Chapter 20

789 132 29
                                    

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

Taeyong melambaikan tangan pada Taeil, yang disapa bertanya-tanya kenapa Taeyong malah ada di pintu kedatangan bukan pintu ke berangkatan. Seharusnya giliran pemuda itu untuk berlibur namun kenapa pemuda itu malah ada di sini? Jika Taeyong ada di sini untuk menunggunya ia akan merasa tidak enak kepada sahabatnya itu.

"Kau tidak pergi berlibur?" tanya Taeil langsung.

"Aku akan pergi, namun masih beberapa jam lagi pesawatnya berangkat. Aku sengaja menunggumu," kata Taeyong sambil tersenyum. "Bagaimana Thailand?"

Taeil tersenyum, "Menyenangkan, aku datang ke tempat yang direkomendasikan oleh Ten. Sepertinya aku akan mentraktirnya sebagai rasa terima kasih. Aku benar-benar menikmati liburanku."

"Aku senang jika kau menikmatinya dan tidak memikirkan pekerjaan atau hal yang lain," kata Taeyong.

"Aku membawakanmu oleh-oleh juga tapi akan aku berikan ketika kau pulang liburan. Aku tidak akan menambah beban kargomu," kata Taeil sedikit bercanda.

"Tentu, aku juga akan membawakan sesuatu untukmu," kata Taeyong. Ia memandangi Taeil yang terlihat lebih cerah tanpa beban. Ini adalah Taeil yang paling disukai oleh Taeyong. Taeil selalu melakukan yang terbaik untuk pekerjaannya. Ketika Taeil lebih rileks dan bisa tertawa lepas seperti ini, itu membuahnya jauh lebih cerah dan akan membuat Taeyong jatuh cinta kembali.

Taeyong ingin menjadi orang itu, orang yang selalu membuat Moon Taeil tertawa dengan tulus seperti ini. Namun ia tidak bisa berharap banyak, ada orang lain di hati Taeil dan ia sadar itu. Ada Johnny Seo di sana, seberapapun Taeyong ingin menyingkirkan Johnny dari tahta tertinggi Moon Taeil, ia tidak bisa melakukannya begitu saja. Ia tidak ingin melukai Moon Taeil. Lebih baik menjadi obat yang menyembuhkan hatinya daripada menjadi luka gores yang berbekas selamanya.

"Aku akan memesan taksi," kata Taeil meraih ponselnya. Namun tangan Taeyong menahannya.

"Johnny akan datang untuk menjemputmu," sahut Taeyong.

Taeil terkejut, tentu saja, ini sudah cukup larut seharusnya Johnny istirahat. "Dia akan datang?"

"Begitulah, dia ada operasi terakhir dan berjanji akan ke sini," kata Taeyong.

"Seharusnya dia istirahat saja. Aku akan mengirimkan dia pesan agar pulang saja!"

Taeyong tersenyum, "Kau terlambat. Dia ada di sini."

Benar saja Johnny sedang berjalan menuju mereka berdua. Taeil menatap Taeyong tidak percaya sedangkan Taeyong tersenyum. "Nikmati waktumu bersamanya," bisik Taeyong tulus.

"Astaga Incheon jauh sekali," gerutu Johnny.

"Itu tidak terlalu jauh saat kau melewati jalan tol," balas Taeyong.

"Kau baik-baik saja menjemputku seperti ini?" tanya Taeil khawatir.

"Tida apa-apa."

Taeyong tersenyum, setidaknya Taeil sekarang sudah ada di tangan yang tepat sehingga ia tidak perlu mengirim banyak pesan kepada Taeil. Atau menganggu sahabat-sahabatnya yang lain hanya untuk memastikan Taeil pulang dengan selamat. Meski sudut hatinya sedikit terluka, namun ia sudah mempersiapkan dirinya sehingga itu tidak begitu sakit. Sebaiknya Taeyong benar-benar menikmati liburannya kali ini.

A Calm WaterWhere stories live. Discover now