16. Suddenly

778 61 10
                                    

"Punya siapa?"

Sebuah bucket bunga mawar berwarna merah tergeletak di bawah rimbun pohon natal yang penuh kelap-kelip lampu membuat fokus Yuki teralihkan. Gadis yang baru saja kembali dari acara membuang sampah itu mengamati sekitar. Tak ada gerak-gerik mencurigakan, semuanya tampak normal, jadi ia memutuskan untuk mengambil bunga tersebut.

Warna merah menyala dan tampak masih segar, seperti baru saja diletakkan dengan sengaja. Perlahan Yuki mendekatkan wajahnya, menghirup aroma bunga mawar dalam. Wangi, Yuki suka!

"Pasti dari Kak Haru," monolognya girang.

Ia pun membawa bunga itu masuk dengan sumringah lalu menaruh tumbuhan berduri yang akan melukai pemiliknya jika tak hati-hati itu di atas ranjang empuk, tepat di samping ponselnya yang ternyata baru saja menyala sebab adanya panggilan masuk.

'Haruto is calling', begitu tulisan yang Yuki baca di layar ponselnya.

Mereka sepertinya layak dikatakan sehati. Bagaimana mungkin Yuki yang memang berniat hendak menelepon Haruto malah mendapatkan panggilan masuk terlebih dahulu dari pria itu.

Dengan senang hati Yuki mengangkatnya.

"Halo."

"Paketnya udah dateng?"

"Udah," jawab Yuki antusias.

Haruto tertawa kecil. "Seneng nggak?"

Tak perlu ditanya, senang sekali malah! Kedua pipi Yuki rasanya kini memanas, lihat saja wajahnya langsung memerah sekarang.

"Hum!" Yuki mengiyakan.

Yuki rasa Haruto mulai menyukainya. PD dulu tak masalah lah ya, lagipula mereka juga sudah menikah. Bunga mawar merah melambangkan cinta, kan?

"Yaudah, jangan lupa dipake."

Tunggu! Dipakai? Apa yang Haruto maksud?

"Dipake?"

"Iya."

"Apanya?"

"Hadiahnya."

Bola mata Yuki bergulir ke samping, menatap sekelompok bunga yang dirangkai menjadi satu dalam sebuah kertas berwarna pastel.

"Haha! Dipake gimana, kan bunga --"

"Bunga?"

"..."

"Aku nggak kirim bunga."

Mendengar kalimat Haruto yang mengatakan bahwa dirinya tak mengirimkan sebuah bunga kepada Yuki membuat gadis itu terdiam seribu bahasa.

Benar juga! Yuki kan sekarang sedang tak berada di Fukuoka. Sejak pagi Yuki telah berada di Munakata, rumahnya, kediaman keluarga Kiyomizu.

Seingat Yuki pula Haruto belum pernah singgah sekalipun di rumahnya. Pria itu juga tak mengetahui alamat dan lokasi pasti rumah Yuki.
Lantas bagaimana bisa Haruto mengirimkan sebuah bucket bunga?

Menanyakan kepada mamanya? Atau ayahnya?

Yuki menggeleng kecil, nggak mungkin.

"Kalo bukan dari kamu ... terus, ini dari siapa?"

Jangankan mengirimi Yuki bunga, mengakui perasaannya saja Haruto tak mau.

"Maybe, buat Airi. Kata Mama dia lagi deket sama cowok di sekolah." Haruto tertawa di sela-sela perkataannya.

Sementara itu Yuki benar-benar dibuat kebingungan.

"Aku nggak lagi di rumah kamu."

"Di mana?" tanya Haruto dingin karena suara tawanya mendadak reda.

Hidden Wife || Haruto Where stories live. Discover now