13. BACK

5.3K 534 138
                                    

Happy reading 🌼

Love black buat yang mau lanjut 🖤
100 komen, 80 vote untuk lanjut...

Kiara masih menundukkan kepalanya. Tangan perempuan itu terangkat untuk menangkup telapak tangan Atlantik. Dingin, tangan cowok itu dingin. Perempuan dengan wajah putih pucat itu mengangkat pandangannya untuk menatap Atlantik.

"Lo ada masalah?" tanya Kiara membuat Atlantik semakin merasa bersalah.

Semua orang akan mengatakan bahwa Atlantik adalah manusia yang tidak tahu diri karena menolak Kiara berkali-kali, sedangkan Kiara begitu memperhatikan Atlantik meski sudah ia sakiti berulang kali.

"Gue, cuma mau ketemu lo," ujar Atlantik tanpa menatap Kiara. Cowok itu menarik tangannya dari genggaman Kiara membuat Kiara menghembuskan napasnya.

Kiara menganggukan kepalanya sekali. Dia paham, Atlantik hanya merasa bersalah bukan berarti mencintainya, pandangan cewek itu beralih pada saudara tirinya yang berdiri di belakang Atlantik dengan menatapnya penuh benci. Kiara mengayunkan kakinya untuk mendekati Shena.

"Lo punya segalanya. Gue harap lo gak jadi pengemis cuma karena pengen ngrebut sesuatu yang gue punya," sarkas Kiara dengan menatap mata Shena dalam.

Shena. Gadis itu tersenyum, senyum yang terlihat dipaksakan membuat Kiara menyatukan alisnya bingung.

"Sampai bertemu di lain waktu," ujar Shena masih dengan senyum palsunya. "Aku duluan Kak Atlantik." Shena melambaikan tangannya pada Atlantik.

Perempuan itu membalikkan badannya dan langsung merubah raut wajahnya. Jelas Senyum palsu itu hanya dia perlihatkan di depan Atlantik, dengan begitu Shena berharap bahwa Atlantik melihat Kiara yang membencinya bukan Shena yang membenci Kiara.

Kiara membalikkan badannya agar bisa berhadapan dengan Atlantik. Tatapan cewek itu teduh, berbeda dengan beberapa saat lalu.

"Kenapa pengen ketemu gue?" tanya Kiara pada Atlantik.

Atlantik menggelengkan kepalanya. Cowok itu mendekati Kiara namun tatapannya tertuju pada Shena. Ada satu hal yang perempuan itu lupakan, Shena berjalan dengan tegap, seakan kakinya tidak terluka sedikit pun padahal Shena sendiri yang mengatakan jika kakinya terluka.

Tidak ada jawaban dari Atlantik membuat Kiara memundurkan langkahnya. Kiara juga paham kemana arah tatapan Atlantik sedari tadi.

"Kalau gak ada yang mau lo omongin, gue pergi." Kiara menegakkan punggungnya.

"Bentar." Atlantik mencekal sebelah tangan perempuan itu itu. "Gue ..."

Kiara membalikkan badannya. Menatap sungguh-sungguh pada manik hitam yang sedang berkeliaran agar tak bertemu dengan matanya. Harapan. Sebuah harapan kini muncul lagi di hati perempuan berambut coklat itu, meski dikecewakan berkali-kali tapi Kiara selalu bersikap bodoh dengan terus menaruh harapan hanya dengan menatap mata hitam Atlantik.

Atlantik meneguk salivanya. Tenggorakannya terasa kering hanya karena ingin mengucap satu kalimat, mungkin kalimat yang ingin Kiara dengan, tapi Atlantik ragu. Ragu untuk untuk memberi celah bagi perempuan itu masuk ke dalam hatinya.

"Gue ..." Lagi-lagi hanya kata itu yang keluar dari mulut Atlantik.

"Lama banget sih Atlantik," rengek Kiara manja. Raut wajah perempuan itu sudah berubah, jauh berbeda dengan kekecewaannya beberapa saat lalu.

"Ayo dong ngomong!" pinta Kiara dengan memajukan bibirnya beberapa senti. Kesal dengan sikap Atlantik yang terlalu kaku untuk mengutarakan sesuatu.

"Cepet Atlantik," desak Kiara lagi.

"Sabar kenapa, sih?" tanya Atlantik ikut kesal dengan sifat Kiara yang pemaksa.

Cold AtlantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang