1. CRUSH HOUR

19.9K 2.1K 50
                                    

Halo, semua! Ini episode pertama menjelang malam tahun baru. Yey! Sengaja aku posting hari ini. Karena bisa jadi besok aku males-malesan. ehehe. Selamat menikmati. Btw, di sini hujan. Di tempat kalian gimana? Karena aku bikin scene yang pas saat hujan begini.

[ ]




"Mayang!"

Yang disebut namanya terkejut. "Iya, Pak?" sahutnya sebagai respon cekatan.

Seda mengusap-usap dagunya. Pertanda bahwa ada isi pikiran yang tidak bisa diutarakan dengan leluasa.

"Berapa lama kamu kerja sama saya?" tanya Seda Dactari seraya membubuhkan tanda tangan atas cuti yang diajukan asistennya secara mendadak itu.

"Eh, lima tahun, Pak."

Seda menaruh berkas permohonan cuti di meja. Membiarkannya agar tersampaikan kembali ke HRD.

"Terus, kenapa tiba-tiba mengajukan cuti? Selama lima tahun kamu suka pekerjaan ini. Kamu bahkan nggak keberatan diminta untuk lembur. Bulan madu kamu juga nggak ribut cuti. Sekarang kenapa kamu sibuk urus cuti?"

Mayang menggaruk pelipisnya. Tidak enak hati menyampaikan alasan jujurnya.

Mendapati asistennya meragu, Seda menambahkan. "Kenapa? Jawab saja, May."

"Itu, Pak. Saya dan suami, kan, sudah hampir setahun menikah. Tapi belum ada tanda-tanda saya hamil." Mayang menjeda. "Terus, orangtua menyarankan bulan madu yang benar. Program hamil gitulah, Pak, intinya."

Mayang yang baru hampir setahun menikah saja sibuk berusaha untuk mendapatkan anak. Apa kabar Seda dan Odessa?

Mendapati atasannya terdiam dalam lamunan, Mayang bertambah tak enak hati. Apa yang dia ucapkan adalah murni karena begitulah rumah tangganya. Mungkin berbeda dengan Seda yang tidak begitu mementingkan waktu berdua dengan sang istri.

"Pak... setiap orang punya caranya sendiri."

"Cara apa maksud kamu?" Seda langsung melontarkan kalimatnya tanpa tedeng aling-aling.

"Ehm... itu, Pak. Maksud saya rumah tangga. Semua pasangan punya caranya masing-masing. Bisa jadi cara saya dan bapak menyikapi keberadaan anak itu sangat berbeda."

Seda terdiam kembali. Nampaknya belakangan dia baru memikirkan hubungannya dan Odessa.

"Menurut kamu semua perempuan punya pikiran yang sama soal pernikahan, Mayang?" tanya Seda.

Mayang menggeleng. "Jelas berbeda, Pak. Nggak harus semua perempuan mau menjadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya mengurus rumah dan anak. Ada juga yang punya pikiran kalo menjadi istri itu sudah menjadi tanggungan suami. Macam-macam, Pak. Memangnya kenapa, Pak?"

Seda hanya ingin tahu apa tanggapan Odessa selama tiga tahun ini mereka belum juga diberikan keturunan. Bahkan perempuan itu juga masih asyik bekerja. Seda tidak memiliki pikiran bahwa memaksa istrinya berhenti bekerja bisa menjadi solusi, tapi cara Mayang untuk memiliki waktu berdua mungkin bisa ditiru.

"Nggak ada. Kamu mulai cuti besok, kan?" Mayang mengiyakan. "Kalo gitu kamu siapkan semua jadwal saya dan kirim ke Gito."

*

Odessa tahu suaminya memang tipikal pria yang tak suka basa-basi. Namun, dia tidak mengerti kenapa hari ini suaminya menyerobot masuk ke dalam kamar mereka dengan buru-buru.

"Mas?" panggil Odessa bingung.

"Des, kalo kita bulan madu lagi. Menurut kamu gimana?"

Meski tak pernah masuk dalam kategori pasangan mabuk kepayang akan cinta satu sama lain. Namun, Odessa mengerti kebutuhan fisik mereka. Menjadi pasangan menikah memang selalu menjadi perantara yang asyik untuk hubungan yang meninggikan keintiman, bukan?

"Menurutku, ya nggak masalah. Kenapa, Mas?"

Pria itu mendekati Odessa, mencium bibir sang istri dan menggerakannya guna mengajak ke ranah lebih jauh.

Odessa menahan dada suaminya yang tampak terburu-buru sekali untuk mendorong Odessa ke atas ranjang mereka.

"Mandi dulu, Mas. Habis itu makan. Itunya nanti habis isya aja. Supaya--"

"Aku maunya sekarang, Des!" sela Seda cepat.

Pria itu memang tak pernah bisa ditebak apa maunya.

Menuruti apa yang suaminya mau. Odessa melucuti pakaiannya sendiri dengan tatapan Seda yang tak lepas dari tubuhnya. Pria itu juga melakukan hal yang sama tanpa melepaskan mata dari Odessa. Meski sudah sering dalam situasi begini, Odessa justru selalu malu dan terkadang memilih membelakangi sang suami yang terlalu intens memandanginya. Gugup jika berniat melakukannya.

"Des..." Seda melingkarkan tangannya pada perut sang istri.

Karena sudah saling melepaskan baju, mudah saja bagi Seda untuk meloloskan desahan dari bibir istrinya yang mungil nan manis untuk dikecap itu.

"Mas tangannya jangan nakal!"

Seda tak peduli dengan teguran itu. Toh, dia tahu bahwa sebenarnya sang istri menyukainya. Hanya saja Odessa malu, sebab disentuh dengan jemari Seda saja sudah lemas.

Bukan hanya mengusap milik istrinya, Seda juga sengaja mendorong jemarinya masuk secara perlahan satu persatu untuk membuat pelumas alami agar tindakannya yang terkadang agak keras tidak menyakiti Odessa.

Desau yang berangkatnya dari bibir Odessa meluap menyatu dengan udara di kamar mereka. Bahkan tubuh Odessa kini semakin merunduk karena tak tahan akan gerakan jemari suaminya yang bertambah kecepatannya.

Seda tidak membiarkannya begitu saja. Sengaja pria itu dorong punggung Odessa untuk membungkuk di atas ranjang, sedangkan kaki Odessa dilebarkan. Seda berlutut, semakin leluasa untuk mendapati milik istrinya yang sudah mulai basah.

"Ugh, Mas!"

Bukan hanya baru kali ini Odessa dipermainkan dengan jari dan mulut pria itu hingga mendapatkan pelepasannya yang pertama. Namun, ini sensasi berkali-kali lipat yang Odessa dapat dari suaminya yang tanpa sadar membuat Odessa tak bisa memikirkan pria lain atau sosok lain menggantikannya. Bahkan sosok 'Deprima' tidak bisa mengalahkan Seda.

"Des, aku mau posisinya begini, ya."

Jika biasanya Odessa menolak, maka untuk kali ini dia ingin mencoba membuka akses untuk suaminya. Siapa tahu permainan panas kali ini membuahkan hasil yang sepadan dengan perjuangan Odessa bertahan agar lututnya bisa bertahan dengan serangan yang suaminya berikan.

CRUSH HOUR /TAMATWhere stories live. Discover now