13. GELISAH

190 80 61
                                    

Halo 🖤

Terima kasih sudah menunggu. Ehee~
Hmm, kali ini agak panjang nih. Ya gak sampe 2K kata sih 😂

Kalo nemu kalimat yang gak lengkap, atau cacat logika, kasih tau aku yaa 😂

Okay. Langsung aja. Met bacaa yaa 😘

🌼🌼🌼

POV KALE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

POV KALE

Selama kurang lebih satu setengah jam film Paradise Hills berlangsung, tingkah Venya yang terus bersandar manja di bahu gue belakangan membuat gue gerah. Gue juga enggak fokus dengan filmnya. Pikiran gue melayang pada perkataan Aluna tadi. Enggak tahu karena apa, tapi gue rasanya agak kesal melihat kedekatan Aluna dengan Gema. Belum lagi pas dia bilang kalau mereka itu pacaran.

Memang salah gue yang menuruti permintaan Venya tadi untuk ikut, tapi kan mana tahu kalau semuanya bakal marah besar dan fatalnya gue membuat Aluna nangis lagi. Gue harus gimana, Tuhan?

Aluna tentunya lebih memilih duduk di antara Gema dan Javier dibanding di sebelah gue. Dia barangkali sangat marah walau sudah gue bilang kalau gue janji setelah ini bakal fokus sama dia.

Besok. Gue janji, Na. Kalau sekarang, gue enggak enak sama Venya. Argh. Mumet gue!

"Gema," gue mendengar suara Aluna membuat gue menatapnya utuh. Dia bersuara saat layar sudah menayangkan title credit. Pendengaran gue lebih tajam sekarang daripada enggak tahu apa-apa. Lagian juga gue kan sedang menyelediki apa yang disembunyikan Aluna. Tapi... cewek di sebelah gue ini gimana? Apa gue harus menyuruhnya pulang duluan? Nanti dia ngambek juga gimana?

"Kenapa, Na?" sahut Gema.

"Kok pandangan gue burem, ya?"

"Ya udah, kita langsung pulang aja. Jav, gi—"

"DIAAAAMMMM...." Enggak. Salah. Itu salah gue. Gue yang berdiri langsung kelepasan untuk berteriak lantaran pikiran gue kian ribut, sementara telinga gue semakin panas mendengar kalimat yang keluar dari mulut Gema.

Suasana bioskop mendadak hening. Para penonton enggak terkecuali empat orang di dekat gue ini menatap gue seakan gue stress. Tanpa menghiraukan yang lain, gue menatap Aluna. Dia terlihat... sakit.

"Sorry, gue overthinking tadi," kata gue pada semuanya. Lalu, gue memantapkan diri untuk berjalan mendekati Aluna.

"Kale, ayo pulang."

Perkataan Venya gue abaikan meski dia sudah menarik-narik tangan gue.

"Besok, Na. Gue janji." Jujur, perasaan gue jadi enggak keruan. Gue harap Aluna bisa menunggu sebentar lagi. "Kasih gue waktu, Na."

Aluna enggak kunjung menjawab omongan gue, membuat gue sedih. Ada yang gue takutin kalau dia benar-benar marah dengan gue. Gue enggak mau kehilangan dia.

SORRY [slow update]Where stories live. Discover now