"Terimakasih telah mengenalkan keindahan dunia dalam perasaan suka maupun duka, wahai kekasih hatiku, Afreeda...."
Disembunyikan selama dua puluh delapan tahun hanya untuk mengisi kekosongan takhta akibat peperangan antar saudara. Pangeran Chevalier...
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena ia begitu tinggi mengangkat jiwa, dimana hukum-hukum kemanusiaan dan kenyataan alam tidak mampu menemukan jejaknya
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Jadi, kepentingan apa yang sanggup membawa kalian semua untuk datang ke rumah Afreeda-ku? Jawab serinci mungkin, tanpa dusta sedikitpun!" Jaehyun bersedekap dada, kedua mata tajamnya memicing jeli; bertindak layaknya predator yang sedang mengincar mangsa untuk diterkam habis. Tentu saja sang pangeran tidak bisa tinggal diam begitu saja, empat lelaki dewasa berkunjung ke kediaman pujaan hatinya, di pagi buta, bahkan matahari masih enggan menunjukkan keelokan terang-benderangnya "Sekali lagi, kutanya—"
CTAK
Johnny mendentingkan sendok teh ke atas saucer; tatakan cangkir. Hal tersebut sukses menimbulkan suara nyaring nan memekakkan telinga disela-sela terseraknya kehampaan ruang tamu "Bukankah semestinya kami yang melontarkan pertanyaan demikian terhadap anda, pangeran Jung? Penguasa negri northern bermalam di rumah seorang baron. Bibir memerah, tubuh penuh ruam, cakaran tergores dimana-mana. Tanpa mengurangi rasa hormatku padamu, aku tak segan untuk mengucap satu kebenaran— pangeran, kau... brengsek rupanya"
"Pfftt ah maaf, tenggorokanku sedikit gatal" Jeno berdeham pelan diselingi oleh ukiran bibir canggung yang terpantri pada wajah rupawan miliknya. Maaf harus berkata seperti ini, tetapi ucapan sang duke 100% benar adanya "Kalau mengenai diriku, aku ingin menjemputmu, kak. Lebih baik bertindak lebih dulu ketimbang harus menanti turunnya perintah kak Irene, nasibmu pasti akan semakin malang di tangan wanita galak itu... uhm ha- hahaha? Ekhem! Aku sekedar bergurau"
Tidak, Jeno memang benar berniat menjemput Jaehyun untuk kembali ke istana secepat mungkin, bahkan ia mengerahkan beberapa anak buah khusus demi menemukan alamat Taeyong secara tepat-akurat. Jangan sampai kabar mengenai perbuatan Jaehyun dan Taeyong tersebar dikalangan masyarakat apalagi bangsawan, walaupun keduanya sudah menutupi sebaik mungkin, tetapi kita tak tahu apa yang akan dikatakan oleh orang-orang diluaran sana. Lebih baik mencegah daripada mengobati; itu artinya, lebih baik sang tuan puteri tidak mengetahui apa saja yang telah terjadi selama satu hari terakhir. Jikalau sampai terjadi, maka Jeno yakin akan ada perdebatan di dalam istana— tentunya di praksarai oleh Irene
Jaehyun tidak berminat mengeluarkan satu kata patah-pun. Sang pangeran masih merasa amat kesal; sebab, pagi tentramnya harus terganggu secara cuma-cuma. Selain itu mereka semua telah melihat setengah bagian dari tubuh kekasihnya. Jaehyun memang tidak bisa menyalahkan siapapun, semuanya berjalan begitu saja, dimana Taeyong beranjak keluar dari dalam kamar hanya dengan mengenakan lilitan selimut, persis bagai kepompong "Dan kau earl? Sebelumnya, maaf karna telah membuat pertemuan pertama kita menjadi tidak menyenangkan..."
Sang putra mahkota beralih tersenyum, walau didasari sedikit keterpaksaan dalam diri "Senang bisa bertemu dengan anda, earl Mingyu Shielbert. Aku telah banyak mendengar cerita tentang kehebatanmu dalam berlayar"