33. What's next?

862 75 11
                                    

"Emm ... maaf." Tidak ada respon dari Haruto. Pemuda itu kembali ke setelan pabrik, dingin dan cuek. Yuki paling tidak suka kalau Haruto sudah kembali normal seperti ini. Menyebalkan!

Paling tidak seharusnya cowok itu melemparkan senyumnya ke Yuki. Kalau seperti ini Yuki jadi kepikiran sendiri, dimana letak kesalahannya.

Masak cuman gitu doang udah marah?

Sejak saat itu Haruto jadi tak banyak bicara Bahkan setelah mereka menghabiskan makan siangnya.

"Tadi Kak Haru bilang mau ngomong sesuatu?" Yuki membuka obrolan lantaran tidak tahan dengan suasana di antara mereka.

"Udah lupa."

Ini kalo ditabok, bakalan dosa nggak sih?

Hufft ... sabar, sabar.

OKE! Kalo gitu berarti giliran gue yang nyari topik obrolan!

"Eh iya, aku tadi bawa snack banyak, liat deh, Kak!" Yuki menunjukkan isi tas punggungnya yang penuh dengan warna-warni bungkus jajanan ringan.

"Hm."

"Iish! Nggak suka banget! Kenapa sih Kak Haru itu kadang jail, kadang cuek, kadang nyebelin, kadang juga bikin--baper?!" Suara Yuki mengecil di ujung kalimat. Malu ceritanya.

Haruto beralih menatap Yuki. "Kenapa emangnya?"

"Ya ... nggak papa. Tapi kan seenggaknya tuh hargain orang gitu loh, gini-gini aku juga punya hati --"

CUP.

"Bawel."

Wait! Yang barusan apa?

Yuki mematung hingga lupa caranya bernapas, matanya mengedip beberapa kali.

Yuki bilang juga apa, Haruto itu pandai memanipulasi keadaan. Setelah sukses membuat kesal Yuki, sekarang dengan lancangnya Haruto mengecup bibir Yuki tanpa permisi, membuat perasaan sang empunya jadi tak terkendali.

Maunya apa sih?!

"Kak ..., i-ituu yang barusan ...."

"Apa?" tanya Haruto masih dengan wajah datarnya.

Gemes banget muka bingung istri gue, batin Haruto menahan agar tidak tersenyum.

Sumpah demi apapun! Melihat Yuki yang pipinya semerah kepiting rebus itu membuat Haruto jadi benar-benar ingin tertawa sekencang-kencangnya.

Memang sesalting itu dia.

Merasa wajahnya panas dan takut jika rona merah muda itu disadari Haruto, Yuki buru-buru memalingkan wajahnya ke luar jendela.

Pasokan udara di sekitarnya hilang entah kemana. Sangat tidak bersahabat bukan?

"Liat apa? Yang ganteng di sebelah sini."

Geli banget, serius!

Hampir satu tahun bersama Haruto membuat Yuki jadi lebih memahami pribadi itu. Tingkat kepercayaan dirinya, ketakutannya, caranya belajar hal baru, beradaptasi, dan masih banyak lagi. Jadi jangan heran, jika yang namanya Watanabe Haruto membanggakan visual tampannya dengan berlebihan.

Terlalu lama memandangi langit membuat kepala Yuki lama kelamaan jadi terasa pusing.

Sudut mata Yuki mendapati Haruto yang entah sejak kapan sibuk bermain ipad di sampingnya dengan airpods di telinga. Sepertinya sedang mengaransemen lagu atau apalah itu, Yuki tak tahu.

Yuki kemudian memasangkan bantal leher dan mulai membuat matanya terpejam dan tubuhnya nyaman.

Cukup lama Yuki berusaha menghilangkan pening di kepalanya. Akan tetapi, bukannya menghilang, perutnya malah ikut-ikutan tidak enak.

Hidden Wife || Haruto Where stories live. Discover now