[16] Jangan Minta Jatuh Cinta

325 32 0
                                    

Raka Alexander

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raka Alexander

***

Bukan perkara orang di masa lalu. Hanya saja, patokanku adalah waktu. Jika keputusanku tak mau terburu-buru. Bukankah kamu siap menunggu?

***

Liona menepuk kasar pundak Leo ketika mereka berdua sudah sampai di halaman depan rumah Liona. Ia terlanjur kesal dengan tingkah cowok itu. Alih-alih mempersingkat waktu untuk sampai di rumah, ini malah memperlambat.

"Sana pulang!" perintah Liona.

"Nggak mau bilang 'hati-hati' atau apa, gitu?" Leo bertanya.

Liona menyipitkan matanya. Mendekatkan wajah cantiknya pada muka Leo. Ia melirik Leo sekilas, lalu menjawab, "ngarep!"

"Udah, ah, sana. Udah malam, Le!" Lagi, Liona menggeplak Leo dengan langkah yang tidak berperikemanusiaan.

"Li! Mau jadi pacar gue, nggak?" tanya Leo tanpa basa-basi.

Entah bagaimana ceritanya, tetapi dunia Liona seakan berhenti sejenak. Telinganya tak berfungsi dengan baik. Apa ini? Yang Liona dengar hanyalah degup jantung yang tidak karuan. Gadis itu berusaha memasok oksigen dengan baik, ia menyembunyikan raut muka terkejutnya. Ya, dia tengah berusaha senatural mungkin.

Dengan gaya santainya, dia menjawab, "Idih, nggak mau. Siapa elo?!"

"Ya masa gue ditolak?" Leo terkekeh.

"Gue malas main-main."

"Emang gue kedengaran main-main?" Leo kembali bertanya.

"Ask yourself."

"Belum move on, ya?" Leo meledek.

Liona memamerkan senyum sinisnya. "Not the problem of people in the past. Gue nggak mau patah hati lagi. Lagian, kayak nggak ada cowok selain lo! Kalau lo serius, lo bisa nunggu gue?"

"Seorang Leo dibuat nunggu?" Leo benar-benar tak habis pikir dengan Liona.

"Jadi?"

"Ya ... ya okelah, gue coba."

Liona terkekeh manis. "Tunggu Lio, ya, Kak."

"Iya, Iya, Pendek."

Liona melotot, air mukanya tampak terkejut. "Dibilang jangan panggil gue kayak gitu, nggak suka, dasar bego."

"Berisik, gue balik."

***

Di sisi lain, Fajar dan Fanya masih berada dalam perjalanan pulang. Keduanya sama-sama diam. Enggan untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Mau basa-basi menunjukkan arah jalan juga kayak gimana gitu. Rumah Fanya berada di samping rumah Raka. Persis. Dan Fajar juga tahu itu.

SMA & SMK [Bakal Dilanjut]Where stories live. Discover now