Chapter 17

847 161 44
                                    

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

Doyoung membuka pintu ruang kerjanya bersama Jaehyun pagi ini. Ia tidak menemukan keberadaan sahabatnya itu di ruangan ini juga. Doyoung hanya bisa menghela nafas karena sudut-sudut hatinya terasa kosong setelah ia tidak menemukan si Marga Jung yang tinggal bersamanya beberapa waktu terakhir ini. Doyoung jelas merasa kehilangan meski ketika bertemu mereka cukup sering bertengkar.

Doyoung tidak bisa mengeluh tentu saja, ia harus segera bekerja setelah liburan menyenangkan. Pemuda bermerga Kim itu mengecek kembali ponselnya untuk memberitahukan kepada Renjun dan Haecham bahwa mereka harus bersiap untuk sesi rawat jalan hari ini. Ia melihat ke arah obrolan pribadinya dengan Jaehyun. Doyoung tersenyum getir karena akhir dari chat itu adalah kalimat permintaan maaf Jaehyun dan pamit untuk pindah ke apartemen baru.

Doyoung sebenarnya ingin Jaehyun terus tinggal dengannya, meski harus terjebak dengan hubungan aneh bersama Jaehyun. Ia bahagia dengan itu,  meski harus berebut makanan setiap hari. Bertengkar untuk hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu untyk diperdebatkan. Doyoung memang tidak ingin kehilangan itu.

"Oh!"

Doyoung segera berbalik ketika mendengar suara seseorang. Ia kembali melemaskan bahunya setelah terkejut selama beberapa detik sebelun tersenyum kepada orang yang masuk ke ruangan itu. "Jeno-ya ada apa?" tanya Doyoung.

Pemuda dengan marga yang sama dengan Jaehyun itu mengerjap. "Hanya terkejut karena Hyung sudah pulang, ternyata waktu cepat berlalu. Aku hanya mengantarkan sebuah dokumen pasien ke meja Jaehyun Hyung untuk dibaca. Besok ada pasien yang ditransfer ke sini."

Doyoung mengangguk, ia ragu untuk bertanya kepada Jeno di mana kakak pemuda itu berada.

"Jaehyun Hyung sedang ada di apartemennya untuk tidur. Dia bekerja di rumah sakit akhir pekan kemarin karena ada sebuah bus sekolah yang kecelakaan. Dia harus mengoperasi beberapa pasien sekaligus. Jadi hari ini dia diberikan libur oleh Direktur," kata Jeno seperti bisa membaca isi pikiran Doyoung.

Pemuda bermarga Kim itu mengangguk. Namun ia masih bertanya kenapa Jaehyun mendadak pindah dari apartemennya, meski ia tahu satu alasan yang pasti. Jaehyun pasti ingin menghindarinya karena sesuatu. "Jeno, apa kau tahu alasan Jaehyun tiba-tiba pindah?" tanya Doyoung akhirnya.

Jeno mengangguk, "Aku pikir Hyung sudah tahu soal itu meski Jaehyun tidak membicarakannya denganmu Doyoung Hyung. Jika kau bertanya apa alasannya kau lebih dari sekedar mengetahuinya. Hyung yang mendorong Johnny Hyung untuk melakukannya. Dan untuk sementara ini yang terbaik untuk kalian bertiga. Jaehyun memberi jarak dan waktu untuk kalian dan dirinya sendiri."

Doyoung menunduk, ia tidak bisa menyalahkan Jaehyun untuk itu. Semua sudah terjadi tidak akan bisa mengembalikan waktu jika Doyoung ingin mengulangnya. Namun sudut hatinya juga lega setidaknya ia bisa sedikit membantu Johnny dengan taruhan kedekatannya dengan Jaehyun. Jarak dan waktu, semua akan ditentukan nanti. Apa mereka akan tetap menjadi danau yang terlalu tenang, atau akan ada yang berubah.

"Hyung tenang saja, semua pasti akan baik-baik saja. Karena kalian semua orang baik pasti ada cara untuk kembali seperti semula meski akan ada yang berbeda. Ikatan kalian lebih daripada sekedar teman. Kalian lebih lengket dari lem terbaik di dunia. Jangan khawatirkan hal-hal yang belum pasti Doyoung Hyung. Aku pergi atau Mark Hyung akan mengomeliku karena terlalu lama," kata Jeno berpamitan.

A Calm WaterWhere stories live. Discover now