9. PERMINTAAN

316 166 48
                                    

POV KALE

Gue akhirnya menemukan sosok Aluna. Dia tengah duduk di kantin bersama cewek asing yang sepertinya bukan dari kelas 11. Napas gue terengah-engah. Kedua tangan gue bertumpu dengan kedua lutut. Jantung gue bekerja dua kali lebih cepat. Karena gue kira tadi dia berlari ke rooftop atau ke gudang sekolah untuk menangis dan melukai diri sendiri. Tapi nyatanya salah, Aluna tampak asyik makan dengan teman barunya.

"Aluna!" teriak gue seraya menegakkan tubuh. Sesaat dia menoleh ke belakang, arah gue. Gue berada beberapa meter di belakangnya. Sumpah, gue jadi takut terjadi sesuatu sama dia. Soalnya dia langsung pucat usai Lily teriak begitu. Stupid banget sih tuh cewek!

"Kale," kata Aluna pelan, lalu dia menggigit bibir bawahnya. Gue membaca gerak bibirnya. Pun gue memasang pendengaran lebih tajam lagi.

"Oh, itu yang namanya Kale," kata Aubrey, membuat Aluna berpaling lagi padanya. "Pantes aja lo sampe segitunya tadi. Ganteng juga."

"Ah, Kakak. Gue malu tahu." Aluna menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya. Senyum gue mengembang mendengarnya saat mengambil minuman kaleng di vending machine. Ternyata berita hubungan kami kini menyebar ke ranah kelas lain. "Please, lupain omongan gue tadi."

Gue meletakkan sekaleng Sprite di meja tepat di samping Aluna, dan duduk menghadap ke arah berlawanan. "Kirain gue lo nangis, enggak tahunya enak-enakan makan di sini," celetukku, tapi yang diajak bicara malah sama sekali tanpa mengindahkan keberadaan gue.

Gue menghela napas. "Aluna...," dengan nada merengek, "lo marah sama gue karena kejadian tadi pagi? Maaf deh. Tapi itu enggak kayak yang lo bayangin. Gue cuma jelasin kenapa gue ninggalin Venya kok kemaren."

Aluna mengangkat kepalanya. "Terus?"

"Terus, ya udah, gue jadian sama lo deh. Jadi gue enggak ngurusin dia lagi." Bukannya merespons gue, dia malah menggembungkan pipinya. Ada sedikit semburat merah di sana. "Ya udah, biar gue dapet maaf dari lo, gue bakal ngelakuin apa pun yang lo mau. Tapi jangan makan es duren lagi, ya."

"Serius?" Matanya langsung bersinar seperti waktu gue menerima suapan es duren darinya.

Gue mengangguk, lalu menyesap minuman. "Jadi, apa permintaan cewek gue kali ini apa?" tanya gue sambil memainkan rambut Aluna.

"Lo harus jadi pasangan gue di ambassador tahun ini!"

Gue pun hanya bisa melongo mendengar permintaan Aluna. Bisa-bisanya dia minta itu. Bukan enggak mau, tapi gue malas banget. Mending makan duren deh.

"Licik banget cara lo, Na!" Si cewek asing di antara kami tertawa. "Jadi ini yang namanya Kale? Kalian cocok, kok."

"Yah, Kak," Aluna menutupi kedua pipinya, "pipi gue tambah panas, nih."

"Itu siapa, Na?" tanya gue.

"Oh, kenalin," cewek berambut cokelat mengulurkan tangan kanannya, "gue Aubrey, 12 IIS C."

Alis kanan gue terangkat menghadapnya, lalu membalas uluran tangan Aubrey, "Kale." Kemudian, gue memasang wajah melas ke arah Aluna. "Kenapa ambassador sih, Na? Lo tahu kan gue males banget ikut gituan."

Aluna menghela napas. "Waktu gue enggak banyak, Le. Udahlah, ikutan aja. Sekalian cari pengalaman juga. Toh SMA juga bukan cuma belajar dan pacaran doang, kan." Dia mengguncang-guncangkan lengan gue. "Ayolah, Le. Kalo enggak mau, ya enggak gue maafin."

"Udahlah. Terima aja," sahut Aubrey. "Daripada dia nangis kayak tadi sampe pucet gitu kan kasihan." Dia mengelap mulutnya dengan tisu. "Gue bisa bantu kalian, kok."

"Lo sakit, Na?" tanya gue pada Aluna tanpa menghiraukan ucapan Aubrey selanjutnya.

"Enggak. Gue kesel!" jawab Aluna ketus, lalu disesap jusnya perlahan. "Kenapa sih tuh cewek mulutnya ember banget?"

SORRY [slow update]Where stories live. Discover now