13.

2.1K 130 15
                                    

Seorang pemuda tampan yang berkulit putih, tinggi, dan berusia dua puluh satu tahun itu tampak sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit. Sejak kemarin, pria yang kerap disapa Marcello itu tak bergeming dari tempatnya. Ia hanya memikirkan perkataan dari adik kesayangannya Keesha yang masih berputar-putar dipikirannya.

"kak Cello, aku ini adikmu. Jadi tolong turuti permintaanku, dan jangan bandingkan aku dengan Keenan, walaupun kami berdua sama-sama adikmu. TAPI AKU ADALAH KEESHA BUKAN KEENAN!"

"Kak Cello ngapain di sini? Kan Kak Cello sayangnya cuma sama Keenan. Jadi mendingan Kak Cello pergi aja dari sini! Datengin aja Keenan! Gak usah bantuin aku! Aku mau sama Mommy aja!"

Tatapan Marcello kosong, tak seperti biasanya yang terlihat garang. Hancur, itulah yang ia rasakan saat ini.

"Kau harus melakukan sesuatu agar kau bisa dekat kembali dengan Keesha, dan kau bisa mengendalikan anak itu," ucap Dermawan yang sedari tadi berdiri di samping cucu pertamanya itu.

Marcello hanya bisa meraup wajahnya kasar sebelum membalas ucapan kakeknya.

"Baik kek." Marcello melangkahkan kaki jenjangnya untuk memasuki kamar inap Keesha.

💕💕💕

"Ayah," panggil Keesha pada Varo  yang masih berkutat dengan laptopnya di sofa.

"Iya sayang, ada apa? " tanya Varo.

Varo pun menutup laptop berlogo apel seperempat miliknya dan mendekati Keesha.

"Dedek pengen apa? Hm" ucap Varo sembari membelai lembut pucuk kepala sang putri tercinta.

"Ayah nyebelin! " protes Keesha yang membuat Varo terkejut.

"Loh Dedek kok ngomong gitu, kenapa sayang? " tanya Varo lembut.

"Ayah itu sebenarnya mau jagain aku apa jagain laptop sih?" tanya Keesha jujur.

"Ayah jagain Dedek sambil kerja dong sayang. "

"Ayah gak peka." Keesha menggembungkan kedua pipi dan menyedekukan kedua tangannya di depan dada.

"Ya ampun, anak ayah ini kalo ngambek kok lucu sih! Hm." Varo gemas melihat ekspresi dan gaya marah Keesha.

"Dedek kenapa sih?" Varo mencubit dua pipi Keesha.

"Ish... Ayah gak peka! Ini kan waktunya makan siang ya aku laperlah! " kesal Keesha ngegas.

"Ya udah Ayah suapin ya, buka mulutnya aaaa." Varo mengambil mangkuk bubur yang ada di atas nakas dan menyuapkannya ke mulut Keesha.

Cklek

Pintu baru saja terbuka, dan menampilkan seorang lelaki berkemeja putih garis biru dan berpenampilan nampak sangat rapi yang sedang mencoba memperbaiki perasaannya saat ini.

"Kak Cello ngapain ke sini? Pulang sana! Temui Keenan kesayanganmu!" usir Keesha ketika netranya menangkap Marcello memasuki ruangan inapnya.

"Dedek, ga boleh gitu ah! " peringat Varo.

"Aku benci Kak Cello," sungut Keesha. Marcello hanya bisa menutup matanya menahan rasa sakit di hatinya. Hancur lagi! Itulah yang dia rasakan saat ini.

"Dek, Kakak minta maaf ya, karna udah bikin Dedek marah. Kakak udah bikin Dedek sakit hati. Tapi asal Dedek tau, Kakak itu sayang sama Dedek, sama seperti Kakak sayang sama Keenan. Kalian berdua itu sama, sama-sama kesayangan Kakak. Maafin Kakak ya, Dedek maafin Kakak 'kan?" ucap Cello yang perlu di museumkan, karena jarang sekali Marcello bisa berucap sepanjang itu bukan?

KEESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang