20. Rangkaian Tragedi

3K 1K 459
                                    

.
.
.

    Wooyoung ama Changbin beneran nggak bakal mau kalo suruh nyelametin Yeonjun lagi, pokoknya. Kesannya kayak nggak guna banget gitu. Udah masuknya susah, hampir ketangkep kalo Changbin nggak pinter bacotin orang, eh, sampai sana bukannya Yeonjun yang butuh pertolongan malah para ilmuwan bejat itu yang butuh.

    Yeonjun mah enak enakan tidur di atas ranjang ruangan itu, kayaknya emang nungguin diselamatkan tapi lantai di bawah kaki ranjang udah persis kayak set film Rumah Dara. Pas Changbin ama Wooyoung masuk ruangan, mereka auto muntah karena liat ruangan itu.

  "Lama banget, anjir! Aku sampai mikir buat motong tubuh mereka makin kecil!" Yeonjun berdecak kesal sambil berjalan menuju mereka.

    Kakinya yang tanpa alas kaki menapak di lantai penuh darah itu, pas dia jalan ke Wooyoung ama Changbin, kedua anak itu jelas mundur, nggak khawatir ama Yeonjun, mereka khawatir ama keselamatan mental diri sendiri. Ya gimana nggak ngeri? Si Yeonjun aja udah bersimbah darah kayak baru datang bulan.
 
 
  "Yeon, kamu jujur sama aku.." Wooyoung menarik nafas ngeri, "kamu mens?"

    Yeonjun lantas memukul puncak kepala Wooyoung. Tapi pelan, Alhamdulillah Yeonjun masih punya kesadaran kalo Wooyoung itu temen dia. Changbin yang melihat rambut Wooyoung kena darah auto histeris, begitu pula Wooyoung yang coba membersihkan darah itu dari rambutnya.

  "ANJING, YEON! NAJIS ITU! NAJIS MUGHOLADOH! ALLAHUAKBAR! ASTAGFIRULLAH!!!" Changbin teriak.

  "SERIIIMMM!! AKU BERDARAH!!!" Wooyoung ikutan teriak.

    Sementara Yeonjun cuma bisa masang muka "-_-".
 
 
    Sambil menjaga jarak, Wooyoung dan Changbin mengeluarkan Yeonjun dari ruangan uji coba itu dan berjalan entah kemana. Yeosang udah bilang ke mereka, rencananya itu cuma bisa masuk, buat keluar itu Wallahualam. Sebenernya Wooyoung ragu ama rencana itu, tapi Changbin kepala batu dan tetep jalanin rencana yang bakal dengan bangga Wooyoung sebut, "Oprasi gas poll tapi nggak bisa keluar."

  "Yunho, Yeosang ama Serim nggak ikutan?" Tanya Yeonjun.

  "Ikutan, yang Serim di ruang tahanan, yang Yeosang-Yunho lagi menggeledah tempat ini buat bikin sinyal minta tolong." Jawab Changbin.

  "Gimana buatnya?" Tanya Yeonjun.

  "Ledakan." Balas Wooyoung.

    Yeonjun ketawa garing, "gausah ngelawak, kalian kira bakal berapa hektar hutan kebakar kalo ada ledakan, hah?"

  "Kita udah bicarain itu tadi, Yeon. Ini satu satunya cara. Biar tentara atau siapapun yang melihat kepulan asap mendatangi tempat ini." Kata Changbin, "sebuah pohon bisa ditanam kembali, tapi nggak pernah ada kesempatan kedua buat memaafkan apa yang para ilmuwan itu lakukan."

    Yeonjun terkejut mendengar jawaban Changbin, dia menoleh pada Wooyoung yang tersenyum pasrah padanya. Mata kawannya itu seakan berkata jika Changbin sudah terlalu lama menahannya, baik kerusakan psikisnya, kematian keluarganya, tangisan tanah kelahirannya, dan jeritan orang orang yang sama kehilangannya.

    Changbin tak akan pernah bisa menjadi seperti Tuan Khabbab yang mengorbankan dirinya untuk putranya, dia juga bukan kakek Wooyoung yang berdiri di garda terdepan untuk melindungi cucu dan tanah kelahirannya, bukan pula ayahnya yang berani menentang tetua dan rela dibunuh oleh mereka.

    Changbin mencoba menjadi versi terbaik dirinya disetiap kesempatan, kalo kata Yeonjun, Changbin itu pemuda paling mencintai tanah airnya lebih dari siapapun. Senasionalis itu sampai bikin Yeonjun kadang heran pake banget. Ketika pemuda sekarang dengan perlahan mengembangkan sifat individualisme, Changbin dengan percaya diri menyatakan cinta paling seriusnya untuk tanah kelahirannya. Yang paling layak menjadi pemimpin, mungkin itulah pujian terbaik yang bisa Yeonjun sematkan buat Changbin.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 : Jejak Kaki SetanOù les histoires vivent. Découvrez maintenant