15. CRUSH HOUR

8.7K 1.2K 28
                                    

Seda tidak tahu mengapa istrinya membuat tindakan yang mengejutkan. Sandwich pria itu bahkan terjatuh dari tangan ketika lehernya dicium dan merasakan sedikit jilatan dari bibir Odessa di sana. Baru kali ini Seda dibuat meremang serta menggelinjang karena rangsangan di leher. Sontak saja tangannya menangkup bokong Odessa untuk memberikan respon yang sudah ditunggu oleh istrinya.

Namun, Seda terkejut ketika tangannya dihempaskan begitu saja. Jadi dia nggak mau? Lalu kenapa memancing setelah mereka jelas sudah mandi dan tidak berniat mandi untuk kedua kalinya?

"Don't use this t-shirt anymore," ucap Odessa di bibir suaminya. Tangannya mengusap rahang Seda dan sesekali sengaja mengecup bibir Seda.

"Kenapa? Kamu yang bantu pilihkan."

Odessa menggeleng ringan. "Aku berubah pikiran." Ditarik lepas kaus itu melewati kepala suaminya hingga kini Seda sepenuhnya topless. "Aku nggak suka kamu pake kaos putih. Ada bentuk tubuh kamu yang membayangi dari warna ini. Orang lain pasti bisa lihat bentuk tubuh kamu samar-samar."

Seda menggunakan kedua tangannya untuk menyangga tubuh di ranjang. Pria itu menatap Odessa dengan biasa, tapi lekat. Belum ada satu balasan yang Seda berikan dan istrinya masih menunggu di atas pangkuan Seda.

"Kenapa kamu nggak jawab, Mas?" tanya Odessa.

"Sebelumnya kamu nggak nanya, kamu ngasih aku jawaban kenapa bajuku kamu tarik lepas gitu aja."

Odessa berniat untuk turun dari pangkuan suaminya dan berganti pakaian. Namun, Seda segera menahannya. Pria itu menarik leher Odessa untuk membenamkan bibir mereka lagi. Bermesraan dengan pasangan yang sudah resmi memang tidak aneh, yang aneh adalah kemesraan itu baru terlaksana setelah tiga tahun pernikahan berjalan. Padahal, biasanya yang rakus dan senang sekali berhubungan intim adalah pasangan yang usia pernikahannya masih muda. Mereka yang tiga tahun menikah malah seperti pasangan baru menikah. Pengantin baru, itu pantas disematkan untuk Odessa dan Seda. Pasangan yang baru mengenal nikmatnya bercinta.

"Mas ...." Odessa meremas rambut suaminya dan memekik setelahnya saat tubuhnya berganti posisi menjadi di bawah kungkungan Seda.

Pandangan mereka terkunci sebelum kembali meleburkan diri satu sama lain. Sepertinya mereka memang harus mandi besar untuk kedua kalinya nanti.

*

Selama beberapa waktu, mereka memang menjadi lebih dekat. Seda yang suka ditantang oleh Odessa mengerti posisinya agar tak terlalu kaku dan bicara untuk berbasa basi meski memang aneh mendengarnya.

Sepulang dari hotel yang berakhir dengan berbagai gempuran memang cukup berdampak banyak. Tidak ada seks yang gagal setelah itu, meski memang Odessa memilih memberi batasan karena jujur saja dia tak mau membuat suaminya lebih kelelahan. Pria itu yang lebih banyak pekerjaan ketimbang Odessa membuat cemas jika sampai kelelahan.

"Aku mau gym rutin," ujar Seda tiba-tiba.

"Kenapa? Kamu mau gym kapan? Kalo ada libur aja kamu lebih suka di rumah, Mas."

Segera Odessa menuangkan kuah soto ke dalam mangkuk untuk suaminya makan. Nasi panas sudah tersedia di piring Seda, sambal juga berada di dekat pria itu, bisa Seda sesuaikan sendiri kadar pedasnya.

Mereka duduk bersisihan dengan jadwal makan siang yang dilakukan bersama di rumah. Ya, Seda memilih seperti itu. Untungnya teman di Madam Rose Odessa tidak mengirim pesan disaat Odessa tengah bersama suaminya. Setidaknya tidak ada notifikasi yang membuat Seda akan bertanya curiga.

"Ya, pokoknya kapan aja. Kamu bikinin jadwal, ya? Kamu paling cerdas urusan atur jadwal, Des."

"Kalo usulku, mendingan bawa instruktur olahraga ke rumah. Supaya nggak bikin kamu males-malesan berangkat."

Mereka makan dengan saling melempar pembahasan. Ini tidak akan terjadi bila mereka masih stuck di tiga tahun yang berjalan dalam pernikahan mereka. Mereka lebih leluasa bicara, bertemu, makan bersama, liburan bersama, dan mengandalkan satu sama lain.

"Kenapa emangnya mau olahraga?" Odessa menyuapkan perkedel daging buatannya ke mulut sang suami yang memang sengaja terbuka bila ingin minta disuapi sesuatu.

"Biar nggak buncit, dan biar kuat aja."

Odessa mengerutkan keningnya. Tahu bahwa itu pertanda suaminya sedang ingin memperbaiki diri karena sedikit minder?

"Kamu takut aku berpaling ke laki-laki yang nggak buncit, Mas?"

"Nggak. Aku cuma mau pas ngaca aku bangga sama tubuhku yang bagus."

Odessa menggoda pria itu dengan berkata, "Masa? Kamu kayaknya takut kalo aku lirik laki-laki lain, deh. Soalnya aku selalu bangga sama bentuk tubuh kamu, Mas. Bahkan aku yang nggak izin kamu pake kaus putih, itu bukti kalo kamu itu punya badan yang oke menurutku. Mana ada buncit, perut kamu datar aja, kok."

"Ya, kalo gitu opsi yang kedua. Aku mau kuat."

Untuk yang satu itu Odessa tidak akan menyangkal. "Oh, bener, sih. Kamu, kan, makin tua. Aku lebih muda dari kamu, jadi aku lebih tahan—"

"Mesumnya kamu sekarang, Des." Ucapan itu disampaikan dengan wajah datar. Bagaimana Odessa tidak melebarkan mata?

"Maaaassss?!"

CRUSH HOUR /TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang