Intro : "Setan Tanah Rejowerno"

7.1K 1.1K 385
                                    

.
.
.

  
"Ketika kau sadar, jika ternyata ketakutan terbesar manusia ada dalam ingatan mereka sendiri, maka kau akan tau bahwa bukan ingatan itu yang membuatmu takut, namun karena itu tak bisa pergi dari pikiranmu."

 

 
 
    Malam gelap, di bawah naungan dinding gua yang sama gelapnya. Seorang anak berumur 11 tahun menghangatkan diri di depan sebuah api unggun yang dia buat dengan tumpukan ranting yang entah milik siapa. Terhitung lima hari sudah dia hanya berjalan memutari hutan yang rasanya tak punya ujung. Mengikuti arus sungai yang entah membuatnya semakin dekat dengan desa atau malah membuatnya pergi makin jauh ke dalam hutan.

    Dia kelaparan dan ketakutan setiap matahari digantikan oleh bulan yang sialnya tak muncul malam ini. Suara jangkrik dan ranting pohon yang tertiup angin justru makin membuatnya takut. Dia lalu menutup matanya, berharap ketika dia bangun nanti, matahari sudah ada di atas sehingga dia bisa pergi pulang.

    Dalam tidurnya, dia terusik. Tengah malam, dia terbangun karena melihat sekelebat bayangan melesat melewati pintu goa. Anak itu diam terpaku sebelum dia menyadari bahwa ada benda yang tergeletak di pintu gua. Dia mendekat dan menyadari jika itu adalah sepatu milik kakaknya yang hilang.

    Mengira jika bayangan tadi adalah kakaknya, membuatnya senang untuk beberapa saat. Namun ketika dia melihat tangannya yang penuh dengan cairan kental bewarna merah berbau amis, jantungnya berpacu dengan cepat, dia melihat isi sepatu itu dan berteriak ketakutan karena keberadaan potongan kaki manusia ada di dalamnya.

    Anak itu langsung berlari ketakutan. Di tengah berlarinya, dia tersandung akar pohon lalu jatuh tersungkur. Ketika ingin bangun, panca inderanya menyadari sesuatu ada di dekatnya, buku kuduknya berdiri sebagaimana nenek moyang manusia dulu ketika menghadapi bahaya. Dengan takut dia menoleh dan apa yang dia lihat malam itu tak pernah dia lupakan sampai kapanpun.

    Wujud buruk rupa itu, dia mengingat segala detail tentangnya. Kepalanya yang seperti kerbau namun dengan mata seperti manusia. Tubuhnya yang penuh goresan luka dan darah, dia yang berdiri dengan kedua kakinya dan membawa kapak di tangan kanannya.

    Anak itu cepat cepat berdiri dan berlari, sosok itu mengejarnya dan dia makin ketakutan. Dia hampir muntah karena perutnya kram. Melihat jika arus sungai deras, dia tanpa berfikir menceburkan diri ke dalam sungai, membiarkan arusnya membawanya pergi dari sosok itu.

    Malam itu akan selamanya menjadi mimpi buruknya. Ingatan mengerikan akan sosok legenda yang kini terkubur di atas ilmu pengetahuan dan modernisasi.

    Jika bukan makhluk legenda itu, lalu makhluk apa yang dia lihat?

.

.

.

   "SANTOSO!!!" Teriakan melengking itu mengejutkan San yang baru turun dari kereta. Dia berbalik dan seseorang menubruk tubuhnya dari depan. Untung San kuat, coba kalo nggak, dia pasti udah kejungkal ke dalam rel kereta bersama makhluk yang sedang memeluknya ini.

  "Sumpah, kamu kek banteng." Komentar San sambil menepuk nepuk kepala Wooyoung.

  "Emang peranakan banteng dia, San." Ucap Yohan yang dulu juga pernah ditubruk (diseruduk) oleh Wooyoung.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 : Jejak Kaki SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang