30. PANIK

932 81 34
                                    

100 komen dan 100 vote untuk langsung lanjut. Berani?

Atlantik menutup kaca helm yang ia kenakan setelah melihat Kiara menutup pintu rumahnya. Cowok itu segera melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah mewah milik Kiara. Matanya menyorot tajam sepanjang perjalanan. Entahlah, mood Atlantik tiba-tiba anjlok tanpa sebab.

Pulang sekolah tadi, Kiara merengek minta diantar pulang. Padahal tanpa merengek juga Atlantik akan mengantarnya pulang. Rengekan cewek itu membuat Atlantik jengah hingga ingin menendang Kiara jauh-jauh. Intinya Atlantik badmood.

Cowok itu membuka pintu apartemennya. Sepersekian detik ia hanya memegangi knop pintu. Menatap seisi apartemennya nanar. Kosong. Entah sampai kapan Atlantik harus hidup dalam kesendirian. Detik jarum jam yang terdengar nyaring di telinga membuat Atlantik sadar, bahwa dia kesepian. Hidup dengan luka yang menganga membuat Atlantik tidak sadar atas rasa kesepiannya.

"Mah. I miss you." Atlantik berjalan menuju figura foto yang tersembunyi di balik hiasan kereta kuda mini. Foto keluarga yang hanya tinggal nama. Ia sudah tidak merasakan hubungan keluarga dengan ayahnya lagi semenjak tragedi bertahun-tahun lalu.

"Akhir-akhir ini Atlantik kangen mama, kangen Atlanta, kangen Aila. Tapi paling kangen sama mama. Kenapa ya Mah?" Lelaki itu bertanya pada ruang hampa yang menjadi temanny. Duduk di atas lantai yang dingin, Atlantik juga tidak tahu mengapa perasaannya menjadi kacau sore ini.

Cowok itu menenggelamkan kepalanya di antara lipatan lutut. Dadanya kembali sesak mengingat ke jadian bertahun-tahun silam. Karma dari perbuatan mana yang membuatnya harus hidup menderita. Itulah salah satu sifat paling jelek yang dimiliki Atlantik. Dia selalu merasa paling tersakiti tanpa melihat bahwa dia juga menyakiti.

Tring... tring... tring.

Atlantik merogoh saku celana sekolahnya. Mengambil benda pipih canggih yang sedang berbunyi nyaring. Nomor Kiara terpampang jelas di layar ponselnya. Atlantik sampai hafal nomor tunangannya itu. Jahatnya Atlantik tidak menyimpan nomor Kiara.,

"Atlantik!" Dulu, suara paling menyebalkan di telinga Atlantik adalah saat Kiara menyebut namanya dengan nyaring seperti saat ini, namun entah mengapa sekarang Atlantik malah merasa tenang dengan suara itu. Terlebih, Atlantik sudah terbiasa.

"Apa?"

"Nonton yuk, ada film yang mau aku tonton!"

Atlantik mengernyitkan dahinya. Ia baru ingat kalau ia memiliki dua tiket bioskop pemberian dari orang misterius beberapa hari lalu yang kini sudah hangus. Atlantik enggan memakainya, bahkan ia tidak memiliki rencana untuk memakainya bersama Kiara.

"Apa?"

"Apa? Apanya?"

"Filmnya."

"Oh filmnya! Yang jelas dong kalau ngomong. Itu lo film yang lagi ngetrend di toktok."

"Ck! Korban tiktok."

"Kalau kamu gak mau cuma berdua, aku ajak Ganu sama Kido juga boleh."

"Berdua aja."

Atlantik mematikan sambungan telfonnya bersama Kiara. Mungkin semua pengguna aplikasi hitam itu sudah teracuni untuk menonton film yang sedang booming itu.

Atlantik heran. Heran dengan warga tiktok tapi lebih heran saat menyadari bahwa ajakan Kiara sangat pas dengan pemberian tiket dari orang misterius itu. Menajamkan matanya, Atlantik menyugingkan senyum misterius dari wajah tampan itu.

Atlantik
Gue jemput.

***

Kiara kejang-kejang di tempat tidurnya. Bukan karena sakit. Tapi karena ini date pertamanya dengan Atlantik. Secara informal, tanpa paksaan, dan keadaan yang akur. Terlebih typing Atlantik seperti cowok fiksi yang hanya ditemukan di aplikasi oren.

Cold AtlantikWhere stories live. Discover now