VII.a

3 1 0
                                    

Akibat kejadian tadi , Seunghwa masih merasa kalut apalagi saat dia menerima tamparan bentakkan dari pengawas. Ia lupa pengawasnya alias guru matematika sifatnya memang tak wajar , galak ,sensitif dan keras meskipun begitu ia yakin dalam dirinya masih terdapat sifat manusiawi. Kemudian Seongmin keluar dari ruangan ujian , turun ke bawah , segera meninggalkan kawasan sekolah.

Pada saat Seongmin memundurkan sepedanya , tiba – tiba ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Ia pun membuka sebentar pesannya dari Beomgyu.

~Gyuu 🐻

Jangan datang hari ini. Taehyun mengalami gangguan lagi.

Tepat itu juga , badan Seunghwa tumbang. Untung langsung ditahan oleh Seongmin lalu Seongmin menempelkan punggung tangannya ke atas dahinya. Panas. Wajahnya juga agak memerah mungkin saking panasnya. Kalau begini , ia tidak bisa mengedarai sepeda. Kini situasinya membuatnya lagi lagi merasa kacau nan bingung , ingin sekali rasanya menghubungi sang ibu tetapi ada keraguan dalam batinnya—takut dimarahi. Mungkin sekarang juga , hanya dia yang masih ada di sekolah.

Tak lama kemudian , Pak Jeonghan bersama istrinya lewat ke lokasi kejadian serta merta melihat Seongmin lantas gerak cepat membantunya. Membopong badan Seunghwa ke dalam mobil—tak lupa sepeda Seongmin juga dimasukkan ke dalam bagasi mobil—untung dalamnya kosong serta mengantarnya hingga ke rumah.

"Seongmin," panggil Pak Jeonghan beberapa menit kemudian , "rumahmu dimana?"

"Sebentar lagi sampai kok , setelah perempatan ini." Jawab Seongmin

"Kok bisa begitu? Memang sebelumnya kenapa?" tanya istrinya Pak Jeonghan bernama Bu Yuju.

"Hari kemarin Seunghwa mengalami semacam gangguan mental gara gara dia mengalami deep dream yang amat menyeramkan , lah mimpinya. Nah , sekarang dia maksain buat sekolah biar gak ketinggalan ujiannya,"

"Dia emang sakit sebelumnya—sakit fisik maksudnya?"

Seongmin menunjukkan tangan kanan Seunghwa yang masih dibalut oleh kain putih dan kain kasa. "Dia terluka saja , tapi ini mungkin dari mentalnya jadi begini."

Mereka pun sampai akhirnya di rumah Seongmin. Seongmin turun duluan untuk membuka gerbang beserta pintu utama , setelah itu barulah Pak Jeonghan bersama Bu Yuju masuk sembari membopong badan Seunghwa yang sudah terlihat tidak berdaya lagi. Di depan , Seongmin mengantar mereka berdua ke kamar Seunghwa. Setelah masuk ke kamarnya , Seunghwa langsung dibaringkan ke ranjang kemudian Seongmin cepat – cepat membawa air minum sementara Bu Yuju mencari kotak P3K.

Seunghwa makin tidak bisa dikendalikan. Terasa sesak , menghasilkan banyak keringat. Suasana genting , apalagi Beomgyu sudah 2 kali tidak menjawab telepon dari Pak Jeonghan namun beberapa lama kemudian gelang biru menghasilkan cahaya biru dan serta merta suhu badan Seunghwa kembali normal walaupun dia masih berada dalam keadaan setengah sadar setengah tidak.

Pak Jeonghan , Bu Yuju dan Seongmin menghela napas lega hampir bersamaan kemudian Seongmin memberikan minum pada Seunghwa yang jelas tampak sangat haus. Saking hausnya , dia hampir menghabisi seluruh air dalam botol.

"Kupikir lebih baik bawa Seunghwa ke Beomgyu untuk diperiksa lebih lanjut." Saran Pak Jeonghan

"Aku masih tidak menyangka dia begitu. Biasanya penderita gangguan mental akan berontak atau kehilangan kesadaran , tapi ini—sungguh beda dari biasanya," ucap Bu Yuju sambil menempelkan kain yang telah dibasahi air hangat ke atas dahi Seunghwa.

"Mungkin saja Seunghwa merasa stress , bukan kah begitu?" Pak Jeonghan menoleh ke Seongmin yang berada di sampingnya dan Seongmin hanya mengedikkan bahu.

Beautiful StrangerWhere stories live. Discover now