[3] Misi Melupakan

1K 123 55
                                    

MULMEDNYA STEL WOI!

Pura-Pura Lupa_Mahen

***

Bukannya dalam rengkuh semesta tak ada yang abadi? Jadi, apa salahnya jika aku belajar menyudahi. Munafik jika aku berkata biasa saja. Diam-diam, aku mengacuhkan sebuah erangan dari lara.

***

Sepulang dari rumah Reva, Liona tak berniat melakukan aktivitas apa-apa. Gadis itu merebahkan tubuhnya ke kasur. Perlahan, ia mulai menutup kedua matanya untuk melepas lelah. Dengan mata yang masih terpejam, ia memijat pangkal hidungnya.

"Hidup gue gini amat," eluhnya.

Baru sekejap Liona menutup mata, tetapi suara pintu yang diketuk dengan tak santai itu mengganggunya. Sialan memang.

"Masuk. Siapa pun yang ketuk, masuk aja!" perintahnya.

Liona membuka matanya, ia melihat pintu kamar yang sudah terbuka. Di sana ada sesosok gadis yang umurnya lebih tua sekitar 4 tahun dari Liona. Dia Kakaknya—Melva Cakrawangsa.

Liona berdecak sebal. "Apa sih, Kak, mau rebahan juga!"

"Bantuin gue masak!" ajaknya.

Liona mengerjapkan matanya pelan. Harap-harap, ia salah dengar. Gadis itu tengah berusaha menulikan indra pendengarannya.

"Nggak usah pura-pura budek, deh, lo. Buruan, gue mana ngerti persoalan dapur!" omel Melva.

"Apa lagi gue, Kak. Lagian lo selama jadi cewek kerjaannya ninjuin samsak mulu."

Perlu diingat, perbedaan Liona dan Melva sangat drastis. Liona yang banyak cakap, peduli, dan juga sedikit feminin, walaupun keanggunannya harus tertutup oleh sikap bar-barnya. Sedangkan Melva, dia tak terlalu suka banyak bicara, terlalu sering bersikap bodoamat, dan dia tomboi.

"Bacot amat, sih. Bantu ayo!" cerca Melva.

Liona melihat ponselnya yang berkedip. Dalam hati, gadis itu bersorak, kesempatan.

"Kak! Gue ada janji sama Fajar!" elaknya.

"ALASAN BANGET!" serunya.

"Ih sumpah, nggak bohong!" Liona meringis pelan. Ketahuan banget nggak, sih?

"Gue aduin mamah, nih! Biar potong uang jajan!" ancam Melva.

"Ya ampun, Kak, gue emang beneran mau ke rumah Fajar. Ada urusan gue tuh."

Melva berdecak. Rasanya, buang-buang waktu jika berdebat dengan Liona. "Sana pergi, nggak usah balik!"

Liona langsung melenggang pergi. Huh, selamat dari amukan macan!

***

Kini, Liona benar-benar ada di rumah Fajar. Jadi, gadis itu tak sepenuhnya berbohong. Walaupun ia tak memiliki tujuan untuk ke rumah Fajar.

Fajar Arjuna Juan, sahabat Liona sedari kecil—jauh sebelum Liona mengenal Reva. Fajar memang lebih muda 1 tahun dari Liona, tetapi gadis itu malah menganggap Fajar sebagai kakaknya. Karena bagaimanapun, pemikiran Fajar lebih dewasa daripada pemikiran Liona yang lebih kekanak-kanakkan.

SMA & SMK [Bakal Dilanjut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang