Kegalauan Elena

86 10 0
                                    

Happy weekend semuaaaa, sebelum baca, vote sama komen dulu dong yang banyakkk😍 selamat membaca 🐣😈

😈😈😈

Sepi.

Tidak ada yang membuka percakapan selama perjalanan. Baik Ian maupun Elena lebih memilih untuk tenggelam dengan pikiran masing-masing. Sejujurnya Elena yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan antara Ian dan Reina.

Oh ghoshhh! Apa ini yang dinamakan di tikung sebelum jadian?

Suara merdu Hanin Dhiya juga masih mengalun merdu, memenuhi setiap sudut mobil Ian. Lucu sekali, Elena bahkan merasa jika si Hanin ini memang sengaja menyindirnya lewat lagu berjudul Pupus.

Astaga! Elena harus apa?!

Memang bukan yang pertama untuk Elena berada di situasi akward seperti ini bersama Ian. Sejak mengenal Ian, cowok itu memang bukan tipe cowok yang banyak bicara atau sekedar basa-basi gak penting. Satu-satunya topik yang di sukai Ian adalah seputar pelajaran sekolah dan semua yang berhubungan dengan olimpiade. Barulah Ian akan menjadi sosok yang berbeda. Tidak ada lagi Ian yang jarang basa-basi, tapi yang ada hanya Ian yang aktif dan kritis.

“Keberatan nggak kalau mampir makan?”

Seakan tersadar dari lamunannya, Elena menoleh pada Ian. Kemudian mengangguk setuju. Meskipun sedang tidak lapar, paling tidak Elena bisa memiliki sedikit waktu lebih lama dengan Ian.

“Langsung cari tempat duduk aja El, biar gue yang pesen makan” Elena hanya mengangguk, kemudian menyapukan pandangan pada area restauran. Mencari tempat kosong untuk dirinya dan Ian.

“Yan!”

Ian baru saja duduk, menatap Elena singkat. “Apa?”

“Kamu lagi deket ya sama Reina? Hayo ngakuuu!” mungkin untuk orang yang tidak peka seperti Ian, tentu saja ucapan Elena akan terdengar seperti guyonan belaka. Padahal, ada rasa sedih dan tertekan dalam hati Elena saat melemparkan guyonan seperti itu pada Ian. Tapi ya mau bagaimana lagi, jika tidak begini, Elena tidak akan tau ada apakah antara Ian dan Rena.

Dan benar saja, Ian bahkan tertawa renyah menanggapi ucapan Elena. “Gak tau ya, cuma akhir-akhir ini, gue dan Reina emang sering chatting. Apa itu termasuk kategori dekat?”

“Mungkin,” Elena berpura-pura berpikir, “tergantung topik apa yang kalian bahas. Kalau topiknya seputar pembahasan personal, sama saja namanya pendekatan.”

“Ya semacam itu, lah,”

Mampus kau Elena!

“E, lo sendiri ada perasaan sama Rena? Mungkin nyaman? Atau udah ke tahap sayang?”

Ian memandang Elena sebentar. Mencerna pertanyaan Elena baik-baik, “gue gak tau sih. Sejauh ini, Reina baik sama gue. Selalu tanya-tanya dan perhatian sama gue, dia juga aktif di kelas. Kita juga sering belajar bareng.”

Oke Elena tau sekarang. Berarti titik kesalahan dari kedekatan Ian dan Reina ada pada dirinya sendiri.

“Pernah sakit hati pas lihat Reina deket cowok lain?”

Lagi. Ian masih memandang Elena. Sepertinya, cowok itu sedang berpikir, dan mencari tahu jawaban dari pertanyaan Elena.

“Kadang, tergantung situasi sih. Kalo urusan sekolah dan emang penting ya. Gak masalah.”

Kini justru Elena yang menatap Ian lekat-lekat. Entah hanya perasaan saja, atau memang Ian sudah mulai merasakan kebersamaan di antara dirinya dan Reina.

I Love You, Damon! Where stories live. Discover now