27. CRUSH HOUR

8.1K 1K 26
                                    

Odessa meyakinkan suaminya yang akan berangkat kerja untuk tak pulang makan siang karena perempuan itu mengaku akan pergi menemui Yasmin dan akan menghabiskan waktu bersama dalam rentang yang lama. Ini satu-satunya cara agar Seda tidak menemukan rumah kosong dan mencari-cari keberadaan Odessa nantinya. Diam-diam Odessa meminta maaf pada Yasmin yang jadi terbawa, padahal Odessa yang nakal karena ingin membantu Deprima.

"Kamu yakin Yasmin boleh cuti dan pergi sama kamu seharian, Des?" tanya Seda lagi.

Bahkan sudah berada di samping pintu mobilnya saja pria itu masih bertanya seakan tak percaya.

"Iya, Mas. Yasmin emang pengen cuti, kok. Lagian kenapa kamu kayaknya nggak yakin gitu?"

Seda menaikkan kedua bahunya seraya menatap Odessa tanpa berhenti. "Nggak tahu. Seingatku kamu dulu aja lumayan susah buat cuti di kantor lama kamu itu. Yasmin bisa lebih leluasa ambil cuti, ya?"

Odessa merutuki betapa kritisnya sang suami yang masih saja mengingat satu kendala yang dialami Odessa dulu saat masih bekerja. Mengambil cuti adalah hal yang hampir tak masuk akal untuk dilakukan, apalagi jabatan Odessa saat itu adalah manajer.

"Karena jabatanku lebih tinggi makanya kalo mau cuti malah lebih susah. Bawahanku siapa yang handle kalo aku cuti bebas?"

Odessa tahu bahwa suaminya sedang tak mudah menerima alasan yang diberikan. Itu sebabnya kini Odessa sangat ketar ketir apakah bisa ia berangkat ke Bandung tepat waktu jika Seda saja membuatnya harus sabar menunggu pria itu berangkat.

"Gitu, ya?"

"Yaiyalah, Mas. Ini kamu mau kerja apa nggak? Aku capek bawain tas kamu dari tadi, nih."

Tanpa bicara, Seda mengambil tas kerjanya dari sang istri dan segera mengambil posisi duduk di kursi pengemudi. Odessa yakin bahwa semuanya akan berjalan dengan baik jika syuting berjalan cepat dan Odessa bisa segera kembali ke rumah sebelum malam menjelang.

"Kalo ada apa-apa hubungi aku, Des."

Odessa mengangguk dengan semangat. "Iya. Kamu fokus kerja aja, Mas."

Seda menuruti pesan itu dan melesat cepat dengan mobilnya. Ini sungguh melegakan. Odessa buru-buru masuk ke dalam rumah dan bersiap-siap untuk berangkat ke Bandung dengan mobil dan sopir yang ia sewa. Untung saja uangnya banyak, tak perlu pusing.

"Ibu mau ke mana?"

"Saya mau pergi sama temen. Nanti kalo bapak pulang lebih dulu dari saya, tolong urusin makan malamnya, ya, Mbak."

Pesan itu diiyakan dengan baik oleh asisten rumah tangga tersebut. Odessa bisa tenang meninggalkan rumah untuk urusannya yang harus segera diselesaikan. Ia berniat jujur pada Deprima bahwa ia tak bisa membantu lebih jauh karena mempertimbangkan pasangannya.

Semoga segalanya bisa berjalan dengan baik.

*

Sejujurnya perasaan Seda sedang tidak tenang untuk alasan yang tidak bisa pria itu sendiri jelaskan. Terngiang wajah sang istri yang membayangi sejak ia akan pergi bekerja. Jika begini, tak mungkin bagi Seda untuk tidak berpikir yang aneh-aneh. Itu sebabnya tadi Seda meminta istrinya untuk menghubungi jika terjadi sesuatu.

"Prim, berangkat jam berapa kamu buat syuting?" tanya Seda pada asistennya itu.

"Ini mau berangkat, Pak. Saya pilih-pilih dokumen yang harus bapak tanda tangani."

"Saya mau ikut, Prim."

Deprima kebingungan dengan atasannya yang sedari datang tidak mau melakukan apa pun selain merenung di balik mejanya. Sekarang pria itu malah ingin ikut untuk ke lokasi syuting.

"Ikut ... ke Bandung maksudnya, Pak?"

Seda mengangguk. Sekali lagi Deprima bertanya dengan nada setengah tak percaya, "Kenapa, Pak? Kerjaan bapak di sini masih banyak. Saya juga kalo bukan bapak yang suruh untuk kopdar begini, saya nggak akan berangkat."

Seda terlihat menarik napas dan menghelanya berulang kali sebelum pada akhirnya melemparka kunci mobil ke arah Deprima untuk segera mengendarai mobil menuju Bandung. Mereka akan menghabiskan waktu bersama lagi sebagai atasan dan asisten, padahal Deprima mengira bisa lepas sejenak dari Seda ketika syuting di Bandung.

"Bawa mobilnya. Saya nggak mau kerja tanpa asisten kepercayaan," ucap Seda yang langsung melewati Deprima dan berjalan lebih dulu.

Tidak ada yang mengerti kenapa Seda memilih mangkir dari tugas hariannya dan memilih mengunjungi lokasi syuting salah satu program yang sebenarnya bisa berjalan baik tanpa kehadiran Seda juga.

"Bapak lagi banyak pikiran?" tanya Deprima ketika mendapati Seda lebih banyak diam di kursi belakang.

"Istri saya pergi sama temannya dan makan siang nanti dia nggak pulang. Saya bosan karena nggak akan ke mana-mana. Kamu di Bandung, istri saya sama temannya. Ya, lebih baik saya ikuti kamu supaya nanti bisa makan siang bersama."

Menyadari bahwa tingkah Seda berkaitan dengan suasana hatinya, Deprima tidak membalas lagi. Sepertinya Seda tidak dalam mood yang baik.

[Yak, yak, yak. Tunggu aja Des suami kamu nyusul, tuh.🤭]

CRUSH HOUR /TAMATOnde histórias criam vida. Descubra agora