Belajar dan Ajakan Pulang Bersama

83 11 0
                                    

Libur panjang 4 hari check🤭 mangga di vote dulu sebelum baca🐥💅

😈😈😈

Elena menoleh dan betapa kagetnya dia saat tahu, cowok yang sudah ada di sebelahnya adalah Ian. Sangat tidak mengejutkan jika akan bertemu Ian di perpustakaan—mengingat cowok itu memang langganan tetap di gedung penuh ribuan buku.

“Lo mau pinjem?” Elena langsung menarik tangannya yang tidak sengaja bersentuhan dengan Ian. Tentu saja Elena salah tingkah.

“Gue tebak, lo juga lagi dapet tugas dari bu Indi ya?” Elena mengangguk sebagai jawaban.

“Rencana mau dibawa pulang atau di kerjain disini?”

“Kalau waktunya keburu ya dikerjain di sini, kalau emang udah jam tutup ya terpaksa gue bawa pulang itu tugas.”

Memang perpustakaan sekolah akan tutup pukul 16.00 wib.

Di jam itu juga, sekolah mengharuskan cleaning area untuk para siswa-siswi agar segera pulang. Kecuali murid yang mempunyai jam pertemuan ekstrakulikuler yang sudah terjadwal di jadwal kegiatan sekolah khusus untuk bagian keamanan sekolah.

“Ini kan buku paket stoknya tinggal 1, gimana kalau kita kerjain bareng? Jadi sistemnya pembagian tugas aja sih, nanti kalau udah kita diskusi sama-sama,” tawar Ian.

Elena mengangguk-anggukan kepala. Benar juga apa yang dikatakan Ian. Itu akan jauh lebih efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas. Sekarang masih pukul dua siang. Paling tidak, ada waktu sekitar 2 jam untuk Elena mengerjakan tugas-tugas dari bu Indi sebelum perpustakaan tutup.

“Ayok deh, semoga soalnya sama ya.”
Keduanya berjalan menuju salah satu kursi yang paling dekat. Dengan cekatan, baik Elena maupun Ian segera mengeluarkan alat-alat tempur yang akan digunakan selama mengerjakan tugas dari bu Indi.

Elena sudah tidak kaget melihat peralatan yang dikeluarkan Ian dari dalam ransel berwarna army itu. lihatlah, ada sebuah tepak pensil padat yang sudah pernah Elena lihat isinya. Banyak sekali stok pulpen, pensil dan penghapus, serta tipe-x milik Ian. Belum lagi printilan yang lain seperti sticky note, stapler, isi staples, dan stabilo warna. Lalu ada penggaris besi dengan panjang 30 sentimeter, satu bendel kertas kosong yang digunakan Ian sebagai kertas buram.

Jujur saja Elena insecure kalau lihat Ian—yang notabe-nya seorang cowok—jauh lebih prepare dengan kebutuhan sekolahnya daripada Elena. Elena saja hanya punya satu dari masing-masing isi tepak pensil.

“Wah sama nih, kayaknya Bu Indi emang sengaja ngasih tugas samaan kayak gini deh buat latihan-latihan soal. Apalagi sebentar lagi kita UTS.”

“Syukur deh kalo sama, yuk langsung aja.”

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Mereka hanya mempunyai waktu dua jam—dan sudah dikurangi waktu mengobrol—untuk mengerjakan tugas bersama sebelum perpustakaan sekolah di tutup. 

Soal yang di berikan oleh bu Indi terdiri dari dua puluh lima soal. Terkait pembagian soal, masing-masing dari mereka mengerjakan dua belas soal, dan bonus satu soalnya akan mereka kerjakan bersama. Baik Ian maupun Elena mulai mengerjakan bagian mereka masing-masing.

Sepanjang waktu terus bergulir, keduanya tetap tenang tanpa mengeluarkan suara. Hanya gerak-gerik mereka dan mulut yang saling berkomat-kamit menghitung hasil dari rumus yang telah mereka coret-coret pada kertas buram pemberian dari Ian.

Tepat pukul 15.30 kedua anak itu menyelesaikan bagiannya. Ian meletakan pensil di atas lembaran kertas buram yang sudah penuh dengan coretan rumus dari hasil perhitungan. Sedangkan Elena sudah terlihat merenggangkan tubuhnya, memutar punggung ke kanan dan kiri. Lalu mengibas-ibaskan tangannya yang dirasa sudah keriting sejak beberapa menit terakhir.

I Love You, Damon! Where stories live. Discover now