6. SEMAKIN SAKIT

6.1K 643 244
                                    

Happy reading🍂

Terlalu sakit untuk dibicarakan. Terlalu perih untuk dipendam. Air mata dan tawa memang selalu mengiringi kehidupan, tapi semua orang berusaha keras untuk menghapus air mata itu, sama seperti yang sedang dilakukan oleh gadis yang sedang berajalan di trotoar.

Mengusap beberapa kali air yang mengalir dari matanya namun tidak ada guna. Cairan bening itu selalu lolos tanpa permisi. Kiara menghentikan langkahnya, berjongkok di bawah pohon besar untuk berteduh.

Cuaca sedang panas-panasnya. Membuat bulir-bulir keringat menetes deras dari dahinya. Kiara sengaja tidak menggunakan uang yang Atlantik beri, karena yang dia mau adalah Atlantik, kasih sayang dari cowok itu, perhatian dari cowok itu bukan uang.

Kiara mengambil botol minum dari tasnya dan beberapa tissue, sedari tadi bercak-bercak darah ia dapati di sekitar hidung tapi tidak separah kemarin.

Dirasa tenaganya sudah terkumpul kembali, Kiara melanjutkan perjalanannya untuk menuju rumah.

Sesekali bersenandung untuk mengusir rasa lelah yang ia rasakan.

"Atlantik beneran gak nyusul gue?" tanya Kiara pada dirinya sendiri. Kiara menengokkan kepala ke belakang, namun tidak ada tanda-tanda Atlantik menjemputnya.

"Berharap itu sakit," lanjutnya.

Kiara mengernyitkan dahinya saat melihat mobil hitam berhenti di pinggir taman. Mobil yang sangat familiar baginya, setau Kiara pemilik mobil itu berangkat ke luar negri beberapa hari lalu.

Mendekati mobil itu, Kiara mengetok jendela mobil itu kuat.

"PAPA!" teriak Kiara membuat ayah dan anak yang berada di mobil tersebut menatap Kiara terkejut.

"Pa, keluar Pa, Kiara mau bicara." Kaca mobil hitam itu menurun hingga menampilkan wajah seseorang yang ia rindukan.

Mata perempuan itu memerah ketika melihat seseorang yang duduk di samping Andra. Papa Kiara. Dadanya kembali sesak karena menahan tangis.

"Papa turun dulu. Kiara mau bicara," ujar Kiara membuat pria itu menatap Kiara jengkel.

"Kamu mau ngomong apa cepetan, jangan lelet seperti ibumu!" tegas Andra pada putri pertamanya.

"Papa pulang kenapa gak nemuin Kiara?" tanya Kiara. Tangannya memegang kaca mobil dengan kuat.

"Gak punya waktu."

"Tapi Papa malah sama dia." Kiara menunjuk seorang perempuan yang memakai seragam sama dengannya.

"Pa, Kiara jalan kaki dari sekolahan. Kaki Kiara sakit, Kiara ikut Papa ya?" pinta Kiara dengan menahan air matanya. Tangannya yang memegang kaca pintu mobil sedikit bergetar.

"Papa," panggil perempuan yang duduk di samping Andra.

"Katanya mau makan bareng aku, ayok aku udah laper." Shena menatap Kiara dan Andra bergantian. Perempuan itu mengangkat satu sudut bibirnya. Meremehkan Kiara.

"Tunggu Pa!" Kiara berhasil memegang sisi kemeja yang papanya kenakan. "Kiara juga belum makan, Kiara juga laper. Kiara ikut Papa ya, boleh ya Pa?" tanya Kiara menatap Andra penuh harap.

Cold AtlantikWhere stories live. Discover now