lega ketika rindunya terobati, dan ada rasa senang mengingat bahwa Gibran menggandeng tangan Naura.

Ingin rasanya terbang menuju Langit ke tujuh saking senangnya. Apalagi menikmati Langit senja dipenghujung sore.

Semilir angin menerbangkan beberapa anak rambut Naura yang dibiarkan tergerai indah. Rambutnya hitam kecoklatan dengan surai rambut yang bergelombang, ditambah bibir mungil merah Cherrynya. Munafik jika Gibran tidak mengatakan 'cantik'.

"Kak? Ke Taman bentar yuk!" Ajaknya membuyarkan lamunan Gibran.

Gibran menoleh kearah Taman yang Naura tunjuk. Beberapa anak berlari kecil disekitar sana ditemani orang tuanya yang sedari tadi mengawasi anaknya.

Gibran mengangguk. Dengan senang hati Naura kembali menariknya.

Gadis itu tampak tersenyum ceria. Melengkungkan senyumnya keatas hingga matanya menyipit.

"Waahhh sejuk banget!" Serunya sambil merentangkan tangannya lalu memutar tubuhnya.

Gibran terpaku sejenak melihat gadis itu nampak ceria. Ditambah rambutnya yang beterbangan, membuat Naura semakin terlihat cantik.

"Kak! Sini!" Ujarnya sambil melambaikan tangan agar mendekat kearahnya.

Gibran hanya tersenyum tipis lalu menghampiri Naura yang masih menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

"Langitnya indah banget ya kak"

Gibran mengangguk. Memang benar langit hari ini tampak berwarna jingga. Laki-laki itu menatap Naura yang tiba-tiba termenung.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Naura gak suka Senja" jawabnya, lalu duduk di kursi berwarna hitam.

Lantas, Gibran mengeriyit heran. Bukankah senja itu indah?

"Naura takut berharap lebih pada senja, tapi disisi lain Naura juga suka sama senja"

Gibran semakin dibuat bingung oleh ucapan yang Naura lontarkan. Apa maksud dari ucapan itu? Memang susah ya berbicara pada seorang puitis.

"Maksudnya?"

Naura menggeleng dan tersenyum. "Gak usah dipikirin. Gak penting"

Keduanya saling bungkam, mereka terlarut dalam kesunyian. Hanya ada suara hembusan angin juga suara anak kecil yang ... tertawa tanpa beban.

Naura tersenyum pahit hingga pada akhirnya air matanya tumpah tanpa disadari.

Cepat-cepat Naura menghapusnya. Naura berharap, senja ini menjadi saksi bisu berseminya cinta mereka. Dan Naura berharap ... ah, Naura tak ingin menaruh besar harapan pada senja. Naura hanya takut bila mana harapannya sirna bersamaan dengan tenggelamnya senja.

About NauraKde žijí příběhy. Začni objevovat