44. Can't Tell Me?

999 84 18
                                    

"Aku nggak papa kok, kita nggak perlu ke rumah sakit."

"Pake masker kamu." Haruto mengingatkan.

Cowok bertopi hitam dengan warna masker senada itu beberapa kali menatap layar ponsel, memastikan bahwa taksi yang ada di seberang memang kendaraan yang telah ia pesan sebelum tangannya benar-benar melambai.

Sedangkan Yuki, gadis itu terlihat gelisah. Ia harus memutar otak jika tak ingin Haruto tahu. Yuki benar-benar berusaha dengan berbagai macam cara agar mereka tak jadi pergi ke rumah sakit.

"Kak, seriusan, aku udah nggak kenapa-napa. Ke apotek aja ya? Kita beli obat, gimana?"

"Ayo masuk." Haruto mendorong pelan punggung Yuki setelah sempat sebelumnya ia naikkan tudung jaket kedodoran miliknya yang dipakai Yuki.

Enggan untuk berputar dan membuka pintu mobil yang ada di sebelah, Haruto malah menjejalkan dirinya masuk menggeser Yuki yang terduduk gusar dengan keringat sebesar biji jagung di pelipis. Telapak tangannya berkeringat dingin, detak jantungnya juga sudah tak karuan sekarang, untuk sekadar bernapas saja rasanya jadi begitu sulit.

Apa memang ini saatnya Haruto tahu?

"Ke rumah sakit ya, Pak," ucap Haruto kepada sopir taksi tersebut dan kendaraan beroda empat itu pun mulai melaju.

"Gimana kalo kita mampir ke rumah makan dulu, kamu belom sarapan kan?"

"Kamu lupa apa gimana? Bungkusnya kan baru aja aku buang."

"Aku laper lagi," bohongnya, yang tak diindahkan oleh Haruto.

Mungkinkah Yuki pikir Haruto akan semudah itu untuk dibodohi?

Semakin Yuki mencari alasan, semakin yakin pula Haruto dengan kecurigaannya selama ini. Gadis itu terlihat sekali enggan berurusan dengan yang namanya rumah sakit.

Ada apa sebenarnya?

'Rahasia apa yang berusaha Yuki tutupi dari gue?'

"Sejujurnya aku takut jarum suntik."

"Hm?" Haruto menoleh, dilihatnya wajah tertunduk Yuki yang nampak sendu.

"Aku takut kalo nanti bakalan dirawat inap lagi, aku nggak mau ngerepotin Kak Haru," sambung Yuki dengan jari yang terlihat sibuk bermain kuku. "Kak Haru udah sering aku repotin, aku juga sering ganggu waktu istirahat Kak Haru. Kali ini aku gamau bikin Kak Haru makin sibuk karena harus nemenin aku di rumah sakit."

"Kamu ini kenapa? Yang namanya orang sakit, ya harus dibawa ke rumah sakit. Masalah kamu ngerepotin aku apa enggak itu aku yang menilai, tugas kamu cuman harus nurut sama aku."

"Kak, tapi ..."

"Kamu ada sembunyiin sesuatu dari aku? Kenapa keliatan ketakutan gini?"

Yuki memucat.

'Mati gue!'

"Huh? Nye-nyembunyiin apa? Nggak ada tuh."

Bagaimana bisa Watanabe Haruto dengan gampangnya membaca wajah Kiyomizu Yuki?

Yuki terpejam singkat, buru-buru ia membuang wajahnya ke samping. Ada baiknya ia menghadap jendela daripada bertemu pandang dengan Haruto.

"Kamu ... jangan ada rahasia apa-apa ya di antara kita."

Mendengar itu otomatis kepalanya menoleh, ia selami jelaga coklat gelap milik Haruto. Ia amati kedamaian di dalamnya. Lantas hatinya tersenyum miris.

'Aku sembunyiin ini semua juga karena Kak Haru.'

"Setelah ini, aku nggak mau lagi lihat Kak Haru marah."

"Maaf, karena udah bikin kamu nangis, ... dan belum bisa bikin kamu bahagia."

Hidden Wife || Haruto Where stories live. Discover now