20. STORY OF KALE

80 22 9
                                    

POV KALE

PUTRI RAJA: Lele, balik lo! Kondisi rumah garing bgt gak ada lo. Suntuk jg gue dengerin ocehan mereka tiap menit.

Apalagi yang dibahas sama mereka kalau enggak tentang pertemuan dengan si cewek yang mau dijodohin sama gue. Tapi sekarang hari Sabtu, kalau gue pulang, gue enggak bakal bisa menghindar lagi seperti yang sudah-sudah.

Gue menoleh ke belakang. Ada Aluna yang tengah asyik mengunyah salad sayurnya sambil memainkan sesuatu di ponsel. Di sisi kirinya terdapat sandpainting table dan perlengkapannya. Katanya, dia mau mempraktikkan yang sudah dilatihnya semalam.

Dengan wajah memelas, gue berkata, "Una, kita enggak usah ke rumah ya."

Cewek yang terlihat menggemaskan di mata gue sore ini menjawab, "Kenapa?"

Cewek yang terlihat menggemaskan di mata gue sore ini menjawab, "Kenapa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yaa gue beneran enggak mau pulang."

Aluna menggeleng. "Kenapa?"

"Ah, gue tahu kenapa lo enggak mau balik," celetuk Javier dari belakang kemudi. "Gue paham kok, Le. Tapi kan lo punya Una, cewek yang patut lo perjuangin."

Aluna berkedip lembut dan tersenyum. "Gue enggak apa-apa kok, Le. Semua keputusan ada di tangan lo."

"Tapi, Na, kita udah resmi beneran."

"Ya makanya gue tadi bilang semuanya ada di tangan lo."

"Tapi lo nanti harus bantu gue, Na."

Aluna hanya mengangkat bahu.

"Eh, iya. Nanti gue nganter kalian aja, ya," kata Javier. "Ada jadwal nge-gym."

Gue mendelik. "Dih, sejak kapan lo nge-gym?"

"Hari ini." Javier terkekeh. "Biar badan gue kotak-kotak kayak idol Korea." Dia menaikturunkan kedua alisnya yang membuat gue sedikit mual. "Nanti hubungin Pacar aja ya, Na."

"Hehh, pacar Una tuh gue!" protesku. Jelas gue protes, Aluna hampir 24 jam sama gue. Enak saja!

Aluna menepuk-nepuk lengan gue sementara itu gue mendengkus. "Pak Carl, Le, Pak Carl...." Dia tertawa ringan. "Sabar, Le, sabar. Iya, gampang nanti Pak Carl yang jemput atau gue naik taksi online aja."

Angin sore berembus segar mendinginkan wajah gue saat Javier menurunkan kaca mobil usai memberhentikan mobil di lampu merah.

"Matahari sorenya enak, Na," komentar gue. "Coba buka deh jendelanya."

Aluna menuruti perintah gue. "Gue kangen sekolah, Le."

"Sabar, ya. Lusa masuk sekolah, kan." Javier mencoba menenangkan Aluna.

"Iya, sih." Aluna menutup tuperwarenya, lalu memasukkannya ke dalam tas. "Eh, ada yang tahu kabar tentang Gema? Kok dia kayak ngehindarin gue, ya? Salah gue apa?"

Gue enggan menjawab. Yang gue lakukan hanya bersedekap dan membenarkan posisi duduk.

"Gema emang akhir-akhir ini sibuk banget, Na," Javier mengambil alih. "Pulang sekolah aja langsung cabut. Katanya sih latihan buat lomba kejuaraan antar negara yang bakal diadain beberapa bulan lagi."

"Oh, gitu. Tapi kenapa chat gue enggak pernah dibales?"

"Wah, kalo itu coba tanya langsung aja nanti." Javier menjalankan mobilnya lagi. "Eh, Le, gue mau nanya."

"Apaan? Entar dulu dah, gue belum bales chat-nya Kara." Gue menoleh ke belakang. "Na, mau sekalian latihan make up enggak? Biar gue bilang langsung ke Kara. Takutnya dia sibuk."

"Mau hari ini juga?" tanya Javier. "Entar Una kecapekan. Jangan ah, kasihan."

"Enggak apa-apa, kok." Aluna tersenyum. "Buat ngulur waktu juga, kan. Terus biar gue punya alasan lebih lama di sana."

"Yeee, dasar! Bilang aja mau pacaran."

"Bukan gitu. Gue juga penasaran siapa cewek yang beruntung dijodohin sama cowok gue."

"Ganas juga lo, Na!"

Gue tertawa. Ingat sewaktu berboncengan dengan Aluna dalam rangka cabut dari sekolah.

"Eh, kenapa lo ketawa? Seneng amat lo kayaknya," Javier membelokkan mobil ke kanan.

"Enggak. Cuma keinget waktu cabut terus makan es duren aja." Tatapan gue penuh ke arah benda pipih yang ada di genggaman gue.

KALE: Hhahaa iya gue balik. Ini otw. Gue ngajak cewek gue. Mau latihan hari ini. Lo gak kerja, kan?

PUTRI RAJA: Oh, ok. Ditunggu. Gue free, kok. Mau dibuatin makanan apa?

KALE: Bebas. Asal jgn minuman soda.

"Le, gimana cara lo ngehindarin Venya selama seminggu ini? Kayaknya tuh cewek ngelihatin lo terus, tapi-"

Mendengar pertanyaan dari Javier, membuat gue kembali geram. "Enough! Gue enggak mau bahas dia lagi. Terserah dia mau nikah sama cowok yang dijodohin itu apa enggak. gue udah enggak peduli."

"Feeling gue enggak enak soalnya."

***

"Gue seneng banget ketemu lo!" Kara menyambut kedatangan Aluna dengan tangan terbuka. Dia memeluk Aluna membuat Aluna agak bingung. Itu terlihat jelas saat gue membalas tatapannya yang penuh tanda tanya itu.

"Kakak gue pengen banget ketemu lo, Na. Jadi jangan bingung, ya."

Gue segera menaruh peralatan Aluna di dekat piano. "Pada ke mana, Kak?"

"Masih peduli lo nanyain mereka?"

"Enggak juga, sih. Basa-basi doang."

"Udah, ah. Kasihan cewek lo sampe bengong gitu." Kara tertawa. "Eh, makan yuk! Gue masak spesial, lho!" Dia menggandeng Aluna, lalu menghantarnya menuju dapur. "Oh ya, kok Lele enggak bilang sih punya cewek secantik lo, Na?"

"Kita jarang ketemu, Kak. Gimana gue mau cerita coba."

"Iya juga, sih. Terakhir yang di kafe itu. Eh, tapi Aluna udah sembuh, kan? Kemarin Kale cerita. Terus udah diapain aja sama Kale?"

"Kak... jangan nanya yang aneh-aneh deh." Gue menarik menarik kursi untuk Aluna. "Duduk, Na."

"Ng, gue pulang aja, Le."

"Kenapa? Tadi kan lo yang semangat banget mau ke rumah gue."

"Eh, kok lo gitu sih? Gue salah ngomong, ya? Maaf deh. Terus entar yang makan masakan gue siapa?" Kara memasang wajah sedih. Dia segera menghampiri Aluna. "Jangan gitu dong. Makan, ya. Lo juga baru sembuh, kan?" Digiringnya Aluna duduk. "Entar gue ajarin dandan yang cantik deh, biar Kale tambah cinta sama lo." []

SORRY [slow update]Where stories live. Discover now