03• Hati Yang Memilih ☪︎

709 109 40
                                    

Pukul 04

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pukul 04.00, Naura telah bangun dari tidur nya dan melakukan sholat Shubuh berharap semua doa doa yang ia harapkan dapat dikabulkan oleh sang pencipta alam.

Ia sudah rapi dengan seragam nya walau jam masih menunjukkan pukul 4. Sangat pagi untuk melakukan aktifitas di pagi hari.

Kaki nya mengayun menuju ke dapur memasak nasi goreng untuk Gibran. Tak salah bukan memberi bekal untuk sang pujaan hati?.

Selama Naura tidak mengejar dan mengemis cinta pada Gibran dengan paksa, mungkin hal itu masih wajar.

"Ah, sudah selesai" Naura tersenyum lega lalu menyendokkan nasi goreng ke bekal berwarna hijau.

Ia sedikit mencicipi makanan hasil kerja keras nya. "Emm enak" seru nya sambil membayangkan wajah Gibran yang pasti suka dengan makanannya.

"Ah, gue halu banget" ucap nya sambil menggelengkan kepalanya. Kini, Semenjak Naura jatuh dalam pesona sang Ketos kulkas berjalan, Naura sangat suka berkhayal tinggi memiliki Gibran seutuhnya.

Haha, dirinya bahkan tidak punya harta, keluarga, kasih sayang. Apalah dirinya yang hanya seorang pelayan Cafe bersanding dengan seorang Pangeran? Oh No!. Bagai Bulan dan Surya yang takkan bisa bersanding.

Naura melirik jam yang bertengger manis di dinding. Waktu menunjukkan pukul 06.10, gadis bulan itu menaruh dua bekal untuknya dan untuk Gibran.

"SEMANGAT NAURA!" Teriaknya menyemangati dirinya sendiri.

Dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajah cantiknya.

Kaki kecil nya mengayun menuju ke Sekolah yang elite. Bukan Bukan, Naura bersekolah di SMA Nusaraja Yang termasuk sekolah yang elite bukan karena dirinya berasal dari orang yang kaya, namun karena kepintarannya yang membuat dirinya masuk ke sekolah itu.

Sesekali dirinya menengok kekanan dan kiri melihat apabila ada Gibran yang lewat dan menyipratkan air hujan padanya, lalu Gibran bertanggung jawab dan mengantarkannya sampai ke sekolah.

Ah, lagi lagi Naura berkhayal meraih Bintang yang takkan bisa ia gapai.

"Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali" Naura bersenandung ria seolah olah dirinya adalah perempuan paling bahagia didunia. Namun nyatanya? Orang tua tidak punya, dan ayah nya sudah tak lagi perduli, apalagi kebahagiaan.

Naura telah sampai di sekolah yang menjadi tempat nya menimba ilmu, sesekali gadis bulan itu menyapa ramah siswa siswi berlalu lalang sembari menunjukkan senyum bahagia, ups! senyum itu hanya senyum Fake smile.

Ia menaiki tangga menuju ke kelas 12 IPA 2 yang menjadi kelas Gibran.

Dengan perasaan dan hati berbunga bunga untuk menemui kulkas berjalan.

Deg

Entah apa yang Naura rasakan tidak bisa dideskripsikan. Rasa sakit, tertusuk oleh pisau, hancur semua menjadi satu melihat Gibran duduk dengan Rosalia Rahma atau sering disapa Rosa.

About NauraWhere stories live. Discover now