Strange

17K 1.4K 106
                                    

Mungkin salahku melewatkanmu

Hingga kau kini dengan yang lain

Maafkan aku

Yang Terlewatkan - Sheila On 7

Juna mengernyitkan dahi mendengar lirik lagu yang tengah menggema di kelas. Ia melirik Aldo, ketua kelasnya yang tengah menatapnya sambil tertawa dari kursi guru. Seolah sengaja memilih lagu yang menyindir Juna habis-habisan.

Pembelajaran masih belum efektif sehingga sejak pagi tadi Aldo sudah mengklaim kursi guru sebagai miliknya untuk memutarkan lagu-lagu Sheila On 7. Sayangnya, ia, dengan suaranya yang lebih buruk dari pas-pasan, ikut-ikutan menyanyikan lagu-lagunya sehingga membuat anak-anak justru sering kali menutup telinga dan ribut menghujat Aldo.

"Melewatkan yang mana, nih, Jun? Lo, kan, udah melewatkan dua cewek sepanjang 2 tahun di SMA?" Cibir Rio yang hari ini duduk dengan Juna.

Juna hanya melengos malas. Diam-diam ia melirik ke bangku depan, tempat Luna dan Vita duduk bersebelahan. Cewek itu tampak sedang tertawa dengan entah lelucon atau apa. Cewek itu tampak baik-baik saja. Juna mengutuk perasaan sialan yang sudah seenaknya timbul tenggelam begitu saja. Sementara cewek itu bahkan tidak terusik sama sekali.

Rumor tentang putusnya Juna dan Diandra menyebar begitu cepat meskipun baik Juna apalagi Diandra tidak mengkonfirmasi kebenarannya. Hanya saja, masalahnya adalah rumor bahwa perusak hubungan mereka adalah Luna, masih mengganggu Juna. Jadi, sejak tadi pagi, Juna ingin tahu reaksi cewek itu.

"Lo semua tau darimana, sih, gue sama Diandra udahan?"

Rio menoleh sekilas, lalu kembali meletakkan kepalanya di meja.

"Ada yang lihat lo sama Diandra semalem. Terus Diandra pulang duluan, kan? Dia tuh ke toilet, nangis katanya. Makanya, yang lihat kalian nyimpulin kalo kalian udahan."

Juna mencelos. Tapi ia juga tahu, Diandra pasti menangis meskipun cewek itu mati-matian hanya tersenyum tipis padanya malam itu.

"Di Artara gosip nyebar kaya angin, ya," tanggap Juna sambil terkekeh, menutupi kekhawatirannya pada Diandra sekarang.

Jujur saja ia merasa bersalah. Merasa menjadi cowok paling brengsek setiap kalimat-kalimat Papa Diandra menggema di telinganya. Ia bahkan sangsi apa ia masih punya muka untuk sekedar tak sengaja bertemu dengan Beliau. Sementara cewek itu tengah memperjuangkan medali emas dan membuat semua orang bangga, Juna justru menyakitinya, menambah beban perjalanan Diandra.

*****

Mudah saja bagimu

Mudah saja untukmu

Andai saja cintamu seperti cintaku

Mudah Saja - Sheila On 7

Lagu itu mengalun, menggema di kelas XII IPA 3. Luna masih tertawa akan lelucon Disa dan Vita yang saling menimpali. Tiba-tiba saja lagu itu menyusup ke telinganya dan diam-diam batinnya ikut bernyanyi meski tawanya masih terdengar.

Matanya ingin melirik Juna, namun diurungkannya. Sebisa mungkin berusaha terlihat tidak peduli sama sekali. Meski pada kenyataannya ia ingin tahu kenapa Juna bisa diciptakan sebodoh itu. Ia memilih untuk menutup mata dan mengabaikan kisah mereka berdua. Bahkan setelah gosip itu tersebar. Tadi pagi, ask.fmnya penuh dengan hujatan dari berbagai akun baik teman sekolah maupun anonim yang menurutnya kurang kerjaan. Bohong kalau Luna bilang tidak peduli dengan segala masalah sepele itu. Tapi dia urungkan niatnya untuk menjelaskan apapun.

Lagipula, yang tidak ia mengerti, kenapa orang-orang menghujatnya? Toh kalaupun gosipnya benar, di mana titik salahnya? Jika Juna masih menyayanginya dan ia pun sebaliknya, apa mereka tidak boleh bersama lagi? Meskipun kenyataannya tidak begitu, yang Luna tidak habis pikir adalah cara orang-orang berpikir bahwa dirinyalah perusak hubungan. Statement terdrama yang pernah Luna dengar. Ngomong-ngomong, di mana para pen-judge itu saat Juna memutuskan Luna dan tiba-tiba saja sudah jadian dengan Diandra?

The Ex [Completed]Where stories live. Discover now