7. PERMINTAAN

5.6K 606 127
                                    

Hallo❤
Ada yang kangen sama cerita ini gak? Maaf ya updatenya lama. Tapi capther sebelumnya aku gak janjiin update cepet loh.

Berhubung PTS udah berakhir jadi udah bisa nulis lagi.

Kita mulai chalengge lagi ya. 100 komen dan 80 vote langsung nulis, kalau belum terpenuhi belum up. Kenapa? Karena itu berarti bgt!!

Happy reading

Meski kamu dingin, tetapi hatiku kecilku masih saja memberontak berkata ingin.

Atlantik berlari menelusuri lorong rumah sakit. Di belakangnya terdapat dua pria dengan setelan formal berbadan besar, sedangkan jauh dari mereka, Kido dan Ganu ikut berlari menyusul Atlantik.

Atlantik berhenti di depan sebuah pintu kamar. Cowok itu mengatur napasnya yang tersengal. Meraih knop pintu coklat itu Atlantik membukanya tanpa ragu. Seorang perempuan dengan wajah pucat terbaring di sana.

Atlantik melangkahkan kakinya mendekat. Mata perempuan itu masih terpejam dengan infus di tangannya. Menghela napas lelah, Atlantik menarik kursi di samping brankar dan mendudukinya.

Selesai latihan beberapa saat lalu, Atlantik dijemput oleh dua orang suruhan papanya dan mengatakan bahwa Kiara di rawat di sini, mereka bilang Kiara sedang nembutuhkannya. Tapi sekarang yang Atlantik lihat hanya perempuan itu dengan mata dan mulut tertutup, lalu untuk apa Atlantik di sini.

"Izinin kita masuk dong. Iya yah, iya iya." Ganu dan Kido yang berada di luar ruangan terus mencoba menerobos kedua bawahan Atlantik.

"Maaf, tapi biarkan tuan muda yang menemani non Kiara," ujar salah satu pria itu.

Kido mencebikkan bibirnya. "Gini amat punya temen sultan," ujarnya sambil menatap sengit pada kedua pria berbadan besar itu.

"Silahkan tunggu di kursi," ujar pria dengan pakaian formal yang sering Ganu jumpai. Jelas mereka sering bertemu, setiap Atlantik membuat kesalahan di sekolah karena frustasi, pria itu selalu datang dan menyelamatkan Atlantik dari hukuman.

"Ajeossi" Panggilan itu membuat mereka yang berada di luar menoleh pada Atlantik yang baru keluar. "Kenapa gak pergi?" tanya Atlantik pada pria tersebut.

"Saya tunggu di sini sampai tuan muda selesai," ucapnya dengan tersenyum ramah pada Atlantik. Hal itu berhasil membuat Atlantik menyatukan alisnya, selalu ada yang tidak beres saat dia harus dikawal oleh suruhan papanya.

Lee Jesson, laki-laki yang seumuran dengan papanya Atlantik itu sudah bekerja di keluarga Brianyaksa sejak Atlantik kecil. Jesson juga orang yang mengurus Atlantik saat Atlantik diasingkan di Korea beberapa tahun lalu. Sama seperti ibunya Atlantik, Jesson merupakan keturunan Korea yang tinggal di Indonesia.

Brak!

Ganu dan Kido berjingkat karena kaget, berbeda dengan dua orang yang sudah berumur itu. Mereka hanya tersenyum tenang, sudah terbiasa dengan sikap kasar Atlantik.

Mengayunkan kakinya menuju ranjang tempat Kiara terbaring di sana. Atlantik masih mematung, beberapa hari lalu dia mendapati Kiara yang mimisan di pinggir jalan dan hari ini, perempuan itu masuk rumah sakit.

Atlantik menggeser kursi di samping tempat tidur. Menghela napasnya sekali. Hati kecil cowok itu tergerak. Atlantik menggeleng sekali, rasa takut tiba-tiba muncul dalam hatinya.

Atlantik, takut kehilangan Kiara.

"Gak mungkin," ucap Atlantik sambil memejamkan matanya. Mengusir semua rasa aneh yang kini ia rasakan, Atlantik mencodongkan badannya.

Cold AtlantikWhere stories live. Discover now