Anak Mama Renata

119 11 0
                                    

HALLOOOOOOHAIII! Hihihi kembali lagi dong akuuu🤭🐥

Happy Sunday! Buat kalian yang lagi baca ini, jangan lupa kasih Vote dulu yah, ramaikan jug nih bab ini💙 terimakasih🌼

😈😈😈

Damon baru saja tiba di rumah setelah menjemput dan mengantar Elena pulang dengan selamat sentosa.

Baru saja Damon melangkah masuk ke dalam rumah, suara wanita paruh baya, yang sialnya masih sangat cantik itu menginterupsi pendengaran Damon.

“Dari mana, Mon?”

“Mah,” rengek Damon. “Nama anak mama ini kan Damon, lho, bukan Mon.”

Sejak dulu Mamanya tidak pernah berubah. Padahal namanya Damon bukan Doraemon, Emon, atau pun Mona. Entah apa yang mendasari si Mama memanggil dirinya dengan nama ‘MON’ alih-alih memanggilnya dengan nama lengkap. Untung saja, sejauh ini tidak ada satu teman Damon yang pernah tahu nama kesayangan Mama. Bisa-bisa habis Damon menjadi bualan teman-temannya. Gak lucu kan kalau muka udah ganteng, sangar, dan di takuti seantreo sirkuit panggilannya ‘Mon’?

“Lha, biarin, anak-anak mama juga, bukan anak tetangga,” balas Mama Renata, sewot.

Damon hanya menghembuskan napas pasrah, kemudian berjalan menuju Mamanya berada. Wanita cantik yang sudah melahirkan Damon dan Adiknya itu sedang berada di area meja makan bersama Mbak Muna—salah satu asisten rumah tangga—untuk menyiapkan makan malam.
Damon memeluk tubuh mamanya dari samping, meskipun mempunyai tubuh yang tinggi menjulang, itu bukan hambatan bagi damon untuk memeluk tubuh kecil mamanya yang kalau tidak salah prediksi, tingginya hanya sebelas dua belas dengan tinggi Elena itu.

“Lain kali jangan panggil Damon pakai nama ‘Mon’ lagi ya, Mah?” ucap Damon memelas, “Damon udah dewasa. Udah dua puluh tiga tahun, Mah, masa iya dipanggilnya ‘Mon’. Orang ganteng gini dipanggil Mon, Mon, gak matching sama muka, ah, Mah.”

Refleks Mama Renata memukul lengan Damon yang dengan sempurna memeluk tubuhnya, “Heh! Selagi kamu belum menikah, kamu belum dewasa ya! Kamu masih tanggung jawab Daddy sama Mama. Kamu masih anak Mama!”

“Ya meskipun Damon nikah pun, Damon tetap anak Mama, Mah. Mana bisa Damon udah sebesar ini di undo dari perut Mama, terus gak jadi lahir dari Mama gitu? Apalagi di hapus history dari rahim Mamah.”

Anak ini ya bener-bener!

“Terserah kamu, Mon, terserah,” balas Mama geregetan, sedangkan Damon hanya tertawa cekikikan.

Laki-laki yang masih menggunakan setelan sama seperti siang tadi itu memilih untuk menarik salah satu kursi dan duduk sembari mengamati sang Mama dan Mbak Muna yang kesana-kemari menyiapkan hidangan. Memindahkan makanan yang sudah siap saji ke atas meja makan. Ada beberapa juga yang masih menunggu proses masak-memasak selesai.

Damon tidak memiliki niat untuk membantu mereka. Bukan karena Damon tidak bisa memasak—kalau hanya sekadar masak air sama masak mi instan saja, Damon juga bisa—hanya saja Damon terlalu malas untuk berkutat dengan yang namanya Dapur.

Dulu saja, selama mengenyam ilmu di negeri orang, Damon lebih memilih untuk makan makanan fast food di luar, dari pada memasak sendiri di apartemen.

Kalau bisa beli langsung jadi, kenapa harus repot memasak? Ck, Damon bukan tipe manusia yang suka menyusahkan diri sendiri. 

Tangannya dengan mudah mencomot satu buah apel merah lalu menggigit nya.

“Tuh kan, Mama sampai lupa tadi mau nanya kamu apa?!” seru Mama. Beliau menghampiri Damon sembari membawa satu mangkuk berisi sup ayam hasil masakannya beberapa menit sebelum Damon tiba di rumah.

I Love You, Damon! Where stories live. Discover now