IKIS_46

819 135 8
                                    

A Fanfiction
.
.
IKIS_46
.
.
Na_Ren
.
.
Btw Enjoy
.
.
Klik bintang kalau suka🤗
.
.
Follow juga akun ini hehe
.
.

Rasanya seperti déjà vu, rasanya Jeno pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, rasanya dia pernah memijak jalan yang saat ini sedang ia lalui, benar, dia pernah berkunjung ke tempat ini, aroma khas rumah sakit ini sangat Jeno kenal, kamar Jaemin ada di lantai 5, itu yang selalu ia rapal dua tahun lalu ketika berkunjung ke rumah sakit.

Menjenguk Jaemin saat anak itu di vonis harus istirahat total, datang ke rumah sakit sendirian, nyaris setiap hari, bahkan jika Jeno tidak bisa datang maka dia akan menginap untuk menebus ketidak datanganya.

Dan sekarang perasaan itu kembali datang, rasa takut kehilangan, rasa bersalah. Jeno tidak akan pernah memaafkan dirinya jika terjadi apa-apa dengan Jaemin.

Dan sekarang kamar Jaemin ada di lantai 6, kenapa anak itu harus dirawat di tempat seperti ini, kenapa semuanya jadi seperti ini.

Jaemin kumohon maafkan aku.

-

Jisung menggenggam erat tangan Jaemin sesekali menciumnya, wajahnya tampak tenang tapi ada yang bergejolak di dalam dirinya, rasa rindunya, mungkin Jisung tidak terang-terangan menangis di depan semua orang seperti kemarin, tapi diam-diam hatinya yang menangis, kadang ia mengusap sudut matanya dengan lengan, dia tidak sanggup melihat hyung tersayangnya tertidur seperti ini.

"hyung ayo bangun" JIsung merapikan sedikit anakan rambut yang menutupi keetampanan Jaemin, poni hyungnya lumayan panjang sekarang, rambutnya tidak terlalu berantakan tapi wajah Jaemin semakin tirus, Jaemin pasti kehilangan banyak berat badan.

"mau sampai kapan hyung tidur terus, hyung ingat kan dua minggu lagi kita comeback, comeback full album, hyung masih ingat kan, memangnya hyung gak kangen sama NCTZEN, memangnya hyung mau kalau comeback kita di undur, memangnya hyung gak kasian sama kita yang nungguin hyung bangun, ini udah hampir 1 minggu loh"

Jisung menjeda ucapanya untuk menghirup nafas panjang "apa hyung gak kangen sama Jisung, sama Renjun, Jeno, Chenle, Haechan, apa hyung gak kangen sama Dream, apa hyung gak kangen sama mama papa,?"

Tidak ada jawaban.

"kalau hyung capek, hyung lelah, hyung boleh kok istirahat, tapi jangan lama-lama kaya gini.. hiks" Jisung mengusap matanya.

Dan Jeno mati-matian menahan berat tubuhnya, kakinya gemetar hebat, untuk melangkah pun rasanya tak sanggup, lorong panjang yang saat ini ada di depan matanya menohoknya sampai ke rongga dada, dan tepat ketika orang yang ia kenal muncul dari sebuah pintu, Jeno resmi ambruk di atas lantai.

Menangis, satu hal yang bisa dia lakukan, kembali menyalahkan dirinya karna tidak berada di samping Jaemin sejak awal, karna dia datang terlambat karna semua ini terjadi karnanya.

"hyung" Chenle menarik tangan Jeno supaya cowok itu lekas bangkit, disela-sela tangisnya Jeno mulai berdiri dengan bantuan Chenle, sial! Chenle kembali menangis, di dalam ada Jisung yang masih menangis dan kini dia harus melihat Jeno juga.

Jeno menggigit bibir bawahnya kuat saat ia sampai di ambang pintu, wajahnya basah kuyup saat Jisung menoleh ke arahnya, dan ia tidak bisa melakukan apa-apa ketika Jeno setengah berlari menghampiri brankar dengan air mata yang masih mengalir.

"Jaeminnnaa" isaknya.

Jeno buru-buru meraup tangan Jaemin yang tidak berdaya, memberikan kecupan kecupan di setiap sisinya, "maaf, maafkan aku, maafkan keegoisan ku, aku salah, aku tau aku membuat mu terluka, tapi jangan hokum aku seperti ini, kamu melukai ku, benar-benar melukai ku"

Dan sekarang Jeno memeluk tubuh itu meletakan kepalanya di perut Jaemin sedangkan tangan kirinya melingkar posesif "na Jaemin aku mohon lekas bangun, jangan membuat aku semakin merasa bersalah, aku sungguh minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi, jadi ayo bangun Jaemin"

Tetap tidak ada perubahan.

Tangis itu masih terus berlangsung terdengar pilu dan perlahan membuat Jisung kembali tersedu.

Menyadari kondisi ini, Chenle menarik Jisung kedalam pelukanya, membawa cowok itu keluar dari ruangan itu, membiarkan Jeno menumpahkan rasa bersalahnya, biarkan Jeno menanggung rasa sakitnya.

Haechan menoleh saat Chenle dan Jisung muncul kemudian disusul suara pintu yang tertutup. Haechan menggeser duduknya kemudian membiarkan Jisung menempati, yang lebih tua mengusap lengan Jisung menenangkan, sesekali mengusap rambutnya.

"Jaemin akan segera bangun, jangan menangis" ucapnya menenangkan.

Jisung hanya menghela nafas kemudian mengangguk.

4 jam kemudian.

"makan dulu Jen" kata Haechan.

Jeno hanya menoleh taka da niat untuk bangkit dari kursinya, taka da niat untuk melepaskan genggaman tangnya, taka da niat untuk meninggalkan Jaemin barang satu detik pun, Jeno ingin menebus kesalahanya.

Hingga keajaiban itu akhirnya datang.

Jemari itu akhirnya bergerak pelan, mata yang satu minggu tak pernah terbuka kini perlahan mulai melebar, tubuhnya masih kaku diatas brankar, telinganya seakan tidak bisa mendengar, tapi tentu saja ia tau apa yang sedang terjadi di ruangan itu.

Kehebohan.

Ia bisa melihat berbagai macam ekspresi di dekatnya, ia bisa melihat raut lega, ia juga bisa melihat wajah sedih penuh air mata, tidurnya nyenyak sekali, tapi Jaemin tidak ingat seperti apa mimpinya semalam.

kedatangan para dokter dan perawat menyadarkan Jaemin jika saat ini ia sedang terbaring di atas brankar rumah sakit, selang infus tertanam di dalam lenganya, kabel-kabel entah apa tertempel di permukaan tubuhnya, da nada sejenis jepitan jemuran di ibujarinya.

Entah apa yang terjadi, Jaemin tidak bisa mengingatnya, tapi ketika ia melihat wajah dari yang lain, seperti ada yang mereka rindukan, ataukah dia yang mereka rindukan.

"Jaemin" panggil dokter tampan di sebelahnya.

Ya Jaemin tau jika dokter itu memanggilnya, tapi mulutnya seperti slit di gerakan, akhirnya Jaemin hanya pasrah saat dokter-dokter itu menekan atau mengetuk-ngetuk permukaan tulangnya, tapi melihat wajahnya yang mesem sepertinya tidak ada hal yang perlu dicemaskan.

"Jaemin coba kamu gerakan kaki mu"

Seperti yang dokter perintahkan, Jaemin melakukannya meski sebentar, dan raut wajah si dokter kembali berubah cerah "kamu melakukanya dengan baik" ucap si dokter sebelum berbalik, sepertinya ada yang ingin ia katakan pada papa.

Ya dan saat ini Jaemin bisa merasakan hangatnya pelukan mama, ia bisa mendengar setiap kata yang keluar dari orang yang melahirkanya dulu, aneh kenapa semuanya bisa seperti ini.

"apa ada yang sakit?" tanya mama sembari menyilakan rambut anaknya.

Jaemin menggeleng "Jaemin baik-baik saja, tidur Jaemin rasanya panjang sekali, tapi Jaemin menikmatinya"

Mendengar itu rasanya Haechan inngin melempar sepatunya, bagaimana bisa Jaemin berucap setenang itu padahal selama satu minggu ini semua orang menghawatirkanya.

Perlahan mama mulai menjelaskan pada Jaemin apa yang terjadi, bagaimana Jaemin bisa koma setelah terjun ke sungai, dan ketika mama bertanya apa yang sebenarnya terjadi malam itu, pandangan Jaemin tertuju pada sahabatnya, Jeno menunduk dalam dia merasa menyesal.

Dan ingatan Jaemin akhirnya kembali, dimalam saat Jeno mengeroyok, berkata jika persahabatan mereka sudah berakhir, dimalam ketika ia melihat Renjun dan Jeno di jembatan, semua itu akhirnya kembali ia ingat.

Dan perlahan hatinya menghangat, Jeno ada disini ya yang lalu biarlah berlalu, lantas kemana anak itu?

Renjun akan baik-baik saja, dia akan menderita jika tau Jaemin ada di rumah sakit, melihat Jeno, melihat semua orang disini hatinya menjadi ringan.

Jaemin bahagia.

TBC

I know I'm stupid ( Jaemren)✅Where stories live. Discover now