Bagian 21

104 21 1
                                    

"Feeling sama fakta gak jauh beda emang!"

🍁🍁🍁


Wajah kusam, mata panda membuat Saira terlihat menyedihkan. Pikirannya terganggu, waktu tidurnya kurang.

Akhir-akhir ini Saira diganggu dengan mimpi aneh. Seakan nyata, membuat Saira harus memecahkan teka-tekinya.

"Ra, lo baik?" Putra heran dengan Saira yang banyak melamun.

Senyum mengembang, bahkan senyum itu tak bisa membuat terlihat lebih baik. Malah senyum itu menambah kesan menyedihkan.

"Kalo ada masalah tuh cerita, jangan dipendem sendiri sih!" celetuk Ziva. Kesal dirinya yang melihat gadis itu melamun sepanjang hari.

"Akhiri semuanya aja sih, kok susah banget gitu." kesal Denan. Gimana gak kesel coba, dari tadi diajakin ngomong malah nunjukin senyum manis yang lebih terlihat menyedihkan.

Patut di kasihani nih!

"Akhiri apa coba Nan? Ngawur aja kalo ngomong!" sahut Ziva. Aneh aja gitu kalo ngomong gak ada filternya.

"Tau nih, Denan lagi depresi kali." sahut Putra, sedikit geram pengen bunuh tapi takut dosa.

"Kok gue sih!" Denan tak terima di pojokan seperti ini.

"Ya, emang lo!" Ziva dan Putra semakin gencar memojokan mahluk tak berdaya Denan.

"Lo pada jing!"

"Lo bego!"

"Lo gila!"

"Gue!" semua terdiam. "Gue capek! Gue gak sanggup lagi, gue pengen pergi jauh dari dunia ini!" teriakan Saira membuat mereka hening.

Entahlah seperti buruk sekali nasib gadis itu. Dipermainkan oleh dunia atau manusia? Seakan drama yang menghibur penonton atau sebuah cerita yang menghibur pembacanya.

Kadang hidup itu lucu, pengen menetap namun di paksa pergi. Sama halnya dirinya di paksa mati walau ingin hidup.

"Jangan ngomong sembarangan!" ucap Putra yang mulai tersulut emosi.

"Apaan sih Ra, gak lucu tau gak!" kesal Ziva.

Denan memilih bungkam. Entah mau berbicara apa, mendengar gertakan gadis itu saja sudah membuatnya mati kutu.

"Hidup gue yang gak lucu Zi, hidup gue yang sembarangan Put! Hidup gue yang harus di akhiri!" gertak Saira yang sudah tak tau mau apa hidupnya ini.

Nyawa orang tersayangnya sudah, ketenangannya sudah, ingatannya sudah, bahkan sekarang akan diakhiri. Entah akan dengan apa.

Seperti hidupnya yang abu-abu, sama halnya dengan akhir cerita ini. Temukan kuncinya maka berakhir!

🍁🍁🍁

Putra yang mengantar Saira pulang kali ini. Setelah sekian lama menghilang, dia kembali menjaga Saira.

Entahlah kedua lelaki itu senang sekali menghilang tanpa kabar, bahkan tak ada jejak. Positif thingking mungkin sibuk.

Bahkan seminggu lalu berita beredar jika Putra anak 0ak Bagus kepala Sekolah SMA Pelita. Saira saja kaget, kenapa Putra tak bilang sendari dulu?

Biarkanlah mungkin Putra tak mau privasinya terekspose publik, atau takut menjadi pusat perhatian? Entahlah hanya dia yang tahu.

Lagi pula Saira tak mempermasalahkan, terlalu tak peduli dengan privasi seseorang. Menurutnya tak ada yang menarik.

"Udah, masuk sana." ucap Putra dengan tangan yang mengacak-acak lembut kepala gadis itu.

Senyum Saira mengembang, tak pikir lama dia masuk kedalam rumah setelah mobil milik Putra melesat meninggalkan kediamannya.

Kepala Saira memberat, ingatan memorinya kembali berputar. Kali ini tidak seperti kaset rusak, semua jelas nyata.

Kepalanya berdenyut sakit, kali ini dia harus mencoba mengingat semuanya. Kunci hanya ada pada ingatannya, itu yang ia tau.

Saira terduduk, ingatanya kembali. Kepalanya sedikit pusing dan berat, mengingat semua ini sangat menyakitkan. Apa lagi fakta sudah nyata!

"GUE INGET SEMUANYA!" seru gadis itu. "Emang udah keduga sih, dari awal gue udah tahu dia dalangnya!"

🍁🍁🍁

Hayo siapa nih dalangnya?

SCHOOL DEATH (END)Where stories live. Discover now