IKIS_44

801 124 6
                                    

A Fanfiction
.
.
IKIS_44
.
.
Na_Ren
.
.
Btw Enjoy
.
.
Klik bintang kalau suka🤗
.
.
Follow juga akun ini hehe
.
.

Finishing untuk comeback sudah selesai semuanya, 2 minggu lagi comeback, rupanya ada sosok yang tidak pernah menampakan diri sejak dua hari yang lalu.

Renjun kira Jaemin pergi bersama Hyunjin seperti sebelumnya, tapi jika memang pergi dengan Hyunjin kenapa dia tidak pernah kembali, manager bilang Jaemin tidur di perusahaan karna sibuk berlatih, tapi tidak biasanya seperti itu.

Di meja dorm, Renjun masih menyelesaikan lukisanya, saat chart lagu mereka berada di puncak, Renjun akan segera memberikan ini pada Jaemin, biasanya kalau dia sedang melukis, Jaemin akan memandanginya dari arah sofa, tapi sekarang tempat itu kosong, seperti hatinya yang kosong.

Jadi tidak sabar bertemu denganya.

"hyung masih menggambar?" tanya Jisung.

Renjun mengangguk, dahinya perlahan mengkerut " kamu mau kemana?"

Jisung membenarkan tas ranselnya "menuju tempat dimana orang sakit, mengunjungi orang yang tidak seharusnya terluka, ah mellow sekali, aku pergi, nikmati hari hyung bersama Jeno hyung"

Sampai bunyi bib-bib berbunyi, Renjun tak kunjung mengalihkan pandanganya dari tempat Jisung sebelumnya, entah kenapa seperti ada celah kosong di hatinya.

Jika diingat, malam itu Jaemin tidak datang ke jembatan, anak itu juga tidak pulang, saat Renjun ke perusahaan, Jaemin tidak ada seperti menghilang, bahkan sampai detik ini cowok itu tak kunjung menampakan diri, jujur saja itu membuat Renjun khawatir juga, kalau ada apa-apa dengan Jaemin, Jeno pasti ikut khawatir juga, tapi anak itu terlihat asik dengan game.

24/7 game ala Lee Jeno.

Tiba-tiba Jeno muncul, meregangkan tubuhnya di ambang pintu, sedik kemudian mulai merapikan kacamatanya " aku lapar, kamu mau ramyeon juga?" Jeno menawarkan.

Cowok yang lebih tua tidak menjawab malah menunjukan hasil lukisanya " lihat, sudah hampir selesai"

Jeno mendengus "itu lukisan untuk Jaemin?" setelah melihat Renjun mengangguk riang Jeno melanjutkan "tega sekali, setelah kamu menolak ku, kamu masih berani menunjukan itu pada ku"

Tawa Renjun mendominasi "hey jangan seperti itu lah, kamu tau sendiri kalau aku suka Jaemin sejak sebelum kita debut, itu sudah lama sekali, tapi aku berterimakasih pada mu karna sudah menjaga Jaemin selama ini"

" apa kamu yakin Jaemin menyukai mu juga"

Renjun tersenyum lebar, menampilkan binary di mata " jelas, dia sudah bilang pada ku, bahkan aku juga sudah bilang kalau aku menyukainya, kamu mau tau akhirnya?"

Jeno menoleh seolah bertanya apa " akhirnya kami ciuman" lanjut Renjun dengan nada bangga, Renjun menangkup wajahnya yang memanas karna ucapanya sendiri, dan Jeno bergidik ngeri.

" aku rasa kamu sudah gila, aku mau buat ramyeon kamu mau?" tawar Jeno

Renjun sedikit berfikir sebelum mengiyakan, tapi tidak ada keinginan untuk membantu, Renjun semakin giat menyelesaikan lukisanya.

Jauh berkilo-kilo meter.

Haechan baru saja memberikan pernyataan atas insiden jatuhnya Jaemin ke sungai, tidak selengkap itu, dan manager juga tidak ingin Haechan memberikan kesaksian secara mendetail, masalahnya akan semakin melebar nantinya, dan pihak kepolisian akhirnya memutuskan untuk berhenti sampai Jaemin sadar dari komanya.

Cowok ini melirik tubuh yang masih terlelap, lengkap dengan alat-alat penunjang hidup. Haechan juga tidak tau kenapa Jaemin bisa koma, entah apa yang sebenarnya terjadi malam itu, rasa-rasanya Haechan ingin menjadi Jaemin malam itu, dia ingin tau seberapa sakitnya, seberapa kacaunya, dan dia ingin tau kenapa Jaemin bisa koma seperti ini.

Mama Na tampak lebih segar dibanding kemarin, sejak dia tau anak semata wayangnya masuk RS, ia tak henti menangis, apalagi ketika dokter mengatakan bahwa Jaemin berada di fase tidak sadarkan diri sampai waktu yang tidak di tentukan.

Wanita itu menangis di pelukan papa Na, sementara Haechan hanya terdiam dengan rasa penyesalan sebesar gunung.

Mama Na sama sekali tidak menyalahkan Haechan, yap, wanita itu terlihat sangat tegar, dengan sabar menyeka lengan dan wajah anaknya lembut, sesekali mengajak anaknya bercerita meski tak di jawab, dan Haechan hanya menyimak dari sofa.

"kamu pasti lapar, kamu ingin makan apa" papa Na merangkul Haechan dengan lengan kiri sementara lengan satunya sibuk menari-nari di atas layar ponsel "aku dengar kamu suka kimci, bagaimana kalau kita makan—" Papa Na menghentikan ucapanya ketika ia merasakan ada getaran dari anak lelaki ini.

"maaf" isakan itu lolos bersamaan dengan kata singkat yang meluncur dari mulutnya "maaf karna Haechan tidak bisa mencegah Jaemin, maaf karna Haechan tidak bisa menjaga Jaemin dengan baik, maaf karna Haechan, Jaemin harus koma seperti ini,, hikss"

Papa Na menoleh pada Mama sebentar sebelum membawa Haechan kedalam pelukan seorang ayah, Papa Na menepuk punggungnya menenangkan "kenapa kamu menangis seperti ini, Jaemin baik-baik saja kok, besok juga bangun, mungkin dia butuh istirahat"

"tapi om" rengek Haechan disela-sela tangisnya.

"tidak ada tapi-tapian, itu bukan salah kamu, bisa jadi karna Jaemin tergelincir lalu masuk sungai" papa Na mengusap pelan rambut anak ini lembut.

Dan Haechan bisa merasakan kehadiran Jaemin di dalam pelukanya, kehangatan, ketenangan ini sama seperti saat Jaemin memeluknya, Haechan jadi rindu anak itu, padahal Jaemin ada di dekatnya.

Haechan mengusap sudut matanya "itu artinya aku tidak menjaga Jaemin, sampai anak itu tergelincir dan masuk sungai"

"tidak apa-apa,"ucap pria itu sembari melepas pelukanya. "jadi kamu ingin makan apa" tanya papa Na sekali lagi

"aku ingin ramyeon"

"ayam pedas balado"

Saut dua orang dari ambang pintu, dan kedatangan Chenji membuat papa dan mama Na terkekeh, dua anak itu memang sangat menggemaskan, tidak heran kenapa semua orang menyukainya.

Haechan cemberut "kenapa kalian masih doyan makan padahal Jaemin sedang koma?" kesalnya, mereka semua seperti tidak sedih sama sekali.

Papa Na bangkit dari kursinya "biasanya Jaemin bilang apa sama kalian?"

Chenle terlihat berfikir "jangan sampai telat makan, istirahat yang cukup, dan jaga kesehatan"

"yoksi" Papa Na membuat tos ala-ala pada dua anak itu, membuat Haechan terpaksa ikut juga, tapi itu benar-benar menyakiti hatinya.

Dia harus bertemu Jeno secepatnya.

-

Dan ketika makanan yang mereka pesan datang, taka da satu orang pun yang menyentuhnya, Jisung duduk di sebelah mama Na, ikut menggenggam tangan setengah hangat milik hyung yang selama ini ia sayangi, apa masih ada kesempatan bagi Jisung untuk mengatakan kalau dia menyayangi Jaemin, apa dia masih punya kesempatan untuk membalas semua kebaikan yang pernah Jaemin beri untuknya, itu belum terlambat kan?

"ini pertama kalinya kan kamu lihat Jaemin koma seperti ini?" tanya Mama Na tiba-tiba.

Jisung mengangguk.

Mama Na tersenyum tipis "ini yang kedua kalinya" dan ucapan mama Na membuat Jisung tersentak kaget "saat Jaemin hiatus, dia sempat koma beberapa hari seperti ini, kalian pasti khawatir kan sama Jaemin, tapi Jaemin anak yang kuat kok, dia akan segera bangun"

"Jaemin hyung membuat aku takut" Jisung menunduk dalam, dan perlahan ia bisa merasakan usapan lembut pada rambutnya.

"jangan takut Jisung-a, Jaemin akan segera bangun kok, omong-omong kemana Renjun dan Jeno?"

Apa mama Na masih akan menanyakan dua orang itu jika tau apa yang sudah mereka lakukan pada Jaemin, apa Mama Na masih akan bersikap baik jika dia tau kalau Jeno sempat mengeroyok Jaemin, sial Jisung benci sekali.

Jisung mengusap tangan hyungnya lembut "mereka akan segera kesini"

Mama Na tersenyum teduh, "jika mereka sedang sibuk, tidak perlu memaksa untuk datang, alangkah lebih baik kan kalau mereka datang Jaemin sudah sadar"

"kenapa?"

"tidak" mama Na menggeleng "hanya saja, tante tidak ingin melihat lebih banyak orang yang terluka"

T
B
C

I know I'm stupid ( Jaemren)✅Where stories live. Discover now