Rencana gila Elena!

104 11 0
                                    

Happy sunday and happy readinh gais💅 jangan lupa vote ya💛

😈😈😈

Elena baru saja tiba di sekolah tepat pukul 6 pagi. Ia dan Rose terpaksa datang lebih pagi karena Caroline meminta mereka menemani sarapan di kantin sekolah. Ini bukan pertama bagi mereka datang lebih pagi di sekolah. Bukan sebagai murid rajin, tapi saling menemani sahabat mereka sarapan di kantin.

Cewek dengan rambut cokelat panjang terurai itu berjalan santai melewati lorong demi lorong koridor sekolah sembari mencekal kedua tali ransel. Bibirnya bersenandung pelan, seirama dengan alunan musik yang terputar di ponsel miliknya menggunakan earphone. Tujuan utamanya adalah  kelas. Elena berniat untuk meletakan tas terlebih dahulu sebelum nantinya menemani kedua temannya di kantin. 

Sesampainya di kelas, kedua teman Elena sudah ada di bangku masing-masing. Elena segera berjalan menuju tempat duduknya, dimana sudah ada Caroline dengan kaca perseginya yang sengaja disandarkan pada tas. Sedangkan Rose lebih memilih sibuk dengan ponsel miliknya.

“Udah dari lama?” tanya Elena basa-basi.

“Barusan sampe juga kok.”

Hari ini Elena tidak berangkat bersama Rose. Ia lebih memilih untuk berangkat sendiri saja supaya tidak merepotkan teman-temannya.

Suara dorongan kursi yang beradu dengan lantai kelas terdengar saat kedua cewek yang sedang duduk itu mulai beranjak dari posisi. Ketiga gadis itu berjalan beriringan meninggalkan kelas menuju kantin.

“Buruan, kita cuma punya waktu dua puluh menit,” ucap Elena saat baru saja duduk pada salah satu kursi. Sembari memegang sedotan pada minuman kalengnya.

Elena memang seperti itu—entah apa penyebabnya—sejak SMP, gadis itu tidak terbiasa sarapan pagi di bawah jam 8. Biasanya, Elena akan mengganti sarapannya dengan satu kaleng susu bergambar beruang dan Elena akan makan saat istirahat pertama, bersama kedua temannya.

Tidak setiap hari sih, Elena akan sarapan di kantin sekolah saat mamanya mendapatkan shift malam—yang mengharuskan Elena untuk masak sendiri demi memenuhi kebutuhan perutnya—dan karena Elena sedang terlalu malas untuk memasak. Jadi keputusan untuk memakan di kantin adalah pilihan yang tepat.

Lalu alasan Rose sebenarnya klise sekali, karena cewek itu bosan dengan masakan rumah. Sedangkan Caroline, cewek cantik yang merasa dirinya sudah seperti princess itu memang akan sarapan di kantin jika kedua orang tuanya sedang tidak pulang karena urusan kantor mereka belum selesai. Caroline hanya akan menyeruput susu dan selembar roti yang sudah di siapkan oleh bibi ART, setelah itu, sudah.

“Iya, elah.” Caroline memutar bola mata. Cewek dengan bandana kaktus berwarna merah muda itu berjalan menghampiri kedai soto dan memesan untuk dirinya dan Rose.

“Kayaknya gue harus coba berani sama perasaan gue deh,” celetuk Elena.

“hah? Maksud?”

Mulutnya sudah terbuka, siap untuk memakan seketika berhenti. Caroline menghentikan sendok yang sudah siap berisi soto itu di depan mulut.

“Menurut lo, perlu atau engga gue ngomong sama Ian soal perasaan gue?”

Kali ini bukan cuma mulut Caroline yang terbuka lebar. Sendok yang sudah berisi kuah soto siap dimakan tadi pun, seketika terlepas begitu saja dari tangan Caroline. Menghiraukan kuah soto dan sendok yang berserakan, cewek itu melotot tidak percaya. Sekaligus tidak habis pikir bagaimana jalan pikiran Elena. Pun begitu dengan Rose. Cewek itu tak jauh berbeda dengan Caroline. Terkejut? Tentu saja!

I Love You, Damon! Where stories live. Discover now