6

2.8K 413 42
                                    

Milky duduk termenung di ruang tamu Mansion, ada beberapa hal yang menganggu pikirannya saat ini. 1 adalah ucapan yang dikatakan para juliders yang menyebalkan.

2 adalah fakta bahwa teman satu rumahnya memiliki masa lalu yang mengerikan. Milky sempat lupa akan hal itu, dia lupa jika dia sekarang berada di tengah hewan buas yang sedang jinak.

Milky memijit dahinya pusing "Hedeh...apa aku keluar saja dari rumah ini?" Gumam Milky pusing. Harvy, Delta dan Jackob sudab sehat, Milky juga memiliki rekening dengan jumlah uang yang sangat banyak.

Jadi...dia bisa saja keluar dari rumah ini, mumpung keadaan lagi sepi. Sebab mereka semua sedang belanja keperluan mereka di Alfamini.

"Ya, aku harus mandiri. Tak mungkin seorang gadis tinggal bersama ke 7 lelaki yang normal." Gumam Milky seraya beranjak dari duduknya.

Dia harus bersiap, kebetulan 2 hari yang dia habiskan selama memusuhi Delta, Jack dan Harvy digunakannya untuk mencari kontrakan dan kebetulan salah seorang Pria yang pernah menerobos UKS membantunya.

Nama Pria itu Ameta, dia membantu Milky mencari Apartemen yang murah dan banyak fasilitas. Katanya gini.

"Ini Apartemennya murah, cuma 500 ribu per tahun. Makan gratis, air gratis, ada Ac. Kamu tinggal nempatin aja. Nah rumah saya ada di sebrang sana, Mansion lebar itu, kalau kamu butuh sesuatu bilang aja. Saya sama saudara saya siap bantu" Ucap Ameta sangat semangat.

Milky terpukau, murah banget gila. Dia langsung menyetujui hal itu dan langsung membayar, tapi Pria itu menolak "Nanti aja bayarnya, yang penting kamu pindah. Biar punya tempat tinggal sendiri" Ucapnya lembut seraya mengelus kepala Milky.

Milky senang, dia serasa punya ayah jika seperti ini "Makasih Pak" ucapnya senang. Ameta tersenyum lembut dan mengangguk "Sama-sama, panggil aja Uncle Ameta, jangan Pak. Oke Milky"

Milky mengangguk semangat "Oke Uncle"

Milky kembali tersentak, dia sudah berada di kamar dan segera menyiapkan baju-bajunya. Yang dia perlu hanya pakaian, dan ponsel.

Untuk sekolah, itu bisa dipikirkan nanti. Milky kembali flashback pertama kali dia kemari, keadaannya mengenaskan sekali.

"Hey, kamu ikut kami aja ya"

Milky yang saat itu masih berusia 7 tahun mendongak, melihat ada 6 orang bocah seusianya yang dia akui sangat tampan. Saat ini orang tuanya sudah tidak ada, Milky tak tau mau kemana.

"T-tapi..hiks..aku-"

"Halah lambat! Ayo ikut sama kami" Bocah yang memiliki berambut sedikit kepirangan langsung menarik tangannya, membuat Milky gemetar takut.

"Harvy, dia ketakutan. Jangan dipaksa begitu" Tegur yang satu lagi.

Harvy mendengus kemudian melepaskan tarikannya "Kamu..mau ikut? Nanti...Jidan ada temen.." Ucap bocah berwajah lembut dengan perlahan.

Milky terisak "Kamu ikut ya, Alki suka dipeluk. Nanti kamu peluk Alki ya" Ucap semangat bocah yang paling pendek disana.

"Nah Milky. Kamu mau ikut?" Tanya yang terlihat paling dewasa seraya mengulurkan tangannya.

Milky mengangguk, dia langsung menerima uluran tangan bocah itu dan berdiri. Dan mulai saat itu, hidup Milky berubah drastis.

Dan semua berubah, saat mereka dewasa.

Milky menghela napas panjang, dia bimbang. Milky berhutang besar pada keluarga mereka, tapi Milky tak bisa terus-terusan tinggal disini. Bahkan mereka sudah dewasa saat ini.

"Aku bingung..." Lirih Milky.

"Bingung kenapa?"

Milky tersentak, dia segera menutup kopernya dan mendorongnya sampai ke bawah kasur. Berdiri dan berbalik menatap mereka yang sudah kembali dari acara berbelanja mereka.

Harvy memicingkan matanya dan mendekat "Eh, Harvy mau apa-"

"Lo mau pergi"

Semua terdiam, Milky pucat mendengar ucapan dingin Harvy "Enggak..enggak kok" kilah Milky gugup.

"Apa yang kalian beli, coba aku lihat" Milky berusaha menghindar dan berjalan melewati Harvy. Tapi remaja itu menahan tangannya dan mendorongnya kasar ke kasur.

Brugh!

"Harvy! Jangan kasar-"

"Diam, anak nakal harus dihukum" Pandangan mata Harvy menggelap, dia paling tidak suka jika Milky berusaha lari dari mereka. Berusaha pergi, dan menjauh. Harvy tak suka.

"Harvy tenanglah, atur emosimu. Milky bisa takut" Tegur Judith.

"Benar, dia pasti punya alasan" Sahut Jhonson. Yang pasti Harvy harus dihentikan saat dia mulai emosi seperti ini.

Jika tidak. "HARVY!!!!!!"

Harvy tak perduli dan berusaha untuk merobek pakaian yang Milky kenakan. Mereka berbondong mendekati Harvy dan menariknya menjauh, Jidan dan Alki mendekat ke arah Milky dan menenangkannya.

"Ky tenang-"

"MENJAUH!!"

Mereka terdiam, Milky gemetar takut. Ini pernah terjadi...ini pernah terjadi, kepala Milky sakit saat bayang-bayang laki-laki mengerubunginya dan hendak melepas pakaiannya.

"BERHENTI!! hiks..kumohon...BERHENTI!!"

"Ayolah, lo juga mau kan?"

"Buka baju lo Ky, gue mau ngerasai ******"

Milky meringkuk ketakutan, itu menyeramkan. Wajah mereka buram tapi suaranya familliar "Jidan, tenangkan Milky. Minumkan obat itu, biar kami yang urus Harvy" Ujar Jilbert.

Jidan mengangguk, dengan cepat dia membuka laci yang ada di bawah kasur Milky. Mengambil 3 butir pil dan memasukannya ke mulutnya sendiri.

Tangannya mengambil gelas berisi air di nakas dan memasukannya, segera dia menangkup wajah Milky dan mencium bibirnya seraya memindahkan obat itu.

"Eungh!! Eum..." mata Milky sayu..dan kemudian tertutup.

Jidan melepas pangutannya, kemudian memeluk erat Milky "Ky...maaf.." Bisiknya sedih.

Mereka terpaksa, melakukan ini semua. Agar Milky tetap bersama mereka.





























Tbc..

Syalalala.

I am their Lover's [Sequel our's]✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن