3. ES DUREN

565 277 279
                                    

Gengs, aku ada kabar baik nih. Mungkin lebaran nanti, antologi cerpenku akan terbit. Aku bersama teman² dari Writing for Healing menulis cerita ttg kesehatan mental.
Oya, buku ini akan diterbitkan oleh Tisa PinkLuv 💕

Semoga lancar yaa prosesnya 👑

Thank you

Thank you ❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌼🌼🌼

POV ALUNA

"Kok pink?" tanyaku saat Kale memakaikan helm bogo pink ke kepalaku. "Yang merah biasa mana punya gue?"

"Ada di rumah."

Aku memberengut. Setiap hari Kale membawa helm merah itu ke sekolah khusus dipakai olehku, tapi kenapa sekarang dia tidak membawanya? Apa karena dia pikir aku tidak akan masuk sekolah lagi? Atau dia berniat untuk mengajak cewek lain selain aku?

Seolah dia bisa membaca pikiranku, dia berkata, "Tadinya gue mau ngajak Venya jalan." Aku mengerjap, menunggu kelanjutannya. "Tapi kayaknya jalan sama lo itu udah takdir gue deh." Dia mengeluarkan motor dari parkiran, sedangkan aku malah tersipu dibuatnya. "Udah, senyumnya jangan diabisin. Simpen buat nanti."

Senyumanku itu berganti dengan wajah datar.

"Ya jangan sedatar itu juga, sih." Kale menggaruk kepalanya. Mungkin dia geregetan melihat sikapku ini. Dia membenarkan jaketnya. "Jaket lo mana?"

Aku menggeleng. "Ya gue enggak bawalah, Le. Kan lo dadakan gini."

"Ya bukan salah gue dong. Lo yang ngapain mendadak mau ikut gue?"

"Iya juga, sih. Tapi kan sekarang gue cewek lo, ya gue harus tahulah lo kaburnya ke mana."

Kale berdecak sambil menggeleng. "Tanggungan gue nambah," gerutuhnya yang lagi-lagi membuatku memberengut. "Ya udah. Buruan naik!"

Aku menuruti perintahnya. Senyumku terulas lagi. Rasa bahagiaku meletup-letup dalam dada. Semoga jantungku bisa bekerja sama hari ini.

"Ng... Le, gue boleh pegangan lo, kan?" Aku ragu kali ini karena memang biasanya aku tak melakukannya.

"Meluk gue juga boleh, Na."

"Okay." Tanpa ragu lagi, aku segera melingkarkan kedua tangan di pinggang Kale.

"Weits, ganas amat, Mbak!"

"Jalan aja udah. Keburu Bu Susi ngelihat kita." Aku menyandarkan kepala di balik punggungnya.

Kale tertawa. Mungkin dia membayangkan Bu Susi bertubuh gempal itu mengomeli kami. Guru Bimbingan Konseling tersebut memang suka mengitari area sekolah sebelum dan sesudah bel masuk, mengecek kalau-kalau ada siswa yang terlambat ataupun malah cabut sebelum jam pelajaran dimulai. 

Sekarang SMA Extraordinary belum begitu ramai. Jam masuk sekolah pun masih lama, pukul 07.30. Jadi tidak ketahuan kalau ada dua siswa yang kabur dari sekolah. Tetapi, tetap saja kami kabur lewat jalan pintas tadi; pintu besi belakang toilet cewek. Pintu tersebut sudah karatan dan ditutupi pepohonan, tentu saja gemboknya sudah lama berhasil dibongkar oleh Kale.

SORRY [slow update]Where stories live. Discover now