Chemistry

22.5K 2.1K 71
                                    

Hari ini adalah hari terakhir pelajaran sebelum UKK yang dilaksanakan minggu depan. Lima jam pertama tetap berjalan. Kemudian, setelah jam ke-lima, siswa sudah diperbolehkan pulang.

Luna mengangkat wajahnya, mengamati Bu Tia yang sedang menjelaskan pelajaran Kimia pada jam ke-empat ini. Ia berusaha fokus, namun detik berikutnya, kepalanya menelungkup lagi ke meja. Menghasilkan bunyi yang tidak begitu keras, namun cukup membuat Juna yang duduk di belakangnya meliriknya.

Fokus Juna terbagi. Ia mengamati punggung Luna. Sesekali cewek itu mendongak, namun berikutnya mendesah putus asa. Juna baru sadar kalau Luna paling tidak bisa pelajaran Kimia. Mungkin dia masih bisa menganalisis angka-angka dan menciptakan rumus yang berbeda dari buku, namun bisa diterima logika. Namun Kimia? Pelajaran ini berbeda.

"Tapi, sebelum kalian UKK, saya harap kalian mengerjakan tugas-tugas dua bab terakhir. Itu akan tetap dikumpulkan. Kelompok, bebas. Kalian hanya akan mengerjakan soal yang saya buat, berikan penjelasan kalian sendiri bagaimana kalian mengerjakan," jelas Bu Tia sebelum menutup jam terakhir hari ini.

Semua siswa mendesah keras. Tugas? Sebelum UKK? Masih jaman? Batin mereka kesal.

"Jadi, kelompoknya gimana?" Tanya Aldi.

Riuh rendah kelas terhenti. Juna yang sudah berdiri dan menyampirkan tasnya ke bahu kirinya tampak memikirkan sesuatu.

Sejurus kemudian, ia melangkah kedepan, mendekati Aldi.

"Terserah gimana. Pokoknya gue sama Luna. Kalo bisa, satu kelompok dua anak aja," ujarnya sambil tersenyum dan melenggang pergi.

Ia tidak menghiraukan teriakan anak-anak kelasnya yang meledeknya. Benar salah, urusan nanti. Ia hanya berharap Diandra tidak salah paham.

*****

Luna melirik ponselnya, mengecek jam yang menunjukkan pukul 11 siang. Pulang sekolah tadi, ia dan keempat temannya memilih untuk nongkrong di cafe dekat sekolah.

"Lo tau nggak, sih? Si Teressa? Dia pindah pas mau UKK gini?" Sheila memulai ajang bergossip. Sementara Arvin dan Rian mendengus kesal.

"Mending gue cabut, deh!" Ujar Rian sambil mengangkat tasnya dan beranjak pergi. Ia mengedik pada Arvin, mengisyaratkan ajakan pada cowok itu.

"Ikut, Yan. Anterin sampe rumah, yak?" Pinta Kania yang juga bersiap dengan tas dan bawaannya.

Kini tinggal Luna, Sheila, dan Arvin. Sheila sendiri hanya mengedikkan bahunya dan melanjutkan ceritanya.

"Nggak mikir, kali, ya? Dia pindah gara-gara bosen. What the hell with boring? Dipikir sekolah nggak pake duit."

Luna menyibakkan poninya dengan tangan kanan. Ia menimpali.

"Lo lupa? Pas birthday party-nya tahun lalu? Berapa gepok dah, tuh."

"Lo dijemput Bang Raka, nggak, Lun?" Ujar Arvin menginterupsi.

Luna menggeleng. Ia menghabiskan jus stroberi yang tersisa.

"Sama gue aja," tawarnya.

Sheila mendengus kesal. Ia mengipas-ngipaskan tangannya. Merasa menjadi obat nyamuk, ia memutuskan untuk pergi.

"Duh, ya, gue pulang aja kali, ya. Jadi obat nyamuk gini," ujarnya sebelum beranjak pulang.

"Makanya taken aja, nih, sama Bang Arvin, biar ada yang nganter pulang," canda Luna yang hanya dibalas pelototan oleh Sheila.

Usai membayar bill, Arvin mengisyaratkan untuk pulang. Tiba-tiba, ponsel Luna bergetar. Tanda bm masuk.

Rejuna A.
Ntar gue krmh lo jam 1. Kita ngrjain tgs klmpk brng Diandra.

The Ex [Completed]Where stories live. Discover now