5. Lost Within Reach

1.1K 105 0
                                    

Masih pukul lima lewat beberapa menit namun Haruto sudah terbangun dari tidurnya. Perlahan pandangannya jatuh ke sebelah kanan di mana Yuki masih tertidur pulas di sana. Haruto mengucek matanya sebentar sebelum beranjak dari ranjang lumayan usang yang ia tempati bersama Yuki semalaman, ia mengulurkan tangan membuka gorden jendela berwarna biru tosca, setelahnya ia terpejam sesaat menghirup udara segar yang menerpa permukaan kulitnya di pagi hari.

Tungkainya bergerak menghampiri Yuki yang tengah meringkuk memeluk guling dengan balutan selimut yang sudah turun sampai ke kaki. Instingnya berkata kalau istrinya tengah kedinginan, dengan segera tangannya meraih selimut dan menarik guna menutupi tubuh Yuki sampai sebatas leher. Istrinya itu bergerak kecil dalam tidurnya, entah mengapa melihat hal itu membuat sudut bibir Haruto tertarik ke atas.

Menyempatkan mengelus puncak kepala Yuki sejemang, Haruto lantas bangkit setelahnya. Ia keluar kamar dan mendapati kakeknya di sana.

"Mau kemana, Kek?"

"Oh Haruto?" kaget sang Kakek. "Olahraga di luar sebentar, mau ikut?"

Berpikir sejenak, pemuda bergolongan darah B itu mengangguk mengiyakan ajakan sang kakek.

Di ruang yang berbeda, mata monolid perlahan terbuka, gadis itu tersadar dari tidurnya. Ah, Yuki rasa mimpi singkatnya barusan terasa begitu nyata, bahkan senyuman Haruto yang terlihat samar tertangkap jelas di benaknya.

"Hoaam ..."

Masih ngantuk.

Tapi Yuki ingat jika ini bukan rumah Haruto, terlebih rumahnya sendiri. Dia harus bangun pagi sekarang. Ia menoleh berharap dapat mengamati wajah suaminya yang sedang tertidur akan tetapi yang diharapkan tak sesuai ekspektasi, Harutonya menghilang.

Yuki mendengus. "Nggak dibangunin," gerutunya, lalu ia beringsut turun dan menggeser pintu kamar yang otomatis langsung terhubung dengan ruang tengah yang terletak tak jauh dari ruang makan.  

Udon, tamagoyaki dan natto, menjadi menu sarapan pagi ini. Mie udon yang disajikan dengan tamagoyaki -telur dadar yang digulung- itu nampak enak dan menggiurkan apalagi ditambah dengan nasi yang hangat, tak lupa natto yang terbuat dari biji kedelai difermentasi dengan Bacillus subtilis itu juga nampak apik tersaji bersama sepiring tempura udang. Yuki terdiam, merasa malu karena tidak membantu nenek, ia malah tidur sampai jam segini.

Menyadari kehadiran Yuki, wanita tua itu pun membuka suara, "Sudah Nak, kamu mandi saja, biar sisanya Nenek yang selesaikan."

"Eum, maafin Yuki ya, Nek ... aish! Bisa-bisanya Yuki nggak bantu Nenek masak."

"Sudah, sudah Nenek ini wonder woman kok, nggak perlu dibantu juga pasti selesai," guraunya menimbulkan tawa Yuki yang mendominasi.

Matahari perlahan naik dari ufuk timur menampakkan dirinya malu-malu disambut kepakan burung yang membuat Yuki mendongak menatap langit yang perlahan mulai terang.

Suara pintu terbuka membuat Yuki mengalihkan atensinya, nampaklah Haruto di sana dengan baju yang terlihat basah dan wajah yang berkeringat menggoda ... o-oh hey! Maksudnya berkeringat kusut karena habis berlari tentunya.

"Siap-siap cepet."

"Mau kemana? Sarapan dulu, aku udah duluan sama Nenek."

Gadis itu menatap Haruto yang berjalan mendekat ke arahnya, namun pria itu malah berhenti dan membuka pintu lemari yang tak jauh dari Yuki lanjut mengambil satu celana dalam berwarna hitam dan beberapa helaian kain yang dipilihnya asal-asalan. Yuki pikir pria itu mengambil kaos oblong dan juga celana bahan berwarna krem.

Hidden Wife || Haruto Where stories live. Discover now