24.

693 47 15
                                    

Holla gaes,

Aku come back 🤧

Gimana kemarin? 😢

Bawangnya masih ada ya, 😢

Yuk siapin tissue 🤧

••••

"Kalo Dedek maafin Kakak, Kakak janji bakal beliin hape baru dan bawa kamu ke Korea Selatan buat ke fans sign BTS. Gimana?" tawar Marcello.

"What!?! Fans sign BTS?!?" Mata Keesha berbinar begitu mendengar acara sang idolanya itu.

"Hm, gimana?"

"Oke, aku maafin, tapi Kakak janji ya bakal ajak aku ke sana? Plus beliin hape baru!"

"Janji, hape baru dan bulan depan kita ke sana."

"YUHUUU ... SUAMIKU TUNGGU AKU DATANG!!!!" teriak Keesha.

"Ya udah sekarang Dedek makan dulu, abis itu bobo ya!" titah Varo.

"SIAP, BOSS!" balas Keesha lantang dengan posisi telapak tangan sejajar dengan alis sebagai pertanda hormat.

"Kenapa kamu pergi secepat ini, Dek? Kenapa kamu pergi sebelum Kakak menepati janji ke kamu?" lirih Marcello.

"Lo memang Kakak yang nggak berguna! Lo nggak bisa bawa Keenan pulang dan lo nggak bisa nyelametin Keesha. Kakak macam apa sih lo?!" ucap Marcello pada pantulan dirinya di cermin. Air mata penyesalan terus turun di pipinya. Meraup wajahnya kasar dan ... .

PYARR!

. ... Marcello menonjok cermin di hadapannya.

Ia mengeluarkan segala unek-unek yang muncul untuk dirinya sendiri. "Lo nggak guna, Cello! Lo nggak guna! Lo nggak pantas jadi kakak buat mereka! Harusnya lo yang ilang! Harusnya lo yang mati! Bukan Keenan! Bukan Keesha!" Napas Marcello tersengal-sengal. Pria tampan berhidung mancung itu mengambil serpihan cermin yang paling tajam. "Tapi lo ... Lo yang harus mati!"

Menatap serpihan cermin dalam genggamannya dengan tawa yang terdengar penuh luka. "Lo pantas mati!"

"Marcello!" Seorang lelaki paruh baya datang dan langsung merenggut pecahan itu dari tangan anaknya. "Apa-apaan kamu?!"

"Aku mau mati aja, Dad. Aku nggak bisa jaga adik-adik aku, aku nggak pantas hidup! Aku lebih baik mati!" racau Marcello, air mata terus mengalir membasahi pipinya.

Abraham segera menarik Marcello ke dekapannya. Merasakan tubuh kekar anak sulungnya yang sudah lama tak ia peluk. "Jangan seperti itu! Daddy butuh kamu, Mommy butuh kamu. Adik-adikmu yang lain,  opa, oma, kakek, nenek, semua butuh kamu. Kalo kamu hancur, kami akan lebih hancur lagi."

"Keesha dan Keenan, mereka pasti sedih jika melihat kamu seperti ini." Abraham merenggangkan pelukannya. Menangkup wajah kacau Marcello, lalu menepuk pelan bahu anaknya itu. "Kamu harus kuat!"

"Ya, aku harus kuat!" Marcello menghisap dan mwnghembuskan napasnya berulang kali guna menenangkan dirinya.

"Bagus, ayo kita obati lukamu dulu sebelum pulang. Setelah itu, kita urus pemakaman Keesha," ajak Abraham.

"Ya."

Dua lelaki berbeda usia pun berjalan keluar dari toilet rumah sakit. Namun, sesampainya di pintu kamar mandi, Marcello menghentikan langkahnya.

KEESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang