1. PERJODOHAN

9.7K 922 140
                                    

Kamu bisa memilih takdir tapi tidak berhak menentukan kemana takdir membawamu melangkah.

Vote dan Komen yuk sebelum baca. Kira-kira siapa aja yang penasaran sama cerita ini?

Tit!

Cowok itu kembali menggeser tombol merah di layar ponselnya. Ini sudah ketiga kalinya Papanya menelpon. Papanya tidak akan menelvonnya jika tidak meminta sesuatu.

Atlantik. Cowok itu mengandahkan kepalanya ke atas. Menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Sebentar, sekilas dia merasa nyaman ditemani kesunyian. Kakinya melangkah untuk masuk ke dalam Apartemennya. Sejak memasuki bangku sekolah menengah atas Atlantik lebih memilih hidup sendiri dari pada tersiksa bersama Papa dan ibu tirinya.

Cowok itu menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya datar, tak tersirat kebahagiaan sedikitpun. Atlantik memejamkan matanya. Sudah delapan tahun kembarannya meninggalkan dirinya, namun bayang-bayang tentangnya tidak pernah berhenti menyiksa Atlantik.

Dret ... dret ... dret.

"Kamu kemana? Cepat datang ke rumah. Para tamu udah nunggu dari tadi. Jangan buat Papa marah ya Atlantik!" Suara bariton itu terdengar memaksa. Memuakkan bagi Atlantik yang selalu merasa dipermainkan oleh takdirnya sendiri.

"Otw," ucap Atlantik singkat lalu mematikan sambungan telvonnya.

Atlantik mengenakan toxedonya. Begitu pas ditubuhnya, tapi tidak dengan hatinya yang menjerit meminta dibebaskan. Mulai hari ini dan seterusnya kebebasan Atlantik sudah dipertaruhkan. Malam ini adalah malam pertunangannya dengan perempuan yang bahkan tidak dia kenal.

Cowok itu menuruni gedung apartemen dengan malas. Mengedarai mobil hitamnya dengan lambat, sengaja agar dia lebih lama sampai di rumah. Namun akhirnya dia juga tetap sampai di depan rumah orang tuanya, rumah Atlantik juga yang sekarang sudah dia tinggalkan.

Rumah itu sudah ramai. Dari rekan kerja papanya dan beberapa teman sekolahnya.

Atlantik masih mematung di tengah-tengah pintu. Tidak berani masuk untuk membuka luka lama. Rumah ini penuh dengan kenangan. Hangatnya keluarga seakan menyeruak di hati Atlantik. Matanya memandangi tangga yang biasa dia lewati. Disana, dulu dia berlari dengan kembarannya. Beradu cepat menuju ruang makan untuk sarapan bersama.

Di dapur itu, dulu mamanya selalu memasak makanan yang sekarang sangat Atlantik rindukan. Matanya beralih kesudut ruangan, dulu sudut itu dipenuhi dengan mainan milik adik perempuannya, tapi sekarang sudut itu kosong. Mainan milik adiknya sudah disingkirkan.

"Atlantik. Ayo masuk." Atlantik membuang muka ke samping saat istri muda papanya datang menyambutnya.

Tanpa memperdulikan ibu tirinya, cowok itu masuk ke dalam rumahnya. Membiarkan semua luka menganga lebar di hatinya. Rasanya masih sama dan Atlantik belum terima. Sedangkan Sana. Ibu tiri Atlantik hanya menghela napasnya.

"Bro." Seorang cowok yang seumuran dengannya menepuk pundak Atlantik. Lekaki itu. Ganu teman sekolah Atlantik. Tangan Ganu beralih merangkul pundak Atlantik sok akrab.

"Cie, bentar lagi gak jomblo cie," ledeknya membuat Atlantik menatapnya tajam.

"Mending lo balik," usir Atlantik membuat cowok itu diam.

"Galak banget sih." Cowok itu mendesis menatap temannya yang tidak pernah bisa dicairkan hatinya.

Satu lagi tangan merangkul pundaknya membuat Atlantik menoleh padanya. Kido, cowok itu juga teman Atlantik. Hanya mereka berdua yang bisa seenaknya memperlakukan Atlantik. Karena mereka berdua adalah teman Atlantik sejak kecil yang artinya mereka tau segala kisah hidup Atlantik.

Cold AtlantikWhere stories live. Discover now