10. PAHAT HATI

337 164 69
                                    

POV KALE

"Kalo butuh saran model busana atau apa pun, jangan sungkan bilang ke gue ya," kata Aubrey. Dia merebut ponsel Aluna dari genggaman empunya. "Sini hape lo! Gue tulis nomer gue."

Ternyata kakak kelas satu ini aktif sekali, Guys!

Aluna menyunggingkan senyum. "Sekalian akun IG-nya ya, Kak!"

Aubrey tertawa seraya mengetik nomornya dengan cekatan. "Pasti. IG lo mana? Oh, ini dia. Follow @aubreyy16_." Dia pun mengecek ponselnya. "@unalune00 follows you! Eh, lo anak 2000? Berarti sekarang sembilan belas tahun dong."

"Hah?" Aluna menggeleng cepat. "Gue masih enam belas, Kak."

Gue enggak mengerti lagi cewek-cewek ini mikirin apa. Gue cuma bisa menggeleng dalam diam, lalu menghela napas. 

Aubrey kembali tergelak. "Gue bercanda lagi, Na. Enggak usah dibawa serius gitu lagi. Udah ah, gue pamit." Dia menghampiri Aluna dan mendaratkan ciuman di pipi kirinya, membuatnya terlihat agak bingung. "Gemes gue sama lo, Na!" Dia mengusap lembut pipi Aluna. "Kale, jagain adek gue! Kalo dia kenapa-napa atau kalian kalah, lo yang gue salahin!"

Gue mengernyit. "Ketemu tuh cewek di mana sih, Na?" tanya gue sambil menatap punggung Aubrey yang menjauh.

"Toilet."

"Oh, pantesan aneh gitu." Gue bersungut-sungut, lalu kembali menyesap Sprite

Tangan Aluna mendarat di bahu gue berkali-kali sambil berkata, "Enggak sopan lo ya, Le. Itu kan pemenang ambassador tahun lalu. Emangnya lo enggak tahu?" sampai-sampai tersembur apa yang gue minum. Untung enggak ada orang lain. Errr, cewek kalau marah memang seram!

Gue terbatuk-batuk karena tersedak. "Na, lo mau bunuh gue jangan gini caranya."

"Eh, maaf, maaf." Aluna menepuk-nepuk punggung gue, pelan. "Ya Tuhan, maafin gue, Le." Dia panik. "Minum air putih ya, bentar gue beli."    

Gue raih lengannya sewaktu dia hendak melangkahkan kakinya. "Enggak usah, Na. Lo aja, cukup!"

"Ih, apaan sih?" Dia kembali duduk. "Kenapa?"

"Harusnya gue yang nanya itu. Lo kenapa kayak orang linglung gitu tadi, terus lari?"

"Maaf. Anxiety gue kambuh, Le. Sempet sesek tadi, makanya gue keluar. Gue takut apa yang gue bayangin itu kejadian kalo satu kelas tahu. Tapi Lily, ah... kesel banget gue sama dia!"

Gue menahan senyum. "Emang tanggal berapa sih ini?" Gue mengecek ponsel. 1 November 2019. "Oh, pantesan. Awal bulan ternyata."

"Kenapa awal bulan?"

"Ya biasanya cewek pada suntuk di tanggal-tanggal segini. Kayak Kara. Tiap bulan, ada aja yang bikin suntuk."

"Ya makanya tugas lo itu bikin cewek tenang, bukan dikekang. Dimanja, bukan dipaksa."

Tawa gue pecah. "Beneran, Na, lo itu gemesin." Kali ini senyum gue mengembang. "Lo bikin kacau satu kelas, satu grup, dan satu hati."

Aluna bergeming. Gue lihat matanya menyiratkan sesuatu, tapi gue enggak bisa menebak itu apa. Jadi yang gue katakan selanjutnya adalah, "Enggak apa-apa. Biar aja semuanya tahu. Itu bisa jadi dorongan gue buat tetep fokus ke lo." Gue sisipin anak rambutnya ke belakang telinga. "Eh, balik yuk ke kelas!"

"Le, kalo gue mati sekarang, lo harus jaga persahabatan kita ya."

Kali ini gue yang bergeming. Gue enggak salah dengar, kan? "Lo ngomong apa sih, Na?" Gue malah cengengesan sambil menggeleng. "Jangan ngomong sembarangan, ah. Enggak lucu!" 

SORRY [slow update]Where stories live. Discover now