Bagian 13

96 27 4
                                    

"Semua ada rintangan cuman caranya aja yang beda."

🍁🍁🍁🍁


"SEJAK KAPAN LO ADA DI SINI BAMBANG!" teriak Ziva saat mendapati Denan berdiri sambil cengar-cengir.

Suara Ziva yang melengking membuat itensi Putra teralih dari ponselnya. Menatap heran dengan sahabatnya satu ini.

Sedangkan Saira masih nampak anteng dengan tidurnya. Tak terusik sama sekali, membuat Putra tersenyum hangat.

"Kecilin suara lo, Zi!" peringat Denan.

Kini Ziva yang tertawa hambar. Gadis itu merutuki kelakuannya, untung saja tak mengganggu Saira. Tapi dia malu banget, teguran suster yang lewat membuat Denan dan Putra menahan tawa.

Apa lagi dengan muka Ziva yang sudah pucat pasi. Membuat tawa kedua lelaki itu seketika pecah.

"Gila muka lo udah kek monyet ketahuan maling!" ujar Denan bercanda.

Ziva yang menahan malu, kesal dan marah menambah gelak tawa kedua lelaki jelmaan dajjal. Definisi sahabat dajjal saat sahabatnya sedang tersiksa.

"Udah ih, entar si Saira keganggu!" alih Ziva mencari topik.

Dia tidak suka dengan kedua lelaki itu yang senang sekali membuatnya kesal. Seperti saat ini, mereka tak habis-habisnya menistakan dirinya.

"Ngubah topik ae lo, Markonah!" kesal Putra.

Padahal dia masih ingin menistakan gadis itu. Sekaligus menghilangkan rasa bosan yang amat ganas menyerang.

"Au ah!"

🍁🍁🍁

"Ra, tante Delia harus di tangani dokter kejiwaan. Bahkan dia harus rawat inap di RSJ!" ungkap Putra.

Saira menatap tak percaya kepada Putra. Untuk kesekian kalinya dia mengeluh dengan semua ini, tetapi percuma ini bukan kehendaknya.

"Sabar Ra, lo bisa laluin ini semua!" semangat Ziva dan Denan.

Ya, mereka bertiga sudah sepakat untuk ada di samping Saira. Saat gadis itu tertidur pulas, mereka berbincang tentang hal ini.

"Jangan nyerah Ra, lo masih ada tante Delia yang butuh lo!" ucap Putra menenangkan.

Saira tersenyum kepada sahabatnya. Pikirnya tak ada yang peduli dengannya ternyata salah, masih banyak yang mengasihaninya terutama sahabatnya.

Air matanyanya meluruh. Sungguh dia bersyukur memiliki sahabat seperti mereka, yang mementingkan satu sama lain. Mengisi kekurangan satu sama lain, tak ada pembedaan. Semua sama rata.

"Kenapa lo nangis Ra?" tanya Denan bingung.

Gadis itu tersenyum dengan air mata yang masih mengalir. "Makasih banget, gue bersyukur masih punya kalian yang peduli sama gue. Sekali'pun gue gak tau kesalahan gue sama mereka di luar sana, padahal gue cuman mau berdamai dengan dunia. Jangan pernah tinggalin gue ya!"

Mereka mengangguk. Saling berpelukan menyalurkan kekuatan.

"Gue sayang kalian!" lirih Saira.

Walau'pun suara itu kecil, mereka masih bisa mendengarnya dengan jelas. Mempererat pelukan pada tubuh rapuh Saira, tanpa sadar mereka menitiskan air mata.

"Gue juga!"

🍁🍁🍁

"Plis Ra, gak usah pergi sekolah dulu! Lo tuh baru pemulihan!" kesal Ziva.

Ya, gadis itu memilih tinggal sementara waktu dirumah Saira. Sambil menemani Saira yang sendirian dan juga untuk menjaganya. Takut saja Saira menggila sendiri dan melakukan yang tidak-tidak, seperti bunuh diri!

"Gue bosen! Gue mau sekolah, gue gak mau ya tinggal kelas!" tegas Saira.

"Sekali ini aja Ra, nurut gitu? Keadaan sekolah lagi gak baik-baik aja!" ucap Ziva lelah.

SMA Pelita sedang tak kondusif. Berita bunuh diri siswinya sedang tranding di sosial media. Banyak kata-kata kasar terkeluar saat melihatnya.

Suasana semakin menjadi saat siswi lain ditemukan bunuh diri. Seperti saat Saira berada di Rumah Sakit kabar beredar ada siswi yang ditemukan di toilet dengan tubuh mengenaskan.

Bahkan saat ini banyak siswa-siswi yang memilih pindah. Mereka mencari jalan aman, dan tak mau mati konyol.

"Plis Ra, nurut! Sekolah lagi ada masalah dan itu gak baik demi kesehatan lo!" Ziva sudah habis akal.

Tak tau lagi mau bagaimana melarang gadis itu agar menurut? Percuma, Saira bisa melakukan apa'pun bahkan sampai di luar dugaan.

"Pokoknya gue mau sekolah!"

🍁🍁🍁

Semakin banyak korban ya? Mau bantu Saira ungkap semuanya? Tumpahin semua asumsi kalian di kolom komentar!

Happy 1k reders, jangan lupa ajak teman-teman kalian buat mampir!

SCHOOL DEATH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang