28. JAGA JARAK

771 79 22
                                    

Haii👋
APA KABAR? KALIAN MASIH NUNGGUIN CERITA INI?

SEBELUMNYA AKU MAU NGUCAPIN TRIMAKASIH KE KALIAN YANG UDAH SETIA SAMA CERITA INI DAN AKU JUGA MAU NGUCAPIN MAAF KARENA HIATUS TANPA KABAR.

JUJUR AWALNYA PENGEN BANGET BERHENTI NULIS KARENA AKU SENDIRI NGERASA CERITA INI TUH ANEH BANGET. TAPI SETELAH NGELIHAT KALIAN MASIH ANTUSIAS SAMA CERITA INI AKU JADI MAU NGELANJUTIN LAGI. THANKYU. ❤

Begitu juga saat seisi dunia membenciku. Aku masih tersenyum meski hanya menatapmu dari belakang___ Adnan.

"Tidur! Mesum banget sih, lo?"

"Ini juga mau tidur." Kiara membalikkan badannya. Jantungnya tak berhenti berdegup dengan kencang.

"Hei." Atlantik menpuk pundak Kiara pelan.

"Gak sopan. Hai hai, aku punya nama," tegur Kiara masih diposisi yang sama.

"Kiara."

"Apa sayang?"

****

Pagi yang cukup panas. Masih pukul tujuh lebih lima belas menit namun matahari terasa begitu terik. Kiara menghembuskan napasnya pasrah sambil menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sedangkan Atlantik hanya diam sambil menyandarkan kepalanya di dinding kelas.

"Kalau pagi panas, kalau malem hujan. Ngedrop gue lama-lama." Ganu menyangga kepalanya dengan tangan kanan. Cowok itu menoleh ke arah Atlantik yang terlihat lebih rapi pagi ini.

Rambut yang di sisir, dasi diikat dengan benar, kemeja sekolah masuk ke dalam celana, ikat pinggang yang terpasang dan almamater sekolah yang dikancingkan. Ganu mengangguk, jika begini aura Atlantik sebagai tuan muda terpancar dengan kuat.

"Lo keliatan kaya manusia, biasanya juga mirip srigala. Siapa yang ngurusin?" tanya Ganu pada Atlantik membuat Kido ikut menoleh pada Atlantik.

Atlantik tak menjawab apapun namun matanya melirik ke arah Kiara yang masih menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Kalau itu, merah-merah di kemeja yang ko sembunyiin dibalik almamater juga Kiara?" tanya Kido menggoda. Mungkin dilihat dari arah Ganu tidak terlihat tapi Kido bisa melihatnya ketika Atlantik sedikit bergerak. Ada noda lipstik di balik almamater yang Atlantik kenakan.

Atlantik menghela napasnya. Sebenarnya megkancingkan almamater bukan untuk terlihat rapi namun untuk menutupi bekas lisptik yang Kiara berikan. Sebab itu juga Kiara sedari tadi menyembunyikan wajahnya. Malu.

"Madep depan sana!" ujar Atlantik terlihat kesal dengan kedua temannya.

Ganu menatap Kiara. Sedikit menundukkan kepalanya. Cowok itu menyentil-nyentil jari Kiara dengan jail.
"Ki, lo agresif banget sih. Seragam sekolah loh itu," ujar Ganu setelahnya terkikik geli bersama Kido.

"Mampus!" Maki Atlantik ketika melihat Kiara semakin merapatkan lengannya untuk menutupi wajah perempuan itu.

Percayalah itu bukan ulahnya di malam hari tapi pagi tadi saat hendak berangkat sekolah. Atlantik tidak mau mengenakan dasinya sedangkan Kiara bersikeras untuk memasangkan dasi itu di leher Atlantik, alhasil karena kesal perempuan dengan rambut coklat itu menggigit leher tunangannya sendiri tanpa memikirkan resikonya.

"Atlantik. Nanti pulang sekolah kita latihan lagi, jangan kabur!" Ganu menatap Atlantik tajam tanda peringatan. Jangan sampai Atlantik kabur dari tanggung jawabnya hanya karena sibuk dengan Kiara. Pertandingannya dengan Helio belum selesai.

"Jangan keras-keras. Nanti ada yang lapor," sindir Atlantik sambil melirik kearah meja Adnan yang sedari tadi memperhatikan mereka. Hal itu membuat kening Ganu mengkerut bingung.

Kiara masih bungkam. Ia hampir melupakan masalah kemarin karena sibuk salting dengan ulah Atlantik tapi cowok itu malah mengingatkannya lagi tentang Adnan. Adnan dan Helio? Kiara menggelengkan kepalanya. Mulai sekarang dia harus menjaga jarak dengan Adnan. Kiara tidak benci, hanya ... takut. Takut jika dikecewakan berulang kali.

PEMANASAN DULU YGY. HABIS INI AKU BALIKKK LAGI BYE BYE
^-^

~
~

Cold AtlantikWhere stories live. Discover now