18. CRUSH HOUR

8.3K 1.1K 54
                                    

Odessa tidak tahu bahwa suaminya bisa narsis memamerkan foto diri sendiri yang membuat mata perempuan itu terbelalak. Bukan gambar yang aneh memang, tapi cukup mengejutkan dan sedikit menggedor rasa tak nyaman di dalam diri Odessa. Ya, rasa tak nyaman sejenis dengan kecemburuan. Benarkah Odessa cemburu? Apa dia memang sudah mulai menaruh rasa pada suaminya? 

Mas suami [sent picture]

Rasa itu tiba-tiba saja melekat pada hati Odessa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rasa itu tiba-tiba saja melekat pada hati Odessa. Sebuah gangguan yang melesak hingga membuat matanya memanas hanya karena kiriman foto suaminya yang gagah dan terlihat tampan dengan kemeja hitam, celana bahan, serta kacamata yang bertengger di pangkal hidung pria itu. Semua kecocokan tersebut tidak membuat Odesaa baik-baik saja. Sebab ada pikiran buruk yang hinggap. 

Pasti banyak yang lirik-lirik kamu, Mas. 

Odessa tidak mengerti dengan dirinya sendiri yang memalukan karena pikiran semacam itu datang. Mengapa dia kerdil sekali karena membayangkan perempuan lain yang melirik suaminya dengan tatapan minat tanpa bisa disembunyikan. Padahal, belum tentu juga Seda peduli dengan tatapan mata perempuan yang tertuju untuknya. Apalagi Odessa sangat mengenal tabiat suaminya yang sangat kaku. Hanya saja ... Odessa cemburu. 

"Assalamualaikum. Essa? Essa? Teman tercinta kamu dateng main, nih!" Suara Yasmin langsung membuyarkan lamunan Odessa. Bahkan tanpa sadar tadi airmatanya menggenang dan menetes begitu saja. 

"Essa! Sa!"

Odessa berjalan hati-hati dan membalas seruan temannya itu. "Iya, sebentar, Mi!"

Dibukanya pintu dan wajah Yasmin sengaja dipasang masam. "Lama banget, deh, bukain pintunya. Habis ngapain, sih? Jangan yang macem-macem, ya, Sa."

Belakangan Odessa memang merasa sangat lamban mengerjakan sesuatu. Tak tahu apakah karena tidak memiliki deadline atau memang ada yang tidak biasa pada diri Odessa karena rutinitas barunya. Jujur saja Odessa memang sangat perasa dan terlalu banyak mengandalkan emosinya hingga hal kecil pun membuatnya mudah menangis. 

"Nggak aneh-aneh. Otak kamu yang agak konslet, deh, Mi."

Yasmin tertawa pelan. Dia menurunkan bawaannya dan langsung memeluk tubuh mantan atasannya itu. "Kangeeeennn!"

Memang tidak akan mudah menghadapi apa yang baru untuk mereka jalani. Biasanya Yasmin suka kemana-mana di kantor bersama dengan Odessa, menjadi tempat cerita, mendengarkan, memberi masukan, dan tak jarang saling sinis jika tak menyukai sikap satu sama lain. Mereka berdua sangat dekat di kantor.

"Sama, Ami. Eh, masuk dulu. Aku sampe lupa nyuruh kamu masuk."

Yasmin tidak pernah bertandang ke rumah Odessa dan dia tak mendapatkan kejutan seperti ini. Rumah yang dihuni oleh Odessa dan Seda tidak begitu besar, tak seperti dalam bayangan Yasmin karena Seda adalah pemilik stasiun televisi swasta. Meski tak banyak orang yang tahu, tapi Yasmin tahu posisi yang disandang oleh Seda. 

"Ini beneran rumah kalian, Sa?" tanya Yasmin yang bingung dengan sederhananya istri seorang pemilik stasiun televisi swasta sekaligus mantan manajer di perusahaan produk kebutuhan sehari-hari. 

"Biasa aja nanyanya. Iya, ini rumah kami. Nggak besar kayak rumah sultan yang suka nangkring di YouTube, kan?"

Yasmin tertawa. "Berarti suami lo bukan sultan, ya?"

"Bukanlah! Suamiku itu orang yang tanpa status begituan."

"Eh, padahal duit lo sama duit suami lo pasti melebihi sultan yang rumahnya mentereng, mobilnya berderet itu."

Odessa mengibaskan tangannya. Dia tak merasa uangnya dan Seda melebihi yang semua artis atau vlogger tunjukkan melalui konten mereka. "Sok tahu kamu, Mi. Aku sama mas Seda nggak sekaya raya itu."

"Bohong. Tolong, ya, nikahan kalian aja bukan main-main. Tamu udah kayak penonton konser K-Pop. Barang-barang yang dibawa tamu juga udah kayak merch anak K-Pop yang lengkap banget. Belum lagi penginapan untuk tamu dari masing-masing pihak. Itu yang disebut nggak kaya raya?"

"Itu urusannya mama dan papa mertuaku, Mi. Lagian orangtuaku nggak di atas mereka."

Sebenarnya orangtua Odessa setara dengan orangtua Seda. Hanya saja setelah ayah Odessa meninggal dunia saat ia berusia delapan belas tahun, penghasilan dan perkembangan perusahaan keluarga menjadi turun pesat. Penutupan cabang, pengurangan karyawan, semuanya membuat keluarga Odessa jadi terlihat tak memiliki banyak aset. Tetap saja Odessa bisa diterima karena masih memiliki sedikit kejayaan dari sisa usaha ayahnya. 

"Oke, lupakan soal rumah mewah. Gue mau tahu, lo mau usaha apa setelah mundur dari kantor?"

Sebenarnya Odessa sudah menyiapkan usahanya yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Jauh dari usaha makanan atau pakaian. 

"Aku bikin brand skincare sama tumbler unik gitu."

"Oh wow! Kerjasama sama siapa?"

"Ada klien yang emang pernah nggak sengaja aku simpen nomornya. Dia mau kerjasama soalnya waktu aku jadi manajer dia suka kinerja aku."

Yasmin begitu antusias dengan penjelasan Odessa. "Jadi, cuma skincare aja sama tumbler unik?"

"Ya ... rencananya aku tetap akan buka klinik kecantikan. Jadi skincare yang aku jual nantinya punya level gitu. Yang bisa orang awam pakai tanpa anjuran dokter, dan skincare yang dikhususkan sama dokternya."

Yasmin benar-benar bangga memiliki teman seperti Odessa. Memang kelihatannya santai dan tidak ambisius, padahal jiwa pengusaha ayahnya jelas dimiliki oleh Odessa. Bahkan perempuan itu sangat jago soal memimpin.

"Aku doakan yang terbaik buat usaha baru lo. Dan ... gimana soal hubungan kalian? Ada kemajuan?"

Pertanyaan itu, dari mana Odessa harus menjawabnya?

[Ya, kurleb begitu penampilan bapak Seda menurut diriku ini.]

CRUSH HOUR /TAMATWhere stories live. Discover now