16.

1K 78 32
                                    

"AAAAA ... ," teriak Clarinta yang baru saja bangun dari tidurnya dan langsung melihat cermin di hadapannya.

Suara yang begitu keras hingga sanggup membuat sebagian keluarganya terbangun. Termasuk Nata dan Marcello yang langsung berlari ke kamar Clarinta.

Saat yang bersamaan, semua orang berteriak histeris melihat penampilan mereka bertiga yang sangat tragis.

"Siapa yang melakukan ini?" Shuwan mengabsen satu persatu pasang mata anggota keluarganya.

"Aku enggak tahu, Opa," jawab Cordelia jujur ketika tatapan mereka bertemu.

"Keesha ke mana?" tanya Shuwan ketika ia tak menemukan sosok Keesha dalam retinanya.

"Aku di sini," jawab Keesha seraya berlari kecil. Tak lupa di kedua tangannya membawa sepiring makanan dan segelas minuman.

"Kamu kenapa bawa makanan jam segini?" Pria tua itu dengan cepat mengintimidasi Keesha.

"Aku lapar, jadi aku bangun deh," balas Keesha.

"Kamu tahu siapa yang melakukan ini?"

"Oh ya tahulah, kan itu aku yang ngerjain mereka." Sadar apa yang dikatakannya, Keesha merutuki mulutnya.

"KEESHA!!!"

"Mulut sialan! Pake keceplosan segala," batin Keesha.

"Iya, aku tahu aku cantik aku diam."

"Kamu harus dihukum," tuntun Marcello.

Gadis itu melahap sosis suapan terakhir, lalu meneguk air dalam gelas hingga tandas. Kemudian ia meletakkan piring dan gelas itu di sembarang tempat.

Menghela napasnya berat. Rasa kantuk mulai menggerogoti penglihatan Keesha.

"Iya, hukumanku adalah tidur sama Ayah dan Bunda. Fiks! Valid no debat!" Keesha memutuskan hukumannya sendiri.

Keesha mengambil paksa tangan kedua orang tuanya kemudian menarik mereka ke kamarnya.

***

"Dedek ... Dedek, jangan gitu dong! Kan kasian kakak-kakak kamu," tutur Lerrie setelah berbaring di samping putrinya. Jujur saja, emosi wanita paruh baya itu hampir saja meledak. Untung saja Lerrie masih ingat jika Keesha di marahi atau menerima hukuman, gadis itu pasti akan lepas kendali dan melakukan hal yang lebih parah lagi.

"Habis, aku bosen. Kalian udah pada tidur, aku gak bisa tidur. Aku sendirian," balas Keesha menggerutu.

"Tapi tetep aja kamu gak boleh gitu.  Kalo kamu gak bisa tidur, kan kamu bisa ke kamar Ayah sama Bunda," nasihat Lerrie selembut mungkin. Wanita itu benar-benar sabar menghadapi tingkah absurd sang anak.

"Udah tadi buat ambil alat make up, Bunda," jawab Keesha apa adanya.

Lerrie membuka laci meja riasnya. Lerrie melihat alat rias itu telah habis di tangan Keesha. "Astaga ... Keesha!" geram Lerrie.

"Kamu ini---" Lerrie berusaha menahan amarahnya. Sabar.

"Iya-iya, gini gak boleh. Gitu gak boleh. Aku tuh manusia, bukan burung yang tinggal di kerangkeng, Bunda." Gadis itu membalikkan badannya menghadap Varo dan membelakangi Lerrie.

Varo yang sedari tadi diam pun merasa jengah kemudian angkat bicara. "Sudah lah, jangan ribut. Bunda, tenang besok Ayah beliin yang baru. Dedek mending tidur terus bangun pagi."

"Enggak mau, aku maunya bangun sore. kan aku libur."

"Ya sudah." Varo memeluk Keesha. "Sekarang tidur ya."

Gadis remaja itu mulai memejamkan matanya. Tak lama dengkuran halus pun keluar dari mulutnya.

***

Pukul 16.00 WIB.

"Eugh ... ." Gadis yang sejak pagi tidur itu meregangkan badannya. "Bunda, Ayah!"

"Hoam."

"Eh, udah sore." Keesha melihat jam dinding berwarna putih susu yang terpajang di samping lemari.

Ia pun bangun dan menuruni ranjangnya. Lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Tak sampai sepuluh menit, ia telah selesai mandi dan telah berganti pakaian. Ia mengenakan dress ungu bermotif daun kering lengkap dengan rompi. Ia juga tak lupa dengan polesan make up tipis di bagian wajahnya. "Sempurna."

Senyumnya mengembang. Keesha melangkahkan kaki ringan.

Ia menatap ponselnya yang sudah sejak tadi bergetar. Terpampang dua nama grup chat Wijaya Family's dan Kaily's Group. Ia membuka pesan itu. Pesan yang sama dari dua grup yang berbeda.

😈Kak Marcello Bau Bangke😈
Keenan, pingsan di sekolah. Dan sekarang dibawa ke rumah sakit milik leluarga Alexander

Seketika senyumnya pun luntur. "Keenan."

Gadis itu langsung menyambar tas selempang kecil berwarna coklat dan sepatunya yang berwarna janda. Eh, ungu maksudnya.

Ia berlari dengan cepat. Khawatir telah menyelimuti hati gadis berambut sepinggang itu.

Sesampainya di parkiran, ia bertemu dengan Clarinta, Delia, dan juga beberapa anggota keluarga lainnya yang tak kalah cemas dengan keadaan Keenan.  Mungkin yang lebih khawatir adalah Della dan Abraham, memikirkan kelangsungan hidup Keenan---anak mereka satu-satunya.

Mereka segera memasuki beberapa mobil yang baru saja di siapkan dengan secepat kilat. Seperti biasanya Keesha, Clarinta, dan Delia berada dalam satu mobil yang dikendarai oleh Delia.

Belasan kendaraan beroda empat itu melaju cepat. Membelah jalanan ibukota yang padat merayap.

***

To be continue...

Maaf ya gaes, part ini pendek banget. Cuma sekitar 600 kata aja. Habis aku bingung untuk next partnya yang emang udah siap dari lama mau di skip di mananya kalo partnya digabung sama yang ini🤣🤣

Oh ya, aku mau bilang. Siapin jantung dan napas kalian karena next part adalah awal dari konflik yang berkepanjangan😈 🤣🤣

Oke, sekian aja cuap-cuap dari aku. Nih batre hapeku dah limit soalnya 🤣🤣

Dan thankyu so much 💕 buat yang udah baca, vote, and komentar ya. Jangan bosen sama Keesha ya! Kalo bosen Marcello bakal datengin kalian 😈🤣🤣

Udah ah...

See you next part...

Bubay 💕💕💕

KEESHAWhere stories live. Discover now