E P I L O G

154 24 16
                                    

"Akhir dari segalanya!"

🍁🍁🍁


"Jangan ada yang mendekat!" pekik seorang gadis.

Ya fakta dan dalang dibalik semua ini dia mengingatnya. Bahkan fakta baru tentang Denan dan kedua orang tuanya.

Hatinya bagai tertikam belati, sangat sakit rasanya. Di permainkan bagai boneka hidup. Apakah semua orang tak bisa membiarkannya hidup tenang? Jika tidak bisa maka dia yang akan pergi mencari ketenangannya.

"Ra, lo gak harus gitu!" teriak Ziva. Gadis manis itu tak tahu masalahnya, harusnya dia diam duduk manis dan menikmatinya.

Tawa hambar keluar dari bibir pucat Saira. Dunia sangat kejam atau manusia di dalamnya yang tak berperasaan?

"Lo gak tau apa-apa! Gue capek, Deva udah puas hancurin hidup gue!" ya, Deva Putra Dermasyah adalah dalang semua ini. Dia pemegang kunci akhir.

"Nak turun, mama dan papa sayang padamu!" fakta lagi, kedua orang tuanya utuh.

Papanya tak mati, dia disembunyikan oleh Denan. Dan mamanya tak gila, dia hanya mengikuti alur cerita Deva.

Semalam Denan membawa fakta yang sangat gila. Fakta jika dia dan Denan adalah sepupu, Lelaki itu anak angkat adik Papanya.

Pikirannya mengingatkannya pada fakta semalam, dengan entengnya Denan meminta maaf.

"Ra, gue kakak sepupu lo. Papa lo gue yang sembunyiin."

Gadis itu terdiam, fakta yang didengarnya seperti tak masuk akal, bagaimana bisa tubuh papanya yang ada di dalam kubur hidup kembali?

"Om Algi gak mati Ra, itu orang lain. Semua ini rekayasa gue!" jujur lelaki itu.

"Lo-gila!" hanya itu yang bisa dia keluarkan. Fakta Denan adalah sepupunya, yang diwajibkan untuk menjaganya.

Ingatannya kembali berputar, saat dia menyukai Denan dan menolak Deva. Ya, ini awal permasalahannya. Dia yang membuat kekacauan.

"Tante Delia gak gila Ra, dia hanya disuruh. Lo pasti tau siapa yang nyuruh!" ucap Denan memberitahu.

Gadis itu bungkam, entah fakta-fakta apa lagi yang tidak di ketahuinya? Apakah dia semenyedihkan itu.

"Maaf Ra."

🍁🍁🍁

Senyumnya terlihat menyedihkan. Pandangannya kosong mengarah lurus ke alam terbuka.

"Ra!" panggil Deva yang baru saja datang.

"Gue gak nyangka De! Lo memanfaatkan ingatan gue! Gue benci orang kayak lo! Lo itu hama di hidup gue?!" teriak Saira keras.

"Lo yang mulai, gue hanya menambah jalan pintas! Lo yang harus mengakhiri dengan kuncinya!" ucap Deva.

Lelaki itu sadar sekarang, jika perbuatannya terlewat batasan. Ayahnya benar, dia gila, dia terobsesi bukan cinta.

"Gue muak sama semuanya!"

"Maaf, Ra!"

Entahlah ini waktunya. Akhiri apa yang sudah dimulai.

Saira menarik pelatuk pistol yang ada di tangannya, mengarah ke kepalanya.

"Ra, jangan!"

"Nak!"

Kedua sudut bibirnya melengkung indah. Akhiri semuanya, maka hidup kalian tenang. "Maaf!" gumam gadis itu.

Dor!

Peluru itu menembus kepalanya, darah mulai mengucur dari lubang tembak. Tubuh lemah itu mulai melemas di perbatasan atap gedung.

"SAIRA!"

Tepat saat tubuh itu terjun bebas dari lantai atas. Teriakan histeris keluar dari setiap yang menyaksikan.

Gedung SMA Pelita menjadi saksi awal sampai akhir cerita cerita ini. Atap gedung tempat utama kenangan gila ini.

Akhiri apa yang harus diakhiri. Tubuh ini lelah, rapuh dan tak berdaya. Ini adalah pilihannya.

Tak ada satupun yang bisa mengubah takdirnya. Baik Deva, sang aktor antagonis. Memang benar kata pepatah, "Cinta membutakan segalanya!" itulah definisi Deva.

Akhir dari segalanya, sang aktor berhenti berjuang. Bukan lemah, dia hanya butuh istirahat dengan kelelahannya. Mungkin untuk selamanya.

Sang aktor telah tiada, dia memilih jalannya. Memilih pergi dari dunianya, mencari dunia yang tenang.

Selamat tinggal sang aktor!

Selesai.

Pelajaran yang kalian dapat dicerita ini, jangan pernah menolak kehadiran seseorang dengan kasar. Jika tidak suka jangan bilang dengan terpaksa, hati orang gak ada yang tahu.

Jangan gila karena cinta! Zaman sekarang putus cinta mutusin buat bunuh diri? Kalian tak sebanding dengan Saira yang lebih rumit hidupnya.

Akhirnya selesai dengan fakta yang sudah banyak terungkap. De dalangnya adalah Deva/Putra. Denan kakak sepupunya. Dan kedua orang tuanya utuh.

Sang aktor lelah, biarlah dia memilih jalannya.

SCHOOL DEATH (END)Where stories live. Discover now