Berangkat bareng

92 7 0
                                    

Tukang ganggu

|Selamat Morning Elena Abbey Gya😇
|Semangat hari ini
|Jangan lupa sarapan
|Jangan cape-cape nanti sakit
|Semangar yang persiapan Ujian🤭

Elena mengerling malas saat ponselnya tidak berhenti berdering. Dari bar notifikasi saja, Elena tahu itu dari Damon.

Sejak mendapat nomor ponselnya beberapa hari lalu, pria itu tidak berhenti mengirimkan spam chat untuk Elena. Saking malasnya, ia bahkan hanya membaca tanpa mau membalas.

Tangan Elena terulur meraih gantungan baju yang dibungkus oleh seragamnya. Setelah mengenakan seragam itu, Elena segera beralih pada meja rias. Tidak banyak makeup yang ia aplikasikan di wajah, selain sun screen, moisturizer, pelembab dan bedak bayi. Ah, jangan lupakan lip balm agar bibirnya lebih segar.

“Mah, Elena berang—lo kok di sini?” tanya Elena saat mendapati Damon sudah duduk anteng di ruang makan bersama Alana.

“Damon mau nebengin kamu, El, sekalian dia kerja.” Alana beranjak dari kursi, lalu mengambilkan piring dan mengisinya dengan nasi goreng buatannya.

“Nih, makan dulu.” Elena menerima piring dari Mamanya, lalu ikut duduk di salah satu kursi.

Ting!

Tukang ganggu

|Makan yang banyak El, jangan sampe sakit lagi
|Hari ini kita berangkat bareng ya!
|Can't wait🤭

Lagi, Elena mengerling malas. Padahal jarak duduk antara pria itu dan dirinya hanya terhalang oleh meja. Mereka berdua duduk berseberangan, tapi kenapa harus lewat pesan coba?

Elena berusaha menikmati nasi goreng buatan Alana—meskipun kenyataannya Elena tidak begitu nyaman ketika sedang makan tapi ada orang lain yang terus menatapnya.

Usai makan, Elena mengangkat piring kotornya lalu menghampiri Alana yang sedang mencuci piring.

“Sini biar Mama aja!” Alana merampas piring dari tangan Elena lalu membilas telapak tangannya yang penuh dengan busa.

Elena hanya menerima saja telapak tangan mamanya yang terulur di hadapannya. Ini masih terlalu pagi untuk mendebat Kanjeng Ratu yang Mulia Alana.

“Kalo gitu El berangkat dulu ya?” pamitnya, dan dibalas dengan anggukan oleh Alana.

“Tante pamit ya,” Damon pun ikut beranjak dan menyalimi punggung tangan Alana sebelum menyusul kepergian Elena yang sudah lebih dulu keluar rumah.

😈😈😈

Sepanjang perjalanan, Elena hanya diam. Tidak banyak percakapan di antara mereka berdua. Sesekali Elena juga tertawa jika mendengar jokes receh ala Damon.

Kadang Elena tidak habis pikir. Damon ini sudah tua, umur mereka terpaut 6 tahun, tapi kenapa selera humornya sereceh ini. Ia bahkan tidak kesulitan untuk menyesuaikan selera humornya dengan anak seumuran Elena.

“Sampai ketemu nanti, El!” ucap Damon setelah Elena turun dari mobil.

“Gak usah di jemput, gue bareng Caro sama Rose.”

Setelah memastikan mobil Damon meninggalkan depan gerbang SMA Radana 3, Elena berjalan memasuki area sekolahnya.

Tidak banyak murid yang sudah hadir di sekolah. Ini masih terlalu pagi, bahkan Caroline dan Rose juga belum datang ke sekolah.

I Love You, Damon! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang