30. fakta

8.8K 1.5K 291
                                    

Sedikit kilas balik saat tuan kang dan istrinya berkunjung ke kediaman choi. Saat pertama kali masuk, hal yang dilihat oleh tuan kang adalah beberapa pecahan kaca yang berserakan. Dia sudah menduga hal ini sebelumnya.

Dia kira kondisi sang pemilik tak jauh dari kondisi rumahnya—yang kacau, namun nyatanya dia salah. Lelaki bermarga choi itu masih tetap seperti biasanya. Dengan sorot mata yang tajam nan arogan, dia menyambut tuan kang dengan setengah hati.

"Jadi apa yang membuat anda datang kemari, tuan?" tanyanya sopan.

"Saya ingin membicarakan perihal putra bungsu anda, choi beomgyu."

Nampak jelas tuan choi meremat sofa kuat kuat, lalu helaan napas keluar dari celah bibirnya—dia berusaha meredam amarahnya.

"Choi beomgyu? maaf saya tidak menge—"

"Jangan berpura pura lagi tuan, saya tahu mengenai putra bungsu anda."

Tuan choi bungkam.

"Begini saja, entah anda masih peduli atau tidak dengan beomgyu. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa anak itu sekarang berada di rumah saya. Dia sudah menceritakan segalanya. Tidak ada alasan lagi untuk mengelak, informasi yang saya peroleh terlalu banyak."

Dengan mata yang memandang remeh, tuan choi menyibak jasnya dan mengeluarkan selembar kertas dan pulpen. "Berapa maumu?"

"Maaf?" sebenarnya tuan kang paham, namun untuk memastikan saja semoga pemikirannya salah.

"Kembalikan beomgyu dan katakan berapa nominal yang anda inginkan."

Dasar orang kaya, dia pikir semuanya bisa di beli dengan uangnya.

"Dengar tuan, saya sama sekali tidak menginginkan uang anda. Saya hanya ingin anda berhenti memperlakukan beomgyu seperti itu dan membebaskannya." ucap tuan kang kemudian.

Sang tuan rumah tertawa menggelegar diantara kesunyian yang ada. Dia mengubah posisi duduknya, sekarang tuan choi menopang dagunya dengan tangan dan menatap intens lawan bicaranya.

"Anda tidak perlu repot repot mengajari saya mendidik anak, jangan ikut campur."

Ada benarnya, beraninya tuan kang yang bukan siapa siapa malah mengurusi urusan keluarga tuan choi. Tapi bukan seperti itu maksudnya.

"Saya memang tidak tahu seperti apa anda mendidik kedua putra anda. Tapi di sini saya bisa mengatakan bahwa cara anda salah, mengurung dan menyiksa anak bukanlah hal yang diperbolehkan."

Tuan choi nampak sedikit kaget mendengar itu.

"Anda kira saya tidak tahu tentang kekerasan yang anda perbuat pada yeonjun?" senyum mengembang di wajah tuan kang. Senang rasanya membuat pak tua choi terdiam dan gelisah.

"Tidak perlu berbelit belit kang, apa maumu?"

Tuan kang merebahkan punggungnya pada sofa empuk. Dia berhasil mengambil alih situasi, tinggal mengajukan beberapa syarat dan rencananya akan berhasil.

"Saya akan tutup mulut jika anda bisa memperlakukan beomgyu selayaknya remaja biasa, bagaimana?"

Tawaran tuan kang tidak terlalu buruk. Anak itu kan tidak bisa bicara, rivalnya juga bersedia menutup mulut dengan harga murah, apa lagi yang perlu ia takutkan.

"Kenapa anda susah susah melakukan hal ini? dengan otak licik itu anda bisa saja membeberkannya ke publik jika saya memiliki putra bungsu yang bisu dan menyiksa si sulung."

Tuan choi tidak boleh langsung terbuai, bisa saja ini hanya jebakan belaka.

"Suami saya tidak pernah berpikir seperti itu tuan, anda jangan salah paham." satu satunya perempuan di sana angkat bicara. Dia sudah muak dengan obrolan ini.

Senyap - taegyuWhere stories live. Discover now