Bike

17.6K 1.5K 40
                                    

"Jadi, untuk x sama dengan tiga...."

Luna melirik Juna yang tengah memperhatikan guru matematika siang itu. Ia masih ingat betul ketika ia tersenyum pada Juna saat menutup permainan pianonya. Memalukan sekali.

"Psst, perhatiin, tuh! Jadi dokter tuh harus bagus semua!" Bisik Lily yang menjadi teman semejanya hari ini.

Luna menyikut Lily sambil mengumpat. Bukannya memperhatikan, ia justru membuka ponselnya. Ada notifikasi dari ask.fm yang cukup banyak. Akhir-akhir ini Luna jarang sekali membuka akun-akun jejaring sosialnya.

"Eh, Li-- Yeayyyyy!"

Spontan gadis itu bersorak ketika bel tanda istirahat berbunyi. Dilanjutkannya aktivitas yang tadi sempat terhenti.

Woyyy - Radinkadita

Lunaaa

Lun, kok nggak pernah main askfm lagi?

Model rambut lo pas diombre itu apa? Badai bgttt

Meetup yuks - Radinkadita

Lo terlalu menghayati kisah cinta lo jadi jarang buka askfm ya? - Radinkadita

Sambil beranjak dari bangkunya, ia mendengus kesal membaca ask dari Dinka. Tiba-tiba saja ia ingin bercerita tentang kejadian tempo hari.

"Halo?"

"Lo kalo mau ngajak meet up nggak harus di ask.fm kali. Personal chat aja."

Dinka hanya tertawa. Tampaknya ia sedang berada di kantin.

"Yuk, meet up. Ada yang mau gue ceritain ke lo," lanjut Luna tanpa menunggu tanggapan dari Dinka.

"Lo kalo mau cerita nggak harus meet up kali. Di kantin aja," tanggap Dinka.

Luna mendengus untuk kesekian kalinya.

"Nanti sore gue ke rumah lo, lo harus ada di rumah, bye!"


*****


"Pulang bareng gue, yuk?" ajak Arvin yang sudah mengenakan helmnya.

Luna mengangguk cepat. Namun, tiba-tiba matanya menangkap satu sosok yang dicarinya seharian ini.

"Eh, Vin, gue lupa ada janji sama Dinka. Lagian gue juga mau nyari taneman buat tugas biologi," ujar Luna sambil sesekali melirik sosok itu, berharap belum berlalu.

Arvin mengangguk mengerti. Usai melambaikan tangannya, ia berlalu dari hadapan Luna.

Sementara itu, sambil merapikan tatanan rambutnya, Luna menghampiri Adrian yang tampaknya masih berdiri di dekat motornya. Menunggu sesuatu.

"Makasih, ya," ujar Luna tiba-tiba.

Adrian menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti.

"Gue tau lo yang ngusulin biar gue yang ngisi acara waktu itu," jelasnya. "Itu first time buat gue."

Adrian membulatkan bibirnya, kemudian tersenyum tipis sambil mengangguk-angguk pelan.

"Lo memang berbakat, nggak seharusnya berterima kasih gini," tanggap cowok itu.

Luna melihat ke sekitar yang masih tampak ramai. Otaknya berputar mencari ide untuk sekedar menahan cowok di hadapannya.

"Mm, gue mau traktir lo untuk itu, sore ini. Bisa nggak?"

Adrian tampak mengamati Luna. Ada sesuatu yang berbeda dari cewek ini, menurutnya. Entah cara bicara, sikap, maupun dandanannya. Ia menggeleng pelan.

The Ex [Completed]Where stories live. Discover now