Artara's 41th (1)

21.3K 1.9K 60
                                    

Masa Orientasi Siswa diadakan seminggu sebelum waktu masuk sekolah pada umumnya. Sehingga hari-hari pertama ini, siswa baru yang notabene adalah junior di SMA tersebut sudah berbaur dengan siswa senior. Apalagi dua minggu lagi adalah hari ulang tahun SMA Artara yang ke-41. Mulai dari OSIS hingga anak-anak ekskul mulai menyibukkan diri.

Luna duduk mendengarkan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Shafara, ketua Art Dance Club atau biasa disingkat ADC. Masuk kelas 11 ini, Luna ingin beralih dari Cheers ke dance yang lebih mengarah ke break dancing. Ia memilih masuk klub ini. Bukan berarti ia meninggalkan Cheers begitu saja. Sebenarnya, ADC bukan merupakan ekstrakurikuler yang bergerak dan dilindungi oleh sekolah. Hanya saja, eksistensinya menyebabkan setiap tahunnya, sekolah memastikan bahwa klub ini akan tampil di acara-acara seperti ini.

"Kita main banyak atraksi. Buat yang belum bisa main, bisa minta ajarin. Kalo nggak bisa, nggak usah dipaksa," ujar Shafara.

Ketukan pintu mengalihkan perhatian sekitar 8 anak yang berada di sana. Diandra, dengan kemeja khas panitia acara, berdiri di ambang pintu.

"Sorry, gue cuman mau mastiin kalo ADC bakal tampil di pensi nanti," ujar Diandra sambil menaikkan kedua alisnya.

Shafara mengacungkan jempolnya, membuat Diandra mengangguk dan pamit pergi.

"Gue baru tau, Diandra OSIS," ujar Luna menginterupsi.

"Emang gitu, Lun. Pas kelas X, semuanya masih serba di-handle sama kelas XI. Nah, mulai dari HUT, anak kelas X mulai belajar nge-handle tanpa campur tangan kelas XI," jelas Shafara.

"By the way, baru kali ini, lho, ada anak cheers yang masuk ADC. Lo ngerti, kan, hubungan cheers sama ADC?" Ujar Syanaz sambil menggunakan jari telunjuk dan tengahnya untuk mengutip kata 'hubungan'.

Luna terkekeh pelan. Ia mengerti.

"Emang penampilan gue kaya anak cheers pada umumnya?"

Tujuh anak lainnya melirik Luna. Kemeja cewek itu normal dan roknya bahkan masih menutupi sebagian lututnya. Kaos kaki setengah betis dan sepatu kets normal.

"Oke, lo emang calon senior yang baik," tanggap Shafara sambil terkekeh ringan.

Mereka membicarakan kembali apa saja yang akan mereka tampilkan. Pensi ini juga menjadi ajang sosialisasi untuk masing-masing organisasi. Kecuali organisasi sejenis Patroli Keamanan Sekolah dan Palang Merah Remaja, karena anak-anak di dalamnya merupakan siswa yang dipilih langsung oleh sekolah.

"Kayanya nggak perlu banyak latihan. Kita mainnya spontanitas aja. Paling mikirin opening sama closing, aja. Itu bagian gue," cetus Shafara mengakhiri pertemuan siang itu.

*****

Diandra berjalan tergesa-gesa melewati koridor selatan lantai dua di gedung utama sambil menenteng berkas-berkas. Samar-samar, ia mendengar alunan piano yang berasal dari ruang musik. Pintu itu terbuka. Mengabaikan deadline berkas-berkas tersebut, Diandra mendekat ke arah ruang musik.

Seorang gadis dengan rambut yang diikat acak sedang memainkan grand piano yang berada di tengah ruangan. Diandra masuk tanpa berbicara apapun untuk tidak menginterupsi.

Luna, gadis itu, merasakan kehadirannya. Namun, tampaknya tidak terusik hingga alunan tersebut mencapai coda.

Diandra meletakkan berkasnya di lantai dan bertepuk tangan.

"Bagus! Keren!" Pujinya.

Luna hanya tersenyum tipis. Ia memberi kode agar Diandra duduk di sebelahnya. Hening beberapa saat ketika akhirnya Luna memutuskan untuk angkat suara.

The Ex [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang