7. CRUSH HOUR

11.8K 1.5K 40
                                    

Hubungan yang terjalin antara Odessa dan Seda memang terlihat baik-baik saja, untuk sekilas. Namun, kacau jika ditelisik lebih dalam. Komunikasi mereka tak ubahnya seperti ilalang yang akan berterbangan ketika ditiup angin. Tidak tetap, dan sukar untuk ditata kembali. Mungkin karena mereka dijodohkan, atau pada dasarnya karena mereka sebenarnya tak mau untuk saling mengalah dan mendapatkan konklusi dari permasalahan yang terjadi diantara mereka.

"Kalian sudah program?" tanya ibu Seda dengan pandangan yang tidak menghakimi, tetapi jelas berharap banyak.

"Kami bahkan nggak menggunakan pengaman saat berhubungan, Bu." Jawab Seda dengan entengnya. Sama sekali tak sungkan untuk membicarakan hal tersebut dengan kedua orangtuanya.

"Mas!" Odessa menegur.

Namun, Seda tak peduli. Dia suka bicara apa pun yang dirasa bisa keluar dari mulutnya. Tidak ada yang boleh menghentikannya.

Makan malam bersama keluarga, entah itu bersama orangtua Seda maupun Odessa, memang terasa aneh. Bukan karena dipaksa untuk segera memiliki anak. Hanya saja ... mereka seperti belum menemukan kehangatan keluarga satu sama lain meski sudah tiga tahun menjalani rumah tangga.

"Ada baiknya supaya kalian nggak terlalu capek. Supaya nggak terlalu stres." Kali ini ayah Seda menambahkan pendapatnya.

Arnis, ibu Seda, kembali menimpali. "Dessa, apa belum ada niatan jadi ibu rumah tangga saja? Atau buat usaha yang bisa dipantau dari rumah. Jadi, nggak terlalu pusing karena dapat tekanan di kantor."

"Nah! Itu usulan yang baik dari ibu kalian. Jangan langsung diputuskan, kalian pikirkan saja dulu. Pertimbangkan mana baik dan buruknya." Sandi menambahkan.

Memang, yang namanya berucap itu selalu lebih mudah daripada melakukan. Seda dan Odessa berakhir untuk saling memandang dan tidak tahu menjawab apa selain 'Iya' yang terdengar sangat lirih dan pelan. Karena setiap masukan yang mengandung tuntutan akan sangat menekan dan menjadi beban. Bagaimanapun penyampaiannya.

Pada jam sembilan malam, mereka selesai menghabiskan waktu untuk bertandang di rumah orangtua Seda. Sepi, itu adalah suasana yang mereka rasakan akhir-akhir ini. Apalagi setelah pembahasan mengenai 'selingkuh' atau tidaknya yang ditanyakan Odessa pada suaminya.

"Teman kamu itu ... masih bermasalah dengan istri dan aplikasi pesannya itu?" tanya Seda memulai pembicaraan di dalam mobil.

"Hm. Masih." Jawab Odessa begitu saja.

Ya, apalagi yang akan dia berikan? Karena alasan teman adalah diri Odessa sendiri. Dan perempuan itu masih menggunakan aplikasi jodoh tersebut karena Deprima kembali aktif, meski pada jam-jam kerja saja.

"Aku ada permintaan." Kata Seda begitu serius.

"Apa, Mas?"

"Kita harus bikin rutinitas untuk membangun rumah tangga kita supaya jadi lebih hidup."

Permintaan ini bukan sembarangan datang begitu saja dari pikirannya. Melainkan hasil dari kegiatan bertukar pesan sekaligus pengalaman dengan si miss Tadaaa yang mulai rutin dia balas pesannya dari ponsel Deprima yang mau tak mau diakusisi oleh Seda ketika jam kerja melanda.

Semula memang Seda mengira asistennya itu akan keberatan, tapi ternyata tidak. Dan Seda baru tahu kalau Deprima ternyata memiliki dua ponsel. Tak perlu ditanya, Seda tahu Deprima punya selingan juga di ponsel yang tidak dipinjamnya itu.

Tadaaa membuatnya merasa sangat 'nyambung' dan bisa merasa pas. Apa yang Seda butuhkan, dalam hal ini informasi, bisa pria itu dapatkan dari sosok virtual Tadaaa dalam gaya bahasa serta jawaban-jawaban yang diberikannya. Dan salah satunya adalah ini, bahwa Tadaa yang memiliki hubungan tak romantis dengan pasangannya di dunia nyata menyatakan ingin sekali memiliki momen-momen yang memang tidak kaku. Membiasakan diri untuk saling memuja dan bercerita satu sama lain.

"Apa, Mas?"

"Kita buat rutinitas baru."

"Misalnya apa, Mas?"

Seda mengernyit. Dia belum menanyakan ini pada Tadaaa. Kira-kira apa, ya?

"Mungkin... setiap akhir minggu kita bisa liburan berdua. Yang benar-benar nggak di rumah. Kita bisa di hotel, nggak ngapa-ngapain dan make out, bercinta, cerita. Supaya kita bisa lebih ... rileks."

Mendengar kata rileks, Odessa suka menyambutnya, Itu adalah yang dia butuhkan. Iya, benar. Sesuai ucapan Yasmin yang mengatakan demikian. Maka Odessa menanggapi dengan cepat.

"Kita cerita soal apa aja, Mas?"

"Apa pun, Des! Kamu bisa kasih aku cerita kamu yang hari-hari kerja kamu lewatin. Begitupun aku. Kita tumpahkan semua keluhan kita. Karena kayaknya, selama ini kita nggak pernah cerita yang lebih panjang daripada cuma nanya gimana kerjaan. Itu cuma basa basi."

Odessa mendecak. "Udah tahu basa basi, kenapa kamu sering lakuin, Mas?"

Seda menjadi salah tingkah sendiri ditodong pertanyaan seperti itu oleh sang istri.

"Itu ... ya, karena aku nggak tahu harus bahas apa dan gimana ke kamu. Kita semakin datar setiap waktu, apalagi kalo bahas anak. Kamu lebih banyak diem."

Benar juga. Odessa yang kini berganti salah tingkah. Ya, mereka ini memang pasangan yang konyol. Maka, sebelum hal lebih konyol lainnya datang. Maka mereka harus segera melakukan tindakan; rutinitas akhir minggu.

CRUSH HOUR /TAMATWhere stories live. Discover now