6. CRUSH HOUR

11K 1.5K 22
                                    

"Odessa?"

Tangan yang dilambaikan di depan wajah Odessa baru bereaksi pada menit kelima. Dertaya sungguh tak mengerti mengapa Odessa tidak menyahuti panggilannya dan hanya terbengong sejak tadi.

"Ibu ... mau pecat saya?"

"Apa?" Dertaya kebingungan sendiri dengan ucapan Odessa barusan. "Pecat? Siapa yang mau memecat kamu?" tanya wanita itu balik.

"Tadi—ibu ...." Odessa merasa begitu bodoh. Karena nampaknya dia sudah melupakan fokus dalam bekerja. "Maaf, Bu. Sepertinya saya tidak konsentrasi."

Ada helaan yang keluar dari mulut Dertaya. "Ini yang ingin saya bicarakan, Odessa. Belakangan kerja kamu tidak fokus. Kamu kenapa?" tanya atasan Odessa dengan pelan.

Berbeda sekali dengan bayangan dimana wanita itu memecatnya tadi. Kenapa juga senyata itu??? Odessa benar-benar merasa sudah dipecat tadi. Tanpa ada surat teguran atau lainnya. Ya, ampun. Odessa semakin hari semakin kacau. Apa mungkin, efek dari teman chatting-nya mengaburkan yang ada di dunia nyata?

"Saya ... saya baik, Bu. Saya baik-baik saja."

Siapapun tahu bahwa ucapan Odessa juga sarat akan ketidakyakinan. Entah apa yang melanda pikiran Odessa, tapi yang jelas, hal itu mengganggu kinerja divisi Odessa berada saat ini.

"Odessa. Saya bukannya menganggap kerja kamu tidak bagus, tapi sungguh saya perlu untuk menegur siapapun yang bekerja tidak maksimal. Atasan perusahaan ini jelas melemparkan tanggung jawab dan kemarahannya pada saya. Daripada kita salah paham, ada baiknya kamu ceritakan yang mengganjal kinerjamu. Itupun yang tidak bersifat pribadi. Jika ada masalah keluarga, saya sarankan kamu ambil cuti. Rehat supaya kamu bisa kembali bekerja maksimal, bagaimana?"

Sungguhlah Dertaya bukan atasan yang penuh dengan kemarahan. Wanita itu terkadang saja melemparkan kemarahan ketika pemilik—sekaligus suaminya—memengaruhi mood-nya yang sebagai perempuan sudah kacau, ditambah lagi dengan ulah suaminya. Orang kantor tahu rahasia umum itu.

"Baik, Bu." Jawab Odessa.

"Baik untuk bagian mana? Kamu memutuskan untuk memilih yang mana, Odessa?"

"Hm? Pilih ... apa, Bu?"

Oh, rupanya ucapan Dertaya tak ada yang masuk ke dalam kepala Odessa sama sekali. Jika sudah begini, Odessa memang harus merehatkan diri.

*

Seda mengerutkan dahi ketika mendapati mobil yang biasanya digunakan sang istri terparkir di rumah sebelum pukul empat. Ada masalah apa hingga membuat istrinya pulang cepat?  Karena seingat Seda, istrinya sangat mencintai pekerjaannya dan suka berkutat lama di sana. Lalu, apa yang membuat perempuan itu menjadi enggan berlama-lama?

"Des?" panggil Seda dengan raut bingung.

Perempuan itu ada di sana. Sofa di depan televisi mereka. Masih mengenalkan pakaian kantor dan belum bergerak meski sudah pria itu panggil namanya.

"Des! Tumben kamu sudah pulang? Ada masalah apa di kantor?" tanya Seda sembari melepaskan ikatan dasinya yang mengekang.

Tidak ada jawaban. Si perempuan asyik termenung entah memikirkan apa hingga seaman jiwanya melayang entah kemana.

"Des!" panggil Seda lagi.

Pada panggilan hampir ke sepuluh, Odessa menatap suaminya. Bukan heran, bukan terkejut. Namun, wajah Odessa menampilkan raut tak nyaman.

"Kenapa, Mas?" Justru perempuan itu balik bertanya pada suaminya.

"Kamu yang kenapa? Aku nanya kamu dari tadi, nggak kamu dengerin?"

Untungnya Seda tidak tertarik untuk menaikkan nada bicaranya. Jika begitu, mereka akan terlibat adu mulut lagi setelah insiden ponsel Odessa yang hampir rusak waktu itu.

"Mas, aku mau tanya sama kamu."

"Hm. Tanya aja."

Karena suaminya tidak bermasalah sama sekali untuk ditanyai, maka Odessa tanpa ragu mengungkapkan kegundahannya.

"Apa kamu ada niatan selingkuh?"

Aktivitas Seda yang berniat mengambil air untuk diminum menjadi terhenti. Pria itu takut saja jika kelepasan dan melemparkan gelas tersebut dengan marah nantinya. Jadi lebih baik ditunda.

"Maksud kamu apa?"

Odessa terlihat menata pikirannya lebih dulu sebelum melanjutkan. "Ada temanku di kantor yang suka main aplikasi dating. Dia udah nikah, tapi lama nggak dikasih anak. Mungkin karena bosan, dia lebih milih untuk cari teman di aplikasi itu. Apa kamu juga punya niatan untuk begitu, Mas?"

Seda terdiam sejenak. Mengingat aplikasi yang Deprima tawarkan supaya Seda menggunakannya untuk riset.

"Tapi menurutku itu juga nggak selingkuh, kok. Dia cuma nyari temen bicara yang nyaman aja. Yasmin aja yang bilang itu kegiatan selingkuh. Jadi, aku kepikiran. Menurut kamu gimana, Mas?"

Seda jelas merasa tersindir juga. Diam-diam saat dia melihat kolom pesan di aplikasi Madam Rose itu, dia tergiur menanyakan ini dan itu pada lawan jenis di sana. Apa itu termasuk selingkuh?

"Mas? Menurut kamu gimana?" tuntut Odessa meminta pendapat pada suaminya.

"Aku nggak tahu." Seda menuangkan air ke gelas.

"Kok, nggak tahu? Menurut kamu aja, Mas. Apa itu selingkuh atau nggak?" Odessa masih berusaha mendapatkan jawabannya.

"Aku nggak tahu karena aku nggak berada diposisi itu! Tanya orang yang ada diposisi sedang selingkuh itu!" balas Seda sedikit terpengaruh emosi.

Odessa terdiam. Merasa salah sudah bicara dengan suaminya. Ya, jelas. Mas Seda nggak akan ngerti, karena aku yang ada diposisi itu.

CRUSH HOUR /TAMATWhere stories live. Discover now